Multi chap

Apr 10, 2009 02:54



Title     : To Love You

Author : 1akane6

Rating : PG

Pairing : It’s still a secret

Language: In Indonesian / Bahasa

Based on: CTKT Sendai Trip Sp

Summary: Now they are know everything?


Title     : To Love You

Author : 1akane6

Rating : PG

Pairing : It’s still a secret

Language: In Indonesian / Bahasa

Based on: CTKT Sendai Trip Sp

Summary: Now they are know everything?

Chapter.3

“Ayo, ayo cepat siapin bantalan nya Ueda!” perintah Jin pada crew dan yang lainnya, ketika ia menggendong Ueda masuk ke dalam bus.

Saat Ueda sudah ditidurkan dengan tenang dan bus sudah siap untuk berangkat. Tiba-tiba saja busnya berhenti, tidak jadi berangkat. Dan para KAT-TUN members pun protes. Lalu, salah seorang crew mereka dating masuk ke dalam bus.

“Ano~ sumimasen, demo…”

“Tapi ada apa?” Tanya Kame penasaran.

“Ini ada seseorang yang ingin bertemu dengan Ueda-san.” Jelas crew tersebut.

“Ah… Konichiwa KAT-TUN no minna-san… maaf, biar saya perkenalkan diri saya terlebih dahulu. Ah, dan maaf, bus ini boleh dijalankan saja” ketika bus sudah mulai jalan kembali “Ah, terimakasih.

Maaf, nama saya adalah Watanabe, Asuhi Watanabe. Tapi, Tatsuya-sama biasa panggil saya dengan Wabe. A~ yoroshiku onegaitashimasu…” Watanabe-san memperkenalkan diri pada semuanya. Tiba-tiba suasana menjadi hening karena semuanya kebigungan.

“Ah…maafkan saya, jikalau saya telah membuat Anda semua menjadi bingung” dan semuanya pun mengangguk, “Saya ini adalah butler di kediaman Ueda dan saya sekaligus pelayan ‘pribadi’ milik tuan muda Ueda, sejak beliau lahir hingga detik ini dan seterusnya.”

“A~ sou~” KAT-TUN members serempak memberikan response sambil mengangguk-angguk.

“A! Kalau Anda sekalian tidak keberatan, boleh saya tau dimana Tatsu-sama?” Tanya Watanabe-san pada yang lainnya. Kemudian Koki menunjuk ke arah tempat dimana Ueda ditidurkan tadi.

“A…yare~yare~” Watanabe-san menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Mmm… kalau boleh kami tahu, sebenarnya, apa yang terjadi pada ueda, Asuhi-san?” Tanya Kame kemudian.

“Begini… Bocchan sepertinya kelupaan membawa obat-obatnya dan nampaknya beliau juga pergi tanpa meminum obat paginya. Ya..jadi, beginilah ia jadinya.” Wabe-san menjelaskan.

“E? Obat-obatan? Obat pagi? Maksudnya?” Koki dan Nakamaru bertanya heran, dan ini juga mewakili pertanyaan yang ada pada kepala member yang lainnya. Dan Jin hanya bisa melirik ke arah Ueda yang sedang entah tertidur atau setengah sadar.

“A~ begini… Sebenarnya saya tidak tahu sebenernya ini pantas atau tidak, membicarakan hal macam ini tanpa izin Bocchan terlebih dahulu. Sedangkan Beliau sendiri tidak member tahukan hal ini kepada Anda semua.”

Namun, melihat tampang memelas dan ingin tahu mereka, “Hhh… Baiklah…” mereka terlihat senang dan mulai memperhatikan Wabe-san berbicara.

“Sbenarnya, sejak kecil, Bocchan itu tidak memiliki kesehatan yang baik. Dari sejak berumur 3 tahun, Bocchan sudah sering bolak-balik rumah sakit. Dan nyonya dan tuan besar sangat perihatin atas kondisi Bocchan yang sangat lemah.

Sejak masuk SD, Bocchan tidak mudah mengikuti kegiatan kegiatan berat seperti; olah raga. Dan itu bukanlah situasi yang mudah bagi Bocchan. Beliau menjadi minder di depan teman-temannya. Disebabkan, selain karena aktivitasnya terbatas, juga karena teman-teman menganggap Bocchan di ‘anak emas’kan oleh guru-guru mereka.

Aori-sama adalah orang yang sangat lembut. Ia sangat menyayangi adik laki-laki satu-satunya itu. Tetapi, berbeda dengan Orihime-sama, beliau sangat keras terhadap Bocchan. Karena beliau tidak ingin Bocchan tumbuh menjadi anak yang lemah. Beliau membuat Bocchan sibuk dengan course ini-itu. Dan memarahinya bahkan menamparnya jika Bocchan mendapat nilai yang ‘buruk’ dimata nyonya.

Dan kondisi Bocchan pun menjadi semakin parah saat ia masuk pertengahan SMP. Bocchan mengikuti Jambore 2 hari 1 malam tanpa membawa obat athma dan 1 obat khusus yang pasti ada di kotak yang selalu saya siapkan. Dan itu menyebabkan sakitnya kambuh, bahkan menjadi lebih parah karena tidak ditanggulangi secara cepat. Kemudian Bocchan masuk rumah sakit selama hamper satu bulan.

Karenakan kondisinya ini, Bocchan tidak mudah berteman dengan yang lainnya. Dia hanya bisa bermain dengan kakaknya dan pelayan-pelayan di rumah. Itulah yang membuat Bocchan menjadi sangat sensitive akan hal-hal yang membuatnya tersinggung, apapun itu.” Wabe-san terdiam sebentar “Apa lagi, ditambah dengan peristiwa itu…” Ia berbicara sangat pelan sehingga membuat yang lain tak dapat mendengarnya - dan itulah tujuanny - “Dan” Wabe-san memulai lagi “Tidak jarang hal itu membuatnya bertengkar dengan teman-temannya” dan kali ini, anggota KAT-TN semua bergumam ‘o~’ dan mengangguk-anggukan kepala mereka “Namun”, Wabe-san melanjutkan “Sejak Bocchan masuk ke Jimushou ini. Saya, secara pribadi merasa sangat senang. Karena, Bocchan jadi bisa lebih punya banyak teman dan dapat lebih bisa mengekspresikan perasaanya dan juga lebih banyak tersenyum dan tertawa secara terbuka. Meskipun dengan itu tak punya pengruh baik terhadap kondisi tubuhnya.”

“Ano~ saya mau Tanya. Apakah Ueda selalu meninggalkan obatnya seperti itu?” Koki bertanya.

“Sebenarnya, itu bukanlah suatu kesengajaan. Hal itu selalu terjadi saat Bocchan bertengkar dengan nyonya besar di pagi hari.”

“Bertengkar??” Semuanya bertanya heran.

“Iya. Bocchan selalu berpikir bahwa nyonya besar tidak menyayangi dan menyukainya. Karena perlakuan nyonya yang keras dan cenderung dingin pada Bocchan. Padahal sebenarnya, nyonya sangat menyayangi Bocchan. Hal itu, sayalah yang paling tahu. Karena, yang selalu menyiapkan perlengkapan dan kebutuhan Bocchan di pagi hari tidak lain adalah nyonya. Tetapi, Beliau tidak mau, saya untuk memberitahukannya kepada Bocchan.”

……………………

Setelah mereka mengobrol panjang lebar, Wabe-san akhirnya berpamitan.

“Maaf, nampaknya sudah waktunya saya harus kembali ke Town House. Karena masih banyak hal yang harus saya kerjakan. Terimakasih banyak atas semua yang telah Anda-anda lakukan pada Bocchan. Terimakasih, telah menerima Bocchan dengan baik.” Wabe-san memberikan salam perpisahannya.

“A~ hai… douitashimashite…” kata KAT-TN berbarengan “Jya, mata!”

Setelah Wabe-san pergi meninggalkan mereka, perhatian mereka pun langsung terpusat pada sebuah kotak tampak cukup padat isinya.

“Ini apa??” Tanya Junno menunjuk tas kotak itu.

“Ini seperti tas yang selalu sibawa oleh Ueda” kata Kame “tas obat-obatan” lanjut Kame sambil membaca lebel yang tertera di atasnya “Segini besar?? Ini sih kayak kotak perkakas mobil gue. Coba buka!!”

Lalu, bersama mereka membuka tas kotak itu.

“Weeew~ ini obat semua??” Kata Junno terkagum pada apa yang bukan seharusnya.

“Iya! Ini ada lebel namanya semua. O..bat pagi? Siang, malam.” Nakamaru membacanya bingung “Ada obat yang hanya bertandakan lingkaran merah, obat apa ini?”

Sementara yang lain sibuk akan isi tas yang dititipkan Wabe-san untuk Ueda, Jin hanya diam saja mendengar teman-temannya sambil menatap Ueda lirih dan berpikir, ‘ada apa sebenarnya dengan anak ini?’ dan mungkin hal itu pula-lah yang ada dipikiran yang lainnya. Setelah apa yang mereka dengar dan lihat di hari itu. ‘Macam apakah Ueda itu sebenarnya??’ Sangat banyak pertanyaan-pertanyaan dan tanda Tanya di pikiran mereka semua sekarang.

……………………

Pembagian kamar hotel kali ini, semuanya manjadi 1 kamar 2 orang. Kamar pertaman diisi oleh Jin dan Kame, kemudian Koki dan Nakamaru, lalu Junno dan Ueda.

Selama di perjalanan meuju penginapan, Ueda sudah terbangun dari tidurnya.

“Hh, U~aam…” Ueda sedikit menggeliat. Dan tentu saja itu menambil perhatian dari semuanya.

“Ohayou Ueda…” sapa Nakamaru.

“E..e?? memangnya ini sudah pagi?” Tanya Ueda, kikuk bercampur panic.

Dan sumuanya seperti ‘Gubraaa____k!!’

“Ahahahahahh… gak, kok. Kita bahakan belum sampai ke penginapan.” Jelas Koki kemudian. “Ah, ya! Tadi pelayan pribadi loe datang ke sini” tambah Koki, “Mm… Asuhi-san.”

“Ee?? Wabe-san?” Tanya Ueda.

“Iya, tadi ke sini, trus dia menitipkan ini, nih.” Lanjut Kame sambil menunjuk tas kotak yang berisi obat-obatan milik Ueda tadi.

“Ehmm… sorry, ya. Kalau sudah banyak merepotkan kalian, hari ini…” Ueda membungkuk pada yang lainny, meminta maaf sekaligus berterimakasih.

“A! gue juga mau minta maaf!” tiba-tiba Nakamaru berdiri di hadapan Ueda “Gara-gara gue keadaan loe jadi tambah buruk.”

“Aheehee… sebenarnya ini juga bukan kesalahan loe sepenuhnya, kok…” jawab Ueda kemudian.

“Eh ya, nih. Katanya Asuhi-san. Kalau loe sudah bangun, loe langsung suruh minum obatnya.” Junno sambil menunjuk kotaknya. Kemudian, semua melihat Ueda mengangguk pelan dan mulai membuka kotak obatnya. Dan Ueda mengambil obat dari kaplet kecil bertandakan lingkaran merah tadi.

Ueda yang merasa aneh karena dilihati teman-temannya yang penasaran - secara kurang wajar. Setelah meminum obatnya, ia berbalik memandang teman-temannya, dan yang secara otomatis langsung mengalihkan pandangan mereka dari Ueda, terkecuali Junno.

Sambil menunjuk kaplet yag bertandakan lingkaran merah itu, seraya ia berkata, “Memang, itu obat apa??”

Spontan Ueda ikut melihat kaplet yang dipegangnya itu lalu memandang Junno lagi, “Ini??” Ueda menyodorkannya pada Junno dan Junno mengangguk. Sedang, teman-temannya yang lain juga ikut memperhatikan mereka berdua karena memang pada dasarnya mereka juga penasaran.

“Ini adalah obat darurat. Obat ini untuk mengganjal dari obat-obat yang seharusnya diminum, tapi belum diminum… begitu, kira-kira.” Jelas Ueda pada Junno, yang sebenarnya tidak hanya Junno saja yang mengangguk.

Tiba-tiba crew mereka mendatangi, “Sebentar lagi, kita akan sampai di penginapan. Dan pembagian kamarnya sudah ada.” Dan semuanya pun Nampak memperhatikan, “Kamenashi-kun dan Akanishi-kun akan satu kamar. Lalu, Nakamaru-kun bersama Tanaka-kun. Dan yang terakhir Taguchi-kun akan bersama Ueda-kun~ Dan nanti semuanya hanya tinggal menuju kamar masing-masing, yang akan ditunjukkan oleh pelayan hotel yang sudah menunggu di lobby.”

“Ya, baiklah~ baiklah~” Jawab semuanya serempak.

……………………

Begitu semua sampai di hotel. Satu-persatu mereka turun dari bus. Angin malam yang dingin meusuk kulit. Junno yang merasa satu kamar dengan Ueda, segera saja menyelimuti dengan jaketnya ke punggung Ueda sampai ke tangannya begitu mereka turun dari bus yang paling terakhir, lalu membantunya membawakan barang-barangnya.

Jin yang hal itu, merasa ‘sedikit’ cemburu. Namun, hanya satu hal yang dapat ia simpulkan dipikarannya saat itu, “Itu hanya, memang sudah menjadi sifat Junno, yang selalu care dan bertanggung jawab kapada teman-temannya. Dan lagi pula, Junno miliki badan yang lebih besar dari Ueda. Jadi itu wajar, saja.” Pikirnya.

Lalu, masing-masing mereka memasuki kamar yang sudah ditentukan.

***

fanfic:ueda

Previous post Next post
Up