Title : Sometimes you just need to breath, trust, let go, and see what happens
Author :
agyy0505 Pairing : Yutoyama
Rating : PG-15
Genre : romance, fluff
Language : INDONESIA
"Daijoubu?" Seolah kata itu yang akan diucapkan yuto pada yamada saat ia jatuh di final super dunk FNS 27hr. Tanpa sepatah kata, yuto yang ia tahu ada di barisan paling belakang, entah bagaimana paling dulu tiba di dekatnya, menarik tangannya membantunya berdiri.
Dan saat ia jatuh kedua kalinya, Yuto merangkul pundaknya untuk menenangkan (tentu saja Yuto melakukannya saat penerangan diredupkan).
Yamada tahu Yuto khawatir.
Ia ingin mengatakan pada Yuto bahwa dirinya baik-baik saja. Tapi ia tak berani memberinya isyarat. Mereka di depan umum. Dan sepanjang pengetahuannya, mata fans bisa lebih tajam dari apapun.
Maka saat member Jump mengerumuninya untuk memastikan dia baik-baik saja, sepintas ia meraih tangan Yuto dan meremasnya pelan.
Hanya sedetik.
Sedetik untuk mengatakan padanya bahwa ia tak perlu khawatir.
Dan setelahnya, sepanjang acara, Yuto selalu disampingnya seakan posesif, seperti memastikan bahwa Yuto ada untuknya. Dalam hati ia bahagia.
Bisakah Yuto-nya lebih manis dari ini?
Ingin rasanya saat disamping Yuto seperti itu, ia memeluknya dan mengatakan pada seluruh dunia bahwa Yuto adalah his sweet boyfriend....
Upsss...
Boyfriend?
Tidak...
Mereka tidak berkencan, tentu saja.
Mereka hanya....entahlah....
Baginya, status tidaklah penting. Ia dan Yuto bahagia dengan hubungan mereka saat ini.
------
Suasana di mobil tersebut nyaman meski tak ada obrolan yang terjadi diantara mereka berdua. Yuto bersikeras mengantarnya pulang. Dan saat tiba di apartemen Yamada, saat pintu tertutup dan menyembunyikan mereka dari pandangan luar yang selalu ingin tahu, Yuto menunjukkan suasana hatinya yang sebenarnya. Ia menghela nafas seakan bersiap akan mengeluarkan kekhawatiran-kekhawatirannya.
Tapi, sebelum ia bisa mengucapkan satu katapun, Yamada menarik tangan Yuto ke bagian dalam apartemen sambil berkata: "Apapun yang akan kau katakan, kau bisa mengatakannya nanti setelah kita mandi..."
Ini bukan pertama kalinya mereka berdua mandi bersama. Baik dalam artian innocent ataupun tidak.
Tapi, dibawah guyuran shower dengan Yuto yang terus menatapnya, membuat Yamada sedikit tidak nyaman.
Karena itu, ia memeluk Yuto. Memeluk tubuhnya erat seperti yang ia inginkan saat mereka syuting tadi. Melingkarkan tangannya disekeliling punggung Yuto, menyandarkan kepala dibahunya dan mengecup bahu itu pelan.
"Tak perlu khawatir...aku tidak apa-apa." Bisiknya pada Yuto. Dan ia merasakan bibir Yuto mengecup rambutnya.
Semenit berlalu dalam kenyamanan. Dua tubuh dibawah guyuran lembut air hangat seakan lupa pada dunia luar. Terlalu nyaman dengan keberadaan satu sama lain.
Dan saat Yamada mengangkat kepalanya untuk menatap Yuto, ia tersenyum. Senyuman balasan yang diberikan Yuto sungguh membuat hatinya bahagia.
Tak pernah ia merasakan yang seperti ini pada siapapun, laki-laki atau perempuan.
Segala hal yang ada pada diri Yuto laksana magnet, membuatnya selalu ingin mendekat.
Seperti saat ini, dengan masih tersenyum, ia berjinjit dan menyentuhkan bibirnya pada bibir Yuto.
Manis.
Ciuman mereka sungguh manis. Tanpa saling mendominasi, lidah dan lidah beradu lembut, saliva dan saliva saling bercampur. Tetesan lembut air hangat dari shower membuat ciuman mereka semakin basah. Hisapan lembut Yuto pada lidahnya membuatnya melenguh, membuatnya semakin merapatkan tubuh telanjang mereka dan meremas rambut Yuto saat ciuman mereka semakin dalam. Tubuh dan tubuh saling bergesek pelan. Keduanya mulai dilanda desah kenikmatan.
"Yuto..." bisiknya sebelum ia meraup kembali bibir Yuto, yang disambut Yuto dengan hasrat yang sama. Remasannya pada rambut Yuto semakin menjadi saat tangan Yuto yang memeluk pinggangnya turun kebawah dan meremas butt cheeks-nya.
Ia tak keberatan melakukannya dengan Yuto disana saat itu juga. Tapi tidak dengan Yuto. Saat hasratnya hampir tak tertahankan lagi, tanpa disangka, ia melepaskan tautan bibir mereka. Dengan nafas yang masih terengah, keduanya saling bertatapan dengan mata yang dipenuhi kabut hasrat....ataukah cinta? Yamada bisa melihat bahwa Yuto pun menginginkannya. Sehingga ia kembali akan mencium Yuto. Tapi Yuto menahan tubuhnya tetap ditempat, dan menggeleng pelan. Ia memandang Yuto dengan bingung.
"Kau tadi jatuh dua kali. Aku tak ingin membuat tubuhmu lebih sakit lagi."
Ia menatap Yuto tak percaya.
"Tapi aku benar-benar baik--" perkataannya terpotong karena Yuto kembali memeluknya, membenamkan kepala Yamada ke dadanya, dan mengusap rambutnya penuh sayang.
"Kita punya banyak waktu untuk melakukan ini nanti. Tapi tidak sekarang, saat kondisi tubuhmu sedang tidak baik." Bisiknya sambil terus menerus mengusap-usap lembut rambut Yamada seakan menenangkan hasrat yang tadi menguasai mereka berdua.
Yamada hanya memutar bola matanya mendengar itu. Yuto konyol sekali. Ia sama sekali tak peduli dengan kondisi tubuhnya. Ia menginginkan Yuto, dan ia tahu Yuto pun tidak berbeda dengannya. Tapi ia tidak protes saat Yuto mengajaknya keluar dari kamar mandi.
Setelah mereka berpakaian, Yamada langsung naik ke tempat tidur. Sejujurnya ia masih sedikit jengkel karena Yuto memotong aktifitas mereka tadi. Tapi, menghadapi Yuto, berbeda dengan saat ia menghadapi Chinen atau Keito. Ia tak bisa menolak.
Beberapa saat kemudian, Yuto menyusulnya ke tempat tidur membawa sesuatu di tangannya. Kotak antiseptik.
Tanpa banyak bicara, Yuto meneteskan antiseptik ke kapas, lalu meraih lengannya dan mengusapkannya lembut di luka bagian belakang lengannya, yang bahkan Yamada pun tidak sadar ia terluka dibagian itu. Ia mengernyit pelan saat cairan obat itu menyentuh lukanya, perih.
"Sakit?" Yuto bertanya lembut padanya, yang ia jawab dengan gelengan kepala saat Yuto menutup lukanya dengan plester.
Lalu semburat merah merebak di pipi dan telinganya karena Yuto mengangkat kedua kaki Yamada ke pangkuannya. Sungguh memalukan.
"Lihatlah. Lututmu lebam dan memerah karena jatuhmu tadi. Meskipun mungkin sekarang kau tidak menyadarinya, tapi kau akan merasakan sakit saat bangun tidur besok." Yuto berkata pelan mengabaikan protesnya yang canggung dengan posisi mereka saat itu. Ini benar-benar memalukan. Ia cemberut menatap Yuto yang sedang mengoleskan lotion pereda sakit di lututnya.
Demi Tuhan...ia adalah aktor utama Fullmetal Alchemist. Luka kecil seperti itu bukan masalah baginya. Saat syuting pun ia terbiasa mendapat luka seperti itu.
Tapi Yuto memperlakukannya seolah dia wanita yang lembut nan rapuh. Bahkan, kejengkelannya karena Yuto tidak melakukan apa yang dia inginkan tadi di kamar mandi pun belum selesai, sekarang Yuto malah menambahnya.
Sangat tidak lucu jika ada yang melihatnya seperti itu. Kedua kakinya ada dipangkuan Yuto, dengan Yuto yang terlihat over protektif mengobati lukanya.
"Nani..?" Yuto bertanya setelah meletakkan kembali kakinya ke kasur, dan Yamada yang tak berkata apapun.
Mereka berbaring bersisian dengan Yuto memeluk pinggangnya. Keduanya saling memandang, menyelami kedalaman mata masing-masing.
"Ryosuke, aku tak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu. Meski sekecil apapun itu, aku tidak menginginkannya. Apa kau tidak suka dengan caraku memperlakukanmu?" Yuto bertanya dengan tersenyum dan mengusap pipi Yamada.
Yamada tak langsung menjawab. Ia merasa aneh karena perlakuan Yuto padanya selalu meluluhkan hatinya. Ia menyukai cara Yuto peduli padanya.
.
.
.
Setelah beberapa saat, ia menggeleng pelan dan ikut tersenyum.
"Aku tidak keberatan. Arigatou, Yuto.." bisiknya sambil memeluk dan membenamkan kepalanya ke dada Yuto.
"Oyasumi..."
"Oyasumi, Ryosuke..."
♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡
@_@
Maafkan saya yang masih belum bisa move on dari momen manis OTP di FNS 27hr. Saya paling suka momen real mereka yang seperti itu. Meskipun engga banyak, tapi rasanya warm dan pure banget^^ .