Matahari bersinar terang seperti biasanya, mengiringi langkahku yang menyongsong hari yang biasa.
‘Ika belum datang ya’ Ika, teman sebangku.
“Riri, ada pr tak?”Riri, teman depan mejaku.
“Gak tau.” Jawabnya singkat.
Kehidupan SMA ku tidak semeriah saat di SMP. Lokasi serta lingkungan yang dekat dengan SMP ku yang dulu membuatku tak merasakan warna yang baru. Orang-orang yang kukenal kini pun tak dapat melekat lama dalam ingatanku.
Tak menemukan seseorang yang selalu berada bersamaku saat merasa bosan, ataupun sekedar menjadi tempat tujuan ketika istirahat. Aku bagaikan itik yang kehilangan induknya.
Dalam kelas pun, diriku tak berarti apa-apa. Kecuali saat hari itu tiba.
“Aira, nanti ulangan bahasa Jepang?” Tanya Ika.
“Iya.”
“Aira, nanti bantuin ya.” Riri.
Aku hanya tersenyum.
Satu-satunya hari ujian yang kunantikan, pelajaran yang kusenangi, pelajaran yang dapat membuatku mengkhayal akan keindahan Negara sakura. Dari awal aku memang sangat tertarik dengan kebudayaan Jepang. Ketika pelajaran bahasa Jepang hadir di sekolahku, aku merasa sangat antusias. Dengan setia aku memperhatikan sensei menerangkan di depan kelas. Apa yang aku rasakan mungkin tidak sama dengan siswa yang lain.
“Aira nanti langsung nengok ya.”
“Pokonya kasi tau lho.”
“Aira…”
“Ai..”
Kelas menjadi gaduh memanggil-manggil namaku. Mengharapkan bantuan, mereka bergantung seluruhnnya padaku.
“Ah iya… kalo bisa ya.”
Hanya saat itulah KEBERADAANKU ada.
Hanya saat itulah aku benar-benar dibutuhkan.
“Aira makasih ya.”
“Ai arigato..”
“Iya.” Ujian bahas Jepang sudah selesai.
Kini kembali ke kehidupanku semula. Kehidupanku yang biasa-biasa saja. Keberadaanku yang tidak berarti apa-apa. Kehidupan masa SMA yang kuhabiskan dengan biasa-biasa saja. Keberadaanku berahir sampai disini. Hingga hari itu tiba lagi
Aichitra 19/11/2007