Judul: (Oneshot) Private Movie
Penulis: ainoshiteru
Pairing: Sakurai Sho x Aiba Masaki (SakurAiba)
Genre: PWP, Comedy
Rating: NC-17
Sinopsis: Mengundang personel Arashi untuk berkunjung ke apartemenmu bukanlah sebuah ide yang bagus. Setidaknya begitulah menurut pendapat Aiba.
♥♥♥
Aiba Masaki mendesah kencang saat Sakurai Sho menggigit dadanya. Entah sudah berapa kali ia menyebut nama Tuhan. Memang tak salah jika beberapa orang mengidentikkan interaksi semacam ini sebagai surga dunia. Aiba bahkan takkan heran jika setelahnya ia hancur berkeping-keping. Ah, kenikmatan ini rasanya terlalu memabukkan.
Tanpa Aiba sadari, kini lidah Sho sudah bergerak liar menyapu daerah seputar perutnya. Lidah nakal itu juga sempat melayangkan jilatan kecil di area pribadi Aiba yang masih tertutup pakaian dalamnya. Entah itu sengaja atau tidak, Aiba tak sanggup berpikir terlampau jauh. Otaknya sudah demikian dikuasai oleh kenikmatan. Ia hanya bisa melenguh sambil berharap bahwa Sho akan menyentuh wilayah itu lagi.
Sho tersenyum melihat reaksi yang diperlihatkan oleh kekasihnya itu. Rasanya tak sia-sia ia menunggu selama 3 bulan lamanya, jika pada akhirnya pemandangan seindah inilah yang bisa ia saksikan. “Bisa kita mulai?” katanya sambil melepas pakaian dalam Aiba, membuat pria itu terbaring polos diatas ranjangnya.
Aiba tergelak mendengar perkataan Sho. ”Bukankah dari tadi kita sudah memulainya?
Sho mengerjap-ngerjapkan matanya dengan takjub. Bisa-bisanya Aiba tertawa disaat seperti ini. Dan ia sungguh tak berani mengecek kondisi benda lunak yang terletak diantara kedua belah pahanya. Ia cukup yakin kalau tawa Aiba yang secerah mentari pagi itu sudah cukup untuk membangunkan benda itu dan membuatnya menegang hingga batas maksimal.
Aiba mengernyitkan alisnya saat merasakan jari telunjuk Sho memasuki celah diantara kedua pahanya. Rasanya agak sedikit aneh, meski tidak menyakitkan. Aiba cukup mengerti kalau Sho ingin mempersiapkan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin. Kekasihnya itu pasti tak ingin interaksi ini hanya memuaskan salahsatu pihak saja.
Dan saat Sho memasukkan jarinya yang ketiga, pinggul Aiba secara otomatis sudah bergerak-gerak untuk mencari kenikmatannya sendiri. Sho kembali tersenyum melihat reaksi tubuh Aiba atas tindakannya. Gerakan-gerakan provokatif itu rasanya sudah cukup untuk membuat Sho menarik kesimpulan bahwa Aiba sudah siap untuk melakukannya.
Tanpa membuang waktu lagi, Sho pun merenggangkan kedua paha Aiba lalu memposisikan dirinya tepat di depan celah sempit diantara tubuh Aiba. Perlahan-lahan Sho pun memulai penyatuan tubuh mereka.
Aiba menggigit bibir bawahnya. Ia tahu persis bahwa akan terasa sakit saat kau melakukannya untuk pertama kali. Tapi ia sungguh tak pernah menyangka kalau rasanya akan sesakit ini. Melihat rasa takut yang tersirat dari raut wajah Aiba, Sho pun mengelus kedua tangan Aiba yang masih mencengkram seprai dengan kencang. “Sakit?” tanya Sho.
Aiba menggeleng pelan. Matanya menatap Sho dengan tatapan sendu, berusaha meyakinkan bahwa ia baik-baik saja. Saat Aiba sudah mulai tenang, Sho pun kembali melanjutkan penyatuan tubuh mereka. Kali ini gerakannya agak sedikit kencang dan menghujam.
Aiba tak kuasa untuk tidak menjerit manakala Sho menyentuh titik-titik nikmat yang ada di dalam celah sempit itu. Rasa sakitnya sudah hilang entah kemana, yang tertinggal hanyalah kenikmatan .
"Ah, Sho~"
Sho hanya tersenyum tipis saat Aiba mengaitkan kedua kaki panjangnya ke pinggangnya. Sesekali ia mencakar pundak Sho dengan kuku jemari tangannya. Tentu terasa sakit, namun Sho tampak tak terlalu ambil pusing akan hal itu. Interaksi ini terasa begitu nikmat dan memabukkan hingga membuatnya lupa diri.
Intensitas gerakan Sho semakin bertambah, Aiba pun berusaha keras untuk terus mengimbanginya. Mereka berdua terus bergerak seirama sambil tak hentinya menyuarakan suara-suara erotis yang menambah semangat mereka untuk segera mencapai titik tertinggi. Sho menggeram lalu melumat bibir Aiba, sekaligus menumpahkan cairan cintanya di dalam tubuh Aiba.
Aiba hanya bisa melenguh lemah. Puncak itu telah berhasil mereka daki...
♥♥♥
"Aku juga ingin membuat yang seperti ini Riida," rengek pria berwajah manis itu sambil menunjuk ke arah layar televisi. Tidak ada respon, kekasihnya terlalu sibuk mengamati brosur alat-alat untuk memancing hingga ia tak sempat membalas rengekan pria itu.
"Riida!"
Aiba menggelengkan kepala dengan frustrasi. Rencananya malam ini ia akan berkumpul bersama dengan seluruh personel Arashi. Tidak ada salahnya juga jika sesekali ia mengundang mereka untuk bersantai sekaligus melepas lelah barang sejenak. Lagipula mereka memang belum pernah berkumpul bersama lagi semenjak ia pindah ke apartemen Sho.
Akan tetapi, belum juga semua personel berkumpul, Aiba sudah merasa terganggu dengan keributan yang dibuat oleh Oh-chan dan Nino. Ia melongokkan kepalanya ke ruang tengah, berusaha mencari tahu apa yang sedang mereka lakukan.
Sayangnya jarak dari konter ke televisi terlalu jauh. Sehingga ia tak bisa melihat dengan jelas apa yang sedang mereka berdua lakukan hingga menimbulkan kegaduhan yang cukup mengganggu.
"Riida, aku sedang berbicara padamu!" jerit Nino.
Aiba melempar sendok kayunya dengan emosi. Mood-nya untuk memasak hilang sudah. Dengan tergesa, Aiba pun melepas celemek yang ia gunakan lalu bergegas menuju ke ruang tengah. Awas saja kalau mereka melakukan sesuatu diatas sofa baruku, ancamnya dalam hati.
Betapa kagetnya Aiba saat ia melihat adegan yang terpampang di layar televisinya.
Saat ini Aiba tengah menyaksikan tubuh polosnya dan Sakurai Sho yang bergerak seirama. Suara erotis, yang cukup untuk membuat bulu roma berdiri tegak pun, sesekali terdengar dari speaker televisinya. Oh tidak. Kedua belah pipinya memerah karena malu saat menyaksikan adegan intimnya yang entah bagaimana bisa terekam dan terabadikan. Aiba memijat dahinya sejenak. Refleks ia bergerak mendekati DVD player yang terletak dibawah televisi, lalu menekan tombol off.
"Hei, aku sedang menonton Aiba-chan. Jangan kau matikan dulu sebelum monsternya muncul."
"Itu bukan film Ultraman, Nino," sahut Oh-chan, berusaha menenangkan Nino yang sekarang cemberut karena keasyikannya terganggu oleh Aiba.
Ditengah suasana yang tidak nyaman itu, Sho tiba-tiba muncul di belakang Aiba. Dengan wajah yang masih mengantuk ia menempelkan dagunya di bahu Aiba lalu melingkarkan kedua lengannya dengan mesra ke pinggang kurus kekasihnya itu.
"Bisa kau jelaskan apa maksud dari semua ini?" tanya Aiba setelah berhasil melepaskan diri dari pelukan erat Sho.
Sho menelan ludah saat ia melihat satu keping DVD yang ada di tangan Aiba. Ia tahu persis apa isi dari DVD itu. Seingatnya ia sudah menyimpannya di tempat yang aman. Lalu bagaimana mungkin benda itu bisa ditemukan oleh Aiba? Sho berpikir keras sambil menghindari tatapan mata Aiba.
"Sakurai Sho?" ulang Aiba, sedikit menuntut.
"Err... Ini bukti cinta kita?!" jawabnya tak yakin.
"Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau merekam malam pertama kita?"
"Karena aku sudah tahu kalau kau akan menolak ideku lalu melarangku mengabadikannya," tandasnya.
"Tentu saja aku akan menolaknya. Ini memalukan Sho,"
Sho memotong perkataan Aiba dengan melumat bibir pria itu. Dan berhasil. Begitu Sho menggoda Aiba dengan menyapu langit-langit mulutnya, pria itu langsung takluk begitu saja.
"Tidak ada yang memalukan, Aiba Masaki. Ini hanya salahsatu bukti kecil kalau aku mencintaimu," ujar Sho saat sesi ciuman panas mereka berakhir.
"Anoo~ Apa ada yang tahu kapan kuenya matang?" tanya Oh-chan dengan polos.
Saat tersadar akan keberadaan Oh-chan dan Nino di apartemen mereka, Aiba pun mendorong tubuh Sho untuk menjauh darinya. Setelah memastikan mulutnya cukup bersih dari tetesan air liur, Aiba bergegas kembali ke dapur sambil menggerutu tak jelas. Sho hanya terkekeh sambil masuk ke kamar mandi.
Aiba mengulum senyum sambil mengaduk adonan kuenya dengan spatula. Mungkin Sho benar, tidak ada salahnya sesekali mengabadikan adegan intim dengan orang yang kau sayangi.
Sayang, asumsinya kembali harus dipertanyakan manakala ia mendengar suara desah nafas yang bersumber dari speaker televisinya.
Tsk.. Dua bocah itu.. gerutu Aiba gemas.
Aiba menyingkirkan loyang kuenya dengan kasar. Ia sungguh bingung untuk memutuskan pria mana yang terlebih dahulu harus ia pukul dengan wajan. Apakah Sho, Nino, atau Oh-chan?
Memukul ketiganya secara bersamaan kedengarannya lebih menyenangkan, pikirnya sambil tersenyum jahat.
♥♥♥
A/N: Hiyaaahh.. *guling kanan guling kiri* LMAO
Desire-nya
hideko_ikuta+ lagu Westlife yang judulnya My Private Movie = My first PWP xDD