Title: Your Eyes Speak To Me 4
Cast: Takaki Yuya, Yabu Kota, Takayama Yui,Toudo Akira, Yuka
Genre: Romance
Author: Panda
akirayuka “Yuyan….?!”
“Akira?!”
Yuya dan cewek bernama Akira tadi saling kaget, aku bingung ada apa dengan mereka berdua, apa mereka berdua saling kenal? Cukup lama mereka saling pandang sampai akhirnya aku angkat bicara.
“Ettoo…..?”
“Ah, gomenasai” cewek itu malah menunduk minta maaf, kenapa? kenapa dia yang minta maaf. Tanpa bicara apapun cewek itu langsung pergi meninggalkan restoran dan kulihat Yuya terus berdiri mematung.
“Duh, kok perasaanku jadi gelisah gini sih” kuelus dadaku.
“Yu……” Yuya langsung branjak pergi tanpa menghiraukan aku. Kelihatan sekali kalo air mukanya berubah muram, pasti ada hubungannya dengan cewek tadi.
“Yuka, kita pulang bareng ya” Aku mengajak Yuka pulang bareng karena aku nggak mungkin menyuruh Yuya mengantarku pulang.
“Wah, gomen Yui, aku mau pulang bareng pacarku”bisiknya
“Mmm gitu ya…… Kalo gitu aku pulang sendiri aja deh” kataku
“Gomen ya^^ lain kali kita pulang bareng deh”
Yuka sudah pulang duluan sedangkan aku masih membereskan piring-piring di dapur restoran. Dari tadi Yuya tidak bicara denganku. Dia sedang mencuci piring-piring kotor, aku nggak berani mendekatinya walopun dia sekarang pacarku. Aku hanya berani curi-curi pandang.
“Yui-chan, bisa kita bicara sebentar” Yabu datang menghampiriku.
“Ada apa Yabu-kun?”
“Anoo, aku mau bicara sesuatu,bisa kan?” cowok jangkung itu memicingkan matanya.
Mungkin saat itu Yuya melihatku dan Yabu, tapi dia nggak peduli dan tetap mengerjakan pekerjaannya.
Yabu mengajakku ke minibar restoran. “Mau bicara apa Yabu-kun?”
“Yuka sudah punya pacar ya?” wajah Yabu-kun terlihat kecewa.
“Ah, soal itu, gomen ne Yabu-kun aku nggak kasi tau kalo Yuka sebenarnya sudah punya pacar”
“Hhhaah~ ternyata memang benar pacarnya” dia menghela napas- “Tadi aku liat dia dijemput”
“Gimana ya…”aku bingung harus bicara apa. Yabu melepaskan apron yang melingkar di pinggangnya dan melemparnya dengan agak sedikit kasar.
Sudah malam dan sekarang waktu telah menunjukkan jam 10, seharusnya tadi aku pulang jam 9, tapi karena ada kerjaan mendadak aku pulang agak sedikit telat.
“Yui mau pulang?” Yuya muncul dibelakangku.
“Iya hehe” aku sedikit canggung bicara dengannya, padahal kami kan sudah pacaran.
“Ayo aku antar”katanya
“Eh, nggak usah. Aku pulang naik kereta aja” tolakku.
“Jangan ini sudah malam kamu kan cewek, lagi pula kamu kan pacarku”
Deg! Ya ampuuuun Yuyan romantis sekali >.< Eh, chotto, cewek tadi juga memanggil Yuya dengan sebutan Yuyan.
****Perjalanan pulang****
“Yuya-kun aku boleh tanya nggak?”
“Apa?”
“Cewek yang tadi itu temanmu ya?”
“Dia mantan pacarku” jawabnya mantap
Uso!!!! Mantan pacar katanya. “Oh, gitu ya……”
Melihatku berubah menjadi agak sedikit murung seperti itu dia langsung menarik tangannku.
“Kalo penasaran, tanya saja”
“Ekh!! nggak kok, aku nggak penasaran” kataku mengelak.
“Aku nggak keberatan kok” Dia menggenggam tanganku erat.
“Jaa, kalo gitu aku tanya sedikt aja”
“Hahahaha………” Aku malu ditertawai olehnya. Tanpa aku bicara dia langsung menjawab rasa penasaranku “Namanya Toudo Akira, satu universitas denganku”
“Sudah lama pacaran dengannya?”
“Sejak SMA sampai akhirnya kami kuliah”
Wah, lama juga mereka pacarannya. Tapi aku baru tahu kalo Yuya itu kuliah ( -_-)
“Trus kenapa putus?”
“Karena ada suatu masalah akhirnya kami pisah, seandainya saja waktu itu nggak terjadi apa-apa mungkin sampai sekarang aku dan Akira masih berhubungan”
Aaaa~~ Jangan-jangan Yuya masih suka sama Akira itu.
“Yuya masih suka sama dia?” aku keceplosan.
“Nggak, aku kan sudah punya kamu”
Walaupun dia bicara begitu aku tetap merasa tidak tenang. “Mmm, berarti kalo ada kesempatan bisa saja kan Yuya-kun balik lagi sama dia?”
Yuya menyentil jidatku dengan telunjuknya, “Sudah, lupakan saja” Dia tidak menjawab pertanyaanku.
Kami sempat terdiam beberapa saat, aku tidak tahu mau bicara apa lagi, tiba-tiba muncul satu pertanyaan lagi di otakku.
“Yuya-kun, kamu kuliah ya?”
“Ahaaha, gomen aku nggak pernah cerita padamu kalo aku kuliah, tapi sekarang aku sedang cuti”
“Jurusan apa? Dan kenapa kamu cuti?”
“Hukum, aku ingin jadi seorang pengacara, hehe”katanya tertawa
“Sugoooiiii” kagumku
“Sekarang aku sedang mengumpulkan uang untuk biaya kuliahku”
“Jadi kamu membiayai kuliahmu sendiri tanpa bantuan orang tuamu?”
“Ya, aku tak mau menyusahkan mereka, apalagi sekarang aku kan tinggal sendiri terpisah dari mereka”
Yang kubayangkan pada saat itu adalah Yuya memakai setelan jas ala pengacara, pastiiii ganteng banget deh dan aku akan menjadi istri dari seorang pengacara muda ganteng. Aku nggak sabar menantikan saat itu >.<
****Esoknya****
Hari ini aku mendapat shift pagi, karena kebetulan aku tidak ada jadwal kuliah. Dan Yuya hari ini dapat shift sore. Aku jadi tidak bisa bertemu dengannya. Aku masih terbayang saat dia mengantarku pulang kemarin. Rasa khawatirku terhadap mantan pacarnya itu masih terus membebani pikiranku, tapi aku yakin Yuya tidak akan mengkhianatiku, aku percaya padanya.
“Ohayo Yui” Sapa Chinen yang saat itu membawa kain pel dan ember.
“Ohayo, chinen-kun” balasku ramah
Dan aku mulai berkhayal, biasanya dari posisi ini aku bisa melihat Yuya sedang merapikan minibar sambil sesekali mengibaskan rambutnya. Aaah, betapa gantengnya, aku terus berimajinasi tentang Yuya sampai-sampai aku tidak serius mengerjakan tugasku.
“Kyaaaaaaaa, kakkoiiii” teriakku spontan.
Otomatis para pegawai yang lainnya kaget karena teriakanku yang tiba-tiba itu. Aku langsung minta maaf pada yang lainnya, “Sumimasen”
Aku ini malu-maluin banget sih, kalo ada Yuya disini dia pasti akan marah.
Siang itu aku melihat Akira datang ke restoran, dia duduk meja dekat jendela, kulihat mejanya masih kosong tampaknya dia belum memesan apapun. Kuperhatikan dia dari jauh, cantik, rambutnya hitam kelam dan sedikit bergelombang. Tutur katanya lembut dan dia sopan. Cowok mana yang tak akan jatuh cinta padanya. Pantas saja Yuya jatuh cinta padanya, kataku dalam hati.
“Hei, bengong aja!! Bawakan Latte ini ke tamu yang duduk disana!” Teguran manager sedikit membuatku kaget.
“Hai’”
“Anoo, sumimasen, ini pesanan anda” kusuguhkan secangkir Latte di meja Akira
“Arigatoo” dia tersenyum manis dan lembut, itu sedikit membuatku grogi.
Ketika aku hendak meninggalkannya, dia memanggilku kembali, “ Sumimasen……..”
“Ya?”
“Hari ini dia tidak ada ya?” matanya terus melihat keseliling seperti sedang mencari seseorang.
“Dia? Siapa?” Aku bingung
“Yuyan”
Sekarang aku tahu kenapa dia datang kesini, dia ingin bertemu Yuya. Dan dia memanggil Yuya dengan sebutan Yuyan, sama sepertiku.
“Gomenasai, hari ini dia masuk shift sore”
Dia mengerutkan dahinya pertanda kecewa, aku ingin sekali memberitahunya kalau aku ini adalah pacarnya Yuya. Aku yakin Akira pasti masih punya perasaan, mengingat mereka berdua putus bukan karena saling benci.
“Aa, sou da ne” katanya tersenyum
Aku langsung beranjak pergi karena masih ada pekerjaan lain yang harus kulakukan.
Waktu menunjukkan jam 2 siang, 3 jam lagi Yuya akan datang. Aku tidak akan langsung pulang nanti, setidaknya aku ingin bicara dengan Yuya sebentar saja. Kulihat hape, ternyata ada pesan masuk
From: Yuyan
To: Yui
Subject: Yui, aku tidak masuk kerja hari ini, aku sedang tidak enak badan. Aku sudah bilang pada manager.
~End~
Yuyan sakit??? Sakit apa?? Aduh aku jadi khawatir setengah mati, aku ingin sekali menjenguknya tapi aku tidak tahu dimana apartemennya, lebih baik aku tanya manager saja.
Akhirnya aku mendapat alamat apartemen Yuya tanpa menimbulkan rasa curiga dari manager. Pulang dari kerja aku akan langsung pergi ke sana.
“Lho, Yui kok buru-buru gitu, mau kemana?” tanya Yuka
Aku memang sedang dalam keadaan buru-buru karena mau menemui Yuya, kukenakan jaket dan sepatuku secepat mungkin. “Aku mau pergi ke suatu tempat Yuka”
“Kemana?” selidik Yuka
Aku tidak bisa bilang kalo aku mau pergi ke tempat Yuya, “Ibu menyuruhku untuk pergi ke toko yukata” kataku bohong.
“Oh, mau aku temani nggak” Yuka menawariku untuk ditemani.
“Dame!!!!” suaraku terlalu kencang dan itu membuat Yuka agak sedikit kaget, “Ah, gomen Yuka, maksudku aku bisa pergi sendiri kok”
“Ah sou!” Yuka pun berlalu meninggalkanku tanpa berkata apa-apa lagi.
Di luar udara sangat dingin karena sudah masuk musim dingin, kubenarkan jaket dan sweater tebalku agar udara dingin tak bisa menembus ke dalam tubuhku. Dengan langkah cepat aku menuju sebuah minimarket di seberang jalan. Aku tidak memberitahu Yuya kalo aku akan datang, ini akan menjadi sebuah kejutan untuknya. Jarak untuk menuju rumah Yuya dari restoran sekitar 20 menit kalau jalan kaki, aku tidak sabar bertemu dengannya. Aku sampai di sebuah gedung bertingkat 2, bangunannya tidak terlalu besar. Manager bilang kamar Yuya ada di lantai 2 nomer 204, aku lumayan deg-degan kira-kira bagaimana reaksi Yuya melihatku datang.
#204#
Sebelum mengetuk pintu, kupastikan dulu nama yang tertera di pintu tersebut.
*TAKAKI YUYA*
“Pintunya kok terbuka” saat itu pintunya sedikit terbuka, aku mendongakkan kepalaku, sepi. Tiba-tiba aku mendengar ada suara orang sedang menangis. Aku langsung masuk saja dan apa yang kulihat………..
2 jam sebelumnya………
Tok!Tok!Tok (suara ketukan pintu)
Yuya segera beranjak dari tempat tidurnya sambil mengeluh, “Arrgh, dare ka?”
Dia berjalan dengan langkah gontai sambil mengacak-acak rambutnya,
CKLEK
“Akira” orang yang mengetuk pintu apartemennya adalah Akira, mantan pacar Yuya.
“Yuyan…..”
“Bagaimana bisa datang kesini?” tanya Yuya penasaran pada cewek yang kini ada di hadapannya.
“Anoo, gomen Yuyan, aku tau apartemenmu dari temanmu” jawab Akira sambil sesekali menggosok-gosok tangannya. Dia terlihat menggigil karena kedinginan.
“Teman, dare?”
“Aku lupa namanya…… dia teman kerjamu”
Yuya terus bediri sambil bersandar di depan pintu menunggu apa yang akan dikatakan Akira selanjutnya.
“Fuuuh” Akira kembali mengusap-usap kedua telapak tangannya dan meniupnya.
“Ayo kita bicara di dalam saja, udara di luar dingin”
“Eh?!”
Yuya membawa Akira masuk ke dalam apartemennya dan mempersilakan cewek itu duduk di ruang tamu kecil miliknya. Setidaknya sekarang udaranya tidak sedingin tadi.
“Dan kau ada perlu apa mencariku?" ujar Yuya sambil menuangkan teh hangat di cangkir.
Akira terlihat sangat gugup, suaranya tercekat sampai-sampai dia lupa tujuannya datang mencari Yuya.
“Etto…..” Akira meraih tangan Yuya yang saat itu ada di atas meja, dia menggenggamnya dengan erat.
“Yuyan, tidak bisakah kita kembali seperti dulu lagi?”
Tentu saja kata-kata yang keluar dari mulut Akira itu membuat laki-laki bertubuh bongsor itu kaget.
“Do iu koto na no?”
Akira semakin menggenggam erat tangan Yuya, “Aku ingin kita pacaran seperti dulu lagi, kau tau aku masih sangat menyukaimu……..” Akira terdiam dan menatap Yuya “Yuyan juga masih menyukai aku kan?” tanyanya lirih.
Dengan sedikit kasar Yuya melepaskan tangannya dari genggaman Akira.
“Muri desu”
“Kenapa?”
“Bukannya kau yang dulu minta putus? Kenapa tiba-tiba sekarang minta balik?”
“Itu karena perjodohanmu, karena itu aku minta putus darimu walaupun sebenarnya aku tidak mau”
“Saat itu…..Kalo saja Aki mau mendengarkan penjelasanku, hal ini tidak akan terjadi. Aku menolak perjodohan itu, karena aku memilihmu. Tidak peduli pada akhirnya aku di usir dari rumah…… Dan hidup dengan biaya sendiri. Aku menghubungimu tapi kau tidak pernah merespon. Jika saja saat itu Aki menunggu…….”
“Gomen, saat itu aku terlalu sedih dan kecewa sehingga tidak mau bertemu denganmu. Tapi setelah perjumpaan kita tempo hari, aku ingin minta maaf dan ingin kembali seperti dulu lagi”
Jauh di dalam lubuk hatinya, Yuya sebenarnya masih menyukai Akira, bagaimanapun juga Akira adalah cinta pertamanya dan yang membuat mereka berpisah saat itu hanyalah masalah keluarga. Tapi saat ini, dia sudah memiliki Yui, mana mungkin dia mengkhianatinya.
“Ne Yuyan, jawab aku”
“Gomen Aki, sepertinya itu nggak mungkin bisa terjadi”
“Nande? Apa kau berniat untuk menyetujui perjodohan itu?”
“Bukan! Saat ini aku..”
“Ada cewek lain?” Akira menebak duluan.
“Hmm” Yuya mengangguk
“Sooka, kalo saja aku lebih cepat bertemu denganmu, mungkin…..” ujarnya sambil menyeka air matanya.
“Aki, sudahlah”
Saat itu juga air mata merebak deras dari mata Akira, dia menangis. Tak tega melihat sang mantan menangis Yuya berusaha menenangkannya.
“Aki, sudahlah….. Jangan begini”
Dan tiba-tiba Akira memeluk Yuya dan sambil terus menangis.
Yuya menenangkannya dengan mengelus rambut Akira dan sesekali menepuk pundaknya.
Saat adegan itu terjadi, Yui datang dan melihat Yuya dan Akira sedang berpelukan.
“Yuyan……….”
To Be Continued