Deep Night Kimi Omou (Thinking Of You) (5)
by
Pramutyarini Rahma R on Sunday, 1 January 2012 at 11:30
Author : 甘い空
Genre : Drama, romance, friendship,
Rating : PG-13
Cast : Yamada Ryosuke X Amai Sora (OC) + Nakajima Yuto
Chapter Five
Tuk beberapa lama aku hanya bisa terdiam tak bersuara, Yuto selama ini mengenal Sora dan menyukainya? Kami-sama,… kenapa kejadian ini terulang lagi? Padahal aku sudah berjanji tak kan menyukai orang yang ia sukai tapi matte! Aku duluan yang menyukai Sora dan aku juga yang duluan mengenal Sora, dari audisi yang lalu, ah waktu itu Yuto juga disana,… apa mungkin,…?
“Kau menyukainya?”tanyaku akhirnya memberanikan diri tuk bersuara. Kulihat Yuto menekuri coklat panasnya yang mulai dingin. “Hai’”jawabnya singkat dan beralih ke kamarnya, ia tampak lelah dan kacau meski tak sebanding dengan seberapa kacau aku sekarang. Sahabatku menyukai orang yang kusukai lagi! Tapi saat itu aku tak benar-benar menyukainya dan pada akhirnya Yuto yang menjadi pacar gadis itu, ahh sekarang bagaimana? Apa yang harus kulakukan?
―甘い空― Normal POV
Esok harinya Sora yang terjaga pertama berinisiatif membuat sarapan karena ia merasa tak enak hati dengan Yura, Yuto dan Ryo, sekaligus ia juga ingin minta maaf dan berterima kasih atas perhatian mereka. Sora yang sudah sering kemari hafal benar dimana letak barang-barang yang ia butuhkan dan lemari es selalu penuh dengan bahan makanan segar seperti biasanya. Tak lama setelah ia selesai memasak, Yura, Yuto dan Ryo yang datang bersamaan menatapnya khawatir dan berkata bersamaan, “Sora…!” tampaknya mereka bergegas melihat keadaan Sora di kamar dan ketika tak menemukannya disana, mereka langsung panik. “Daijoobu?”tanya Yuto mendekatinya menyentuh pipi Sora. Ryo yang melihat itu tak bisa berbuat apa-apa dan memang tak sepantasnya.
“Oh, uhm, daijoobu senpai. Yura-oneechan to Ryo-senpai ayo makan”ajak Sora memasang senyum manisnya merasa bersalah sudah membuat mereka khawatir. Senyum Sora mengetarkan hati Ryo dan menenangkannya yang sempat kacau, magic power :D
“Itadakimasu…”kata mereka menyantap makanan yang dibuat Sora, “Uhm, oishii”puji mereka lagi. “Arigato”jawab Sora tersipu, “Aku juga membuat bento untuk kalian, gomen ne sudah merepotkan semalam, hontou ni arigato”katanya lagi dan dijawab tatapan, daijoobu dari mereka.
Sarapan kali itu meninggalkan kesan tersendiri apalagi bagi Ryo, baru pertama ini ia bisa melihat senyum Sora lagi, melihat wajah Sora yang ceria, mendengar celoteh Sora menanggapi Yura-oneechan yang cerewet, memakan masakan Sora dan berada di dekat Sora tanpa sikap canggung. Ryo sangat menikmati saat-saat tadi tapi sayang mereka ada kegiatan masing-masing dan akhirnya harus berpisah.
Sarapan pagi itu mengingatkan Ryo pada kencan colongannya dengan Sora, saat pertama kali Ryo melihat tawa Sora, senyum Sora dan wajah ceria yang diperlihatkannya tadi. Begitu Ryo melihat Sora digerbang sekolah ia langsung mengambil alih sepeda Sora dan menculiknya. Sora yang sempat meronta pada akhirnya diam saja dibonceng Ryo, hari itu ia sedang tidak berselera untuk bertengkar, cukup suasana di rumahnya saja yang penuh pertengkaran. Tak lama mereka sampai disebuah taman bermain. Sora agak terkejut melihat Ryo membawanya kemari.
“Senpai? Michoso? Apa kau gila? Aku sudah banyak menerima perlakuan fansmu dan sekarang kau mau memperlihatkan kita bersama? Kau benar-benar mau membunuhku?”Ryo dengan cuek tak mendengarkan perkataan Sora, ia sibuk memasangkan topi ke kepala Sora dan syal ke leher Sora. “Dengan begini tak ka nada yang mengenali kita”ujarnya kemudian menyentuh kepala Sora lalu mengandeng Sora masuk dan benar saja tak ada yang mengenali mereka disana, meski mereka sempat harus menyembunyikan diri dan identitas mereka. Hampir juga tertangkap basah beruntung Ryo pandai mengelak dan melindungi Sora agar tak ketahuan. Hari itu benar-benar menyenangkan bagi Sora dan Ryo. “Kau senang? Baru kali ini aku mendengarmu tertawa dan tersenyum selepas itu, tak bisakah kau memperlihatkannya setiap saat? Kau tampak cantik juga begitu”ujar Ryo, mereka sedang duduk berhadapan di dalam bianglala, Sora tertegun mendengar ucapan Ryo ia merasa jantungnya berdegup sangat cepat sekarang. “SENPAI! Jangan permainkan aku! Apa sih maumu?”
“OMO! Kau mulai lagi, sudahlah lupakan, hari ini kita hanya akan bersenang-senang, kau ingatkan perkataanku tadi? Dan lagi kau percaya padaku kan? Aku akan melindungimu dan itu sudah ku lakukan meski terkadang aku tak bisa, gomen ne Sora sudah membuatmu diperlakukan begitu”
“Oh, jadi ini untuk menebus salahmu itu? Baiklah, aku terima permintaan maafmu”
“Arigato”kata Ryo lagi memandangi wajah Sora yang di terpa matahari senja. Ryo duduk disamping Sora sekarang menghalangi sinar matahari yang menyilaukan dan dibawah cahaya itu, Ryo mencium Sora. Dan mulai saat itulah Sora membuka diri pada Ryo meski sikapnya masih dingin.
Beberapa hari setelah Sora terluka karena jatuh dari tangga benar-benar menyiksa Ryo yang harus dengan terpaksa menjaga jarak dan diam-diam mengamati gadis itu dari jauh sekaligus menjaganya dari keisengan yarakashi dan yang lain. Memang cukup berhasil, Sora tak lagi diperlakukan buruk seperti saat mereka bersama dulu. Tapi disisi lain, Ryo merindukan saat-saat mereka bersama meski Sora dingin dan berusaha menjauhinya, entah mengapa ia tetap nyaman berada di dekat Sora.
Di pihak lain, Yuto dengan mudah berada di dekat Sora tanpa menarik perhatian yarakashi. Mereka sering bertemu di rumah sakit dan makin dekat karenanya. Ryo juga sering memakai trik itu untuk terus berada di dekat Sora, trik yang jitu,… (FlashBack Off)
―甘い空― Normal POV
Gerimis membawa Sora ke masa kini, ia berjalan tertatih dalam gandengan Ryo dan Yuto yang berjalan bersisihan disampingnya. Mereka duduk digazebo, suara yang terdengar hanya rintik hujan yang turun mereka masih enggan berucap. Sora mengeluarkan liontin yang bergantung di lehernya, memandangi wajah oneechannya disana, Ryo yang melihatnya sedikit terperanjat liontin itu mirip dengan yang kini mengantung di lehernya, liontin itu,… memang sama batin Ryo mengeluarkan liontin itu juga. Sora yang baru memerhatikan apa yag dikeluarkan Ryo langsung tersentak, “Senpai darimana kau mendapatkan liontin itu?”ujarnya langsung merebut liontin itu dari tangan Ryo. “Sora,… kau masih tak ingat kejadian saat kau menolongku dulu?”kata Ryo. Kesunyian mengisi lagi sesaat, Sora terus memandangi liontin ditangannya, liontin kembar yang jika disatukan akan membentuk hati yang utuh. Liontin yang dihadiahkan obaasan untuknya dan oneechannya. Sora sempat marah pada Hara yang menghilangkan liontinnya, itu sempat membuat Hara dirawat dirumah sakit selama beberapa saat tapi beruntung mereka segera berbaikan karena Sora tahu oneechannya tak bermaksud menghilangkannya, lagipula yang terpenting adalah kesehatan Hara.
“Senpai,… jadi ternyata,…”gumam Sora masih memandangi dua liontin ditangannya. “Senpai, kau salah mengenali orang… oneechan,… Amai Hara yang telah menolongmu dulu, bukan aku…”
“Tapi liontin itu? Kanji nama yang terukir disana? Foto itu…?”tanya Ryo tak percaya.
“Kami bertukar liontin, yang selama ini kau bawa adalah liontin milikku, ada nama dan fotoku. Oneechan dan aku, kami lahir ditanggal yang sama meski selisih tiga tahun lebih tua oneechanku. Kami seperti kembar bukan? Wajah kami sangat mirip dan tubuh oneechan yang lemah dan kecil membuatnya makin mirip denganku. Dan lihatlah, kau salah mengenali kami,…”ujarnya lagi.
Ryo shock mendengar perkataan Sora, jadi yang selama ini… Ryo sudah salah orang dan sudah dengan tanpa alasan membuat Sora mengalami banyak hal tak mengenakkan karena dia terus berada didekatnya. Ryo menganggap Sora sebagai orang yang selama ini ia cari, yang selama ini selalu dipikiran Ryo, yang selalu menjadi motivasi Ryo dan cinta pertama Ryo,…
Ryo terlambat, sudah sangat terlambat,… Ia tak kan menemukan yang selama ini ia cari dan terpaksa masih berhutang budi, lebih parah lagi ia sudah membuat Sora seperti ini,…
Tiba-tiba Sora berdiri dan berlari menerobos hujan dengan susah payah, Yuto berlari mengejarnya sedang Ryo masih terpaku memikirkan semuanya dari awal. Dilihatnya dari tempatnya duduk kini, Yuto melepas jasnya melindungi Sora dari hujan yang makin deras.
“Senpai,… selama ini takdir benar-benar kejam padaku ya? Apa memang aku tak pantas hidup di dunia ini? Untuk apa aku hidup? Untuk apa?”tanya Sora mengigil dibawah hujan.
“BAKA! Kenapa kau berkata seperti itu? Hidupmu adalah berkah, kau tahu kan? Kau ingat bagaimana pasien dirumah sakit memperoleh kekuatan mereka darimu? Kau membuat mereka lebih tegar menjalani hari-hari mereka. Lebih kuat melawan penyakit mereka dan kini kau juga berhasil mendirikan yayasan dan membantu pasien berkelainan jantung dan pasien lainnya. Kau juga merubah pandangan orang lain terhadap kehidupan, bukankah kau sendiri yang bilang jika hidup ini adalah untuk mengabdi pada sesama, membuat mereka tertawa bahagia membuatmu bahagia juga bukan? Kau juga telah merubahku,… kau ingat bagaimana sikapku dan keluarga pasien yang lainnya mengetahui salah satu anggota keluarga kami sakit? Kau membuat kami menerima keadaan dan berjuang untuk yang terbaik. Kau berkah bagi kami, kau tahu?”ujar Yuto menghapus airmata Sora. “Sora, kenapa kau menyiksa dirimu sendiri? Aku tak suka melihatmu seperti ini, cerialah… aku lebih suka melihatmu tertawa bersama pasien dirumah sakit daripada melihatmu seperti ini. Airmatamu terlalu berharga tuk terus tumpah seperti ini,…”lanjutnya lagi.
―To be continue―