Title: Goes
Pairing: Hikaru YaotomexOC
Genre:Romance, angst
Author: Me chappy_ryosuke
Summary: Dibaca ajalah, ga usah pake summary2an lagi~ XD, fic buat Deya-chan, tapi ini baru setengahnya yee~ XP, mohon dimaklumi~
Kamu tidak pernah mengerti aku!
Sebenarnya apa yang aku pikirkan saat ini? Setiap hari selalu saja ada masalah. Aku memang egois tak pernah mengerti dirinya. Aku egois, tetapi selalu aku yang menangis dan mengakhirinya. Ada apa sebenarnya dengan diriku ini? Aku sangat menyayanginya, lebih dari yang ia bayangkan. Aku bahagia dengannya. Sangat.
**Apa sebenarnya yang ia pikirkan? Aku selalu mencoba untuk memahami apa yang ia rasakan dan inginkan, tetapi mengapa selalu seperti ini? Kau tak pernah tahu, aku sangat mencintaimu Hikaru!
**
Angin sore itu berhembus di sela-sela rambutku yang pirang. Aku bersepeda menyusuri jalanan di atas sungai yang selalu aku lewati setiap hari sepulang sekolah. Bau rerumputan tempat aku biasa mengahabisi kemarahan, kelelahan ataupun rasa senangku akan sesuatu yang terjadi di sekolah atau di rumahku. Aku sangat butuh ketenangan, tempat inilah yang menjadi pilihanku sejak aku mulai menjadi ABG labil. Aku sangat tidak bisa meluapkan kemarahan atau kesenanganku di depan banyak orang. Kalaupun ada perasaan-perasaan itu hanya akan aku bagi dengan orang yang aku paling sayangi atau orang yang aku percaya. Seperti sahabatku ataupun ibuku.
Dan hari ini aku sangat kesal, sampai ingin memukul orang rasanya. Sebenarnya apa sih mau orang itu, kenalpun aku tidak! Dia anak kelas berapa aku juga tidak tahu. Seenaknya saja bilang aku merebut pacarnya, salah dia sendiri yang tidak bisa menjaga wanitanya dengan baik. Salah sendiri wanitanya suka denganku. Aku memang tampan, apakah itu salahku? Kusoo!! Aku berteriak sekencang-kencangnya, dan mengumpat dengan sepuas hatiku. Lumayan lega rasanya. Dan sepertinya tempat ini bukan tempat meluapkan perasaanku lagi, ada orang yang ternyata juga perlu tempat ini. Ia menangis dan berjalan menyusuri sungai. Eeh? Apa yang akan ia lakukan? Bunuh diri? Apa yang harus aku lakukan? Aku bingung! Menolongnya? Tentu bodoh!
“Hey! Apa yang kau lakukan disana? Kau tahu airnya sangat dingin heh?”
Dan sepertinya orang itu tidak mendengarku. Apa dia wanita? Tetapi rambutnya sangat pendek. Tetapi suara tangisannya sepertinya wanita. Lebih baik pendek sepertinya, daripada panjang jangan-jangan sebenarnya ia adalah hantu sungai yang digosipkan oleh penduduk disini lagi. Aku jadi merinding.
“Hey! Kalau kau tidak merasakan dingin, apakah kau hantu?”
Sepertinya pertanyaanku berhasil. Ia berhenti menuju ke dalam sungai itu. Dan menoleh sebentar dengan pandangan sinis. Tapi ternyata sedetik setelah itu ia melanjutkan menuju ke bagian sungai yang lebih dalam. Yabai! Apa yang sebenarnya dilakukan oleh wanita itu? Ah, masa bodoh dengan air dingin itu, daripada nanti ia mati dan masuk berita pagi dan ia yang sebenarnya dapat hidup jika aku tolong dan tahu-tahu telah ditemukan menjadi mayat. Aku tidak akan bisa makan dan tidur dengan nyenyak nanti.
Aku lalu berlari menuju ke dalam sungai itu. Dan air itu sangaaat dingin. Salahkan sekarang masih bulan januari. Kusooo! Dingiiinn! Langsung saja aku menggapai tangannya saat ia mulai menenggelamkan diri nya dan mungkin menghanyutkan dirinya. Tangannya yang mulai memutih itu masih saja ingin melawan dan berusaha melepas genggaman tanganku yang cukup erat itu. Tapi aku kan cukup kuat, apasih yang bisa dilakukan wanita itu dalam kondisinya yang cukup lemah itu. Aku lalu menggendongnya ke pinggir sungai,ia sangat terlihat menggigil sampai bibirnya pun memutih. Tak kuasa melihat, aku memberikan jaketku kepadanya. Ia melepaskan jaketku dan mencoba untuk untuk menuju ke sungai itu lagi dengan langkah gontai. Apa yang sebenarnya ia ingin lakukan? Ck! Kenapa ia sangat bersikeras ingin ke sungai itu?
“Hey, apa yang ingin kau lakukan lagi? Aku sudah kedinginan ini!”
“Lepaskan! Aku tidak pernah memintamu untuk menolongku! Tinggalkan aku sendiri!”
Sangat kebetulan jalanan di pinggir sungai sangat sepi, hanya satu dua orang yang lewat. Itupun mereka jalannya sambil menunduk merasakan dingin yang masih menusuk kulit.
“Araa~ kau ini menyebalkan sekali sih? Kau tidak sayang dengan dirimu sendiri?”
Setelah kata-kataku itu, ia kembali menangis, menangis dan menangis. Hatiku merasa ingin menangis juga melihatnya tampak begitu menderita. ia menunduk untuk menahan tangisannya yang sangat terdengar perih itu. Lalu kucoba lagi untuk memberikannya jaketku, dan ia menerimanya. Aku lalu menggapai tanganya yang basah karena air sungai atau air mata tadi untuk mengajaknya kerumahku. Mungkin ia bisa mendapat sedikit kehangatan.
Ia kubonceng dengan sepedaku, aku tidak biasa membonceng wanita, biasanya aku hanya membonceng Kei saja. Itupun ia dikira wanitaku. Haha parah! Ia sangat ringan dan tidak mengucapkan sepatah katapun setengah jalan. Tapi aku terkejut saat ia mengucapkan sesuatu.
“ Seharusnya kau saja yang mati!”
Aku mengerem sepedaku dan menanyakan apa yang ia katakan tadi. “Eeh? Kau mengucapkan sesuatu?” Sepertinya aku mendengarnya mengucapkan kata ‘mati’. Setelah kalimat tadi aku tidak mendengarnya mengucapkan sepatah katapun lagi, sampai kami sampai di rumah.
“Tadaima,” aku menunggu seseorang membalas salamku, ibuku membalasnya.
“Okaeri Hikaru, cepat mandi dan-“ kata-kata ibu berhenti karena melihat wanita yang berdiri di belakangku. Ia tidak bertanya, malah mempersilahkannya untuk makan dan menawarkannya untuk mandi. “Hikaru, ambilkan baju kakakmu, kasihan ia tampak kedinginan” ibuku tampak mengkhawatirkannya dan mengajaknya ke meja makan. “ Silahkan, kau lapar kan? Siapa namamu?” ia hanya diam dengan tatapan kosong. Ibu juga hanya bisa diam dan memperhatikannya sesekali. Sepertinya aku salah membawa orang kerumah.
**
“Kau tidak bosan menyiksaku? Apa lagi yang kau inginkan dariku? Bunuh saja aku!” isakku. Aku benar-benar ingin pergi, ingin pergi dari dunia ini. Kenapa aku dilahirkan di keluarga ini? Keluarga yang tidak mengenal kasih sayang. Aku sangat ingin...banyak, banyak sekali yang ingin kulakukan dengan mereka seperti keluarga yang utuh dan bahagia. Hasrat ini terasa percuma saja jika aku ingat kembali apa yang mereka lakukan padaku.
**
Dan saat aku akan berangkat sekolah, ia sudah tak ada dirumahku. Kata ibu pagi-pagi ia sudah pamit pergi dan mengucapkan terima kasih pada ibu dan padaku. Tentu saja padaku juga dong, kalau tidak ia sangat tidak tahu diri kan? Hmm, siapa nama gadis itu? Aku dan ibuku juga tidak tahu. Dan ponselku bernyanyi, dan itu dari fansku, Kana. Tertulis nama Kana di ponselku, tetapi aku lupa ini yang mana. Aku lupa, terlalu banyak.
“Ohayouu Hikaru, kau sudah sarapan? Eh, sudah waktunya berangkat! Awas kau telat loh!”
“Ahh, iya Kanachan~, sampai jumpa di sekolah. Matta nee~,” sudah terdengar mesra kan? Dan siapa ini lagi? Kazumi? Yang mana lagi ini? Arghh, aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.
Setiap hari, setiap jam, setiap menit, mereka selalu menanyakan keadaanku, sok perhatian terhadapku. Aku pernah mencoba menjalin hubungan yang serius pada salah satu dari mereka yang mendekatiku, tapi semua tak pernah berjalan lama. Aku cepat bosan dengan tingkah mereka yang begitu-begitu saja. Mereka hanya menginginkan wajahku, dan tidak menginginkan hatiku. Potong saja kepalaku kalau begitu! Mereka tak pernah benar-benar menarik perhatianku. Ibuku sampai biasa melihatku membawa wanita kerumah dalam keadaan apapun. Ia mungkin berpikir semua wanita ini temanku. Pernah aku bilang mereka adalah kekasihku, ia hanya tersenyum. Oh, kamisama tasukette!
Dan aku sudah terlalu terbiasa dengan suara-suara wanita yang selalu mengagumi wajahku itu. Dan suara manja mereka yang memanggilku. Seperti ini misalnya...
“Hikaru, tunggu aku!”
Aku menoleh dengan pandangan bosan.
TBC yah~
haha, enjoy ya~ XDD