Copasting this from my wattpad account. And guess what? It's Amu x Reia fic! Yay. I'm in love with aramyu yet my hand write this pair automatically~ anyway, it's Indonesian fic.
Douzo!
"Ne, Amu..." Reia menelan ludah setelah mendapat pelototan tajam, "Maksudku, Amu-sama." ia bersimpuh di lantai berkarpet, tepat menghadap sang Tuan Muda Haniuda Amu yang duduk bersilah di atas singgahsana raja.
Setelah mendapat peringatan implisit, pria berseragam pelayan wanita itu tidak lagi berani menatap (yang harusnya berstatus) kekasihnya. Fokus atensinya tertuju pada lantai berselimutkan karpet merah marun kediaman keluarga Haniuda. Mulutnya diam-diam mengerucut, merasa sebal karena Amu tidak mau mengerti keadaannya yang saat ini sedang tersiksa.
Oke, Reia hiperbola.
"Ano, ne, Amu-maksudku, Amu-sama." Reia mencoba mendongkak tapi malah semakin menunduk gara-gara tidak biasa menyebut sang kaisar dengan embel-embel penghormatan. Ia takut karena sudah dua kali salah. Jika sampai salah lagi, hukuman serius menantinya.
Itu yang dibilang Baginda Raja di awal permainan.
Amu tak bersuara, pun mengubah posisi duduknya yang terbilang nyaman itu. Ia hanya mengawasi gerak-gerik sang pasangan. Entah kenapa di matanya Reia begitu cocok menggunakan outfit lucu semacam kostum pelayan. Bukannya Amu berotak mesum, hanya saja baju itu sungguh cocok melekat di tubuh orang yang beberapa bulan lebih tua darinya itu. Dan lagi, betapa anak itu telah mendalami posisinya, hingga tiap nada bicaranya terdengar seperti permohonan. Lembut bercampur gemetar. Tuhan, bolehkah Amu membuat kloningan Reai untuk dijadikan maid pribadi?
Karena Reia yang asli akan jadi Ratu di keluarganya kelak.
"Amu." Reia berdiri, tegap. Matanya tak lagi melarikan diri. Kedua tangan bersedekap di depan dada. Kaki jenjang berdiri gagah. Abaikan fakta bahwa pakaian yang dikenakan membuatnya gagal terlihat jantan.
Amu menaikkan satu alis, bertanya-tanya. Anak itu kenapa? Tiba-tiba saja berubah karakter. Alter ego?
Reia mengambil nafas, lalu melepasnya pelan-pelan, "Mou yamero ka?" dan mood sang raja dijatuhkan telak oleh ajakan sang pelayan.
Menukikkan alis, "Tidak mau." Amu menolak, mentah-mentah.
"Demo-
"Meirei da, kono mama ni natte! Ore no maido ni natte! Zutto!" Amu berdiri, tiba-tiba saja aura intimidasinya keluar. Warnanya hitam pekat. Reia ciut nyali seketika.
"H-hai."
...
...
...
Tapi, "TIDAK!" dia berubah pikiran. "Aku lelah melayanimu terus, Amu."
Ambigu. Reia sendiri tersipu saat mengatakannya.
Menatap Amu dengan pandangan menantang, "Ayo switch role. Hari ini giliranku yang jadi raja. Saatnya kau jadi pelayan!" sang uke mendeklarasikan perang. "Agar kau tau betapa lelahnya menjadi seorang maido!"
Yang ditatap malah bungkam, sebenarnya ingin tertawa tapi ditahan mati-matian. Lihat saja,wajah tersipu Reia (dengan pipi dan telinga yang memerah) adalah ekspresi terbaik dan merupakan favoritnya!
Maaf, Amu salah fokus.
"Baiklah."
"Eh?"
Amu setuju, pembaca!
Reia sudah membayangkan bahwa sang seme akan melayaninya dengan menggunakan kostum maido yang sama. Membayangkan jika Amu akan memakai outfit penuh warna yang kelebihan renda. Lalu bersujud di hadapannya dan tidak akan mengatakan 'tidak' satu kalipun. Reia akhirnya akan bisa mendominasi Amu walau sehari. Reia bisa minta ini-itu sesuka hati. Reia akan duduk di singgahsana Amu dan jadi raja!
Tapi...
"Are?"
Loh, kok...
Reia ternganga sekejap setelah keluar dari kloset untuk mengganti kostum. Matanya membola karena terkesima. Bagaimana tidak, ia disambut oleh penampakan sang kekasih yang berdiri tegap menyambutnya dengan kostum butler berwarna hitam mirip seperti punya tokoh Sebastian dalam serial animasi Pelayan Hitam. Orang itu... kenapa terlihat sangat menawan?
Amu tersenyum, tidak, menyeringai. Agak samar. Lagaknya sudah seperti iblis pelayan saja, "Bocchan..."
Gila.
Suaranya Amu bikin merinding. Reia deg-degan. Wibawanya ituloh! Tolong, Reia jatuh hati untuk yang kesekian kali pada entitas Tuan Muda keluarga Haniuda!
"Berikan perintahmu, Bocchan..." Amu berlutut hormat dengan satu tangan di dada.
Reia tergagap, belum siap dipanggil Tuan Muda.
"Bocchan?"
"...jadilah milikku selamanya, Amu."
Sang pelayan benar-benar menyeringai penuh kemenangan sekarang, "Yes, Your Majesty."