-untitled-

Sep 28, 2014 04:33

Characters: Yesung and Siwon
Pairing: YeWon (as always)
Rate: G
Genre: lemme think.....
warning: written in Bahasa since I'm too lazy to write in English... hiahahaha
greatly insiperd by Kelly Clarkson's Dark Side

There’s a place that I know
It’s not pretty there and few have ever gone
If I show it to you now
Will it make you run away?

Yesung berjalan perlahan menyusuri lorong rumah sakit yang sudah tampak sepi, wajar saja jika mengingat sekarang sudah lewat tengah malam. Hanya sekali dua kali ia berpapasan dengan perawat yang melakukan pemeriksaan berkala kepada beberapa pasien tertentu. Ujung jas berwarna putih yang ia kenakan bergerak-gerak seiring dengan ayunan langkahnya, menimbulkan bunyi gesekan pelan. Yesung kemudian berhenti di kamar dengan angka 206 di bagian atas pintu. Dengan amat sangat perlahan dia memutar kenop pintu kemudian mendorongnya, memastikan tidak ada suara yang timbul.

Suara rintihan pelan terdengar ketika Yesung memasuki kamar tersebut. Ia berjalan dengan hati-hati menuju tempat tidur dimana seorang pria tengah tertidur. Meskipun sedang berada di alam bawah sadar, namun terlihat jelas bahwa pria itu sedang menahan rasa sakit yang teramat besar. Dahinya berkerut-kerut dalam sementara suara ringisan terus lolos dari mulutnya. Tubuhnya bergerak ke kiri dan ke kanan dengan gelisah. Keringat terlihat mengumpul di dahinya. Yesung menggigit bibir bawahnya dengan keras.

Ia kemudian mengeluarkan sesuatu dari dalam saku kanan jasnya dan meletakkannya di atas meja yang berada tepat di samping tempat tidur. Yesung lalu menyentuh punggung tangan pria yang tengah tertidur itu selama sepersekian detik sebelum akhirnya ia mengayunkan langkahnya menuju pintu dan menutupnya kembali.

Nobody’s a picture perfect
But we’re worth it
Will you love me? Even with my dark side

Siwon selalu terbangun pada tengah malam dengan rasa sakit yang teramat sangat pada kaki kirinya. Pria itu akan terbangun dan langsung menyingkap selimutnya. Selama beberapa saat dia akan terdiam lalu secara perlahan tapi pasti kemarahan akan mengumpul di otaknya hingga akhirnya ia melampiaskannya dengan memukul tempat tidur. Siwon selalu terbangun dengan rasa sakit selama seminggu terakhir diiringi dengan perasaan marah yang meluap-luap.

Setelah berhasil sedikit menenangkan dirinya, pria itu menoleh ke meja yang berada di samping tempat tidur. Sebuah bunga berwarna merah muda keunguan terlihat diletakkan di atas meja tersebut. Siwon menjulurkan tangannya, mengambil bunga tersebut dengan alis mengernyit. Ia tidak tahu siapa yang meletakkan bunga itu di sana tapi selama seminggu terakhir ia selalu menemukan bunga tersebut saat bangun.

Siwon kembali mengulurkan tangannya, kali ini untuk menggapai sebuah benda yang diletakkan bersandar pada meja di samping tempat tidurnya. Dengan perlahan pria itu turun dari tempat tidur dan melangkahkan kakinya. Suara pelan kayu yang beradu dengan lantai keramik rumah sakit terdengar seiring dengan langkah Siwon menyusuri lorong rumah sakit, hingga akhirnya berhenti di depan pintu elevator.

Setelah pintu baja di hadapannya terbuka, Siwon masuk ke dalam elevator lalu menekan tombol yang akan membawanya ke lantai paling atas. Perlu waktu beberapa menit sebelum akhirnya pintu di hadapan Siwon kembali terbuka dan namja itu keluar dari benda kotak yang dinaikinya itu. Siwon berbelok ke kanan lalu berjalan lurus hingga mencapai ujung lorong. Dia kemudian mendorong pintu emergency dan dengan sedikit kesusahan ia menaiki anak tangga.

Angin musim gugur langsung menyambut Siwon ketika ia menjejakkan kakinya di bagian atap rumah sakit. Tidak ada apapun di bagian atap tersebut. Tidak ada bangku ataupun tanaman untuk mempercantik bagian paling atas dari rumah sakit yang cukup besar itu. Tapi bagian atap ini adalah satu-satunya tempat favorit Siwon selama ia berada di rumah sakit. Pria bertubuh tinggi dan tegap itu berjalan menuju tepian atap yang hanya dibatasi pagar yang terlihat tidak terlalu kokoh. Siwon mengendarkan pandangannya ke sekelilingnya, menikmati Seoul yang terlihat begitu gemerlap dengan berbagai lampu. Rasa sakit di bagian kakinya masih terasa tapi ia mencoba mengabaikannya. Begitu pula rasa dingin yang sedikit menusuk setiap kali angin berhembus dan menembus pakain tipis rumah sakit yang ia kenakan.

Siwon menutup matanya. Diantara suara desau angin yang berhembus begitu pelan, telinganya menangkap suara berderit. Ia kemudian membuka matanya dan mengambil nafas dalam lalu menghembuskannya dengan nyaring.

“Kau yang meletakkan bunga itu?” tanyanya dengan suara yang cukup nyaring. Siwon sedikit memutar tubuhnya agar menghadap satu-satunya pintu yang menghubungkan bagian dalam rumah sakit dengan atap. Pintu itu terlihat tertutup rapat tapi Siwon tahu betul ada seseorang di baliknya. Instingnya berkata begitu, dan Siwon percaya hampir sepenuhnya pada instingnya yang sudah begitu terlatih.

“Aku tahu kau di sana,” sambung Siwon.

Selang beberapa saat, daun pintu terbuka. Seorang pria dengan tubuh sedikit lebih kecil dari Siwon yang mengenakan jas putih berjalan melewati pintu dengan wajah tertunduk. Ia berjalan tanpa melihat ke arah Siwon yang masih berdiri di posisi semula.

“Kau… salah satu dokter di sini bukan?” tanya Siwon setelah akhirnya ia bisa mengenali siapa yang sedari tadi mengikutinya hingga atap. Pria yang ditanya tersebut mengangguk pelan sambil memainkan ujung jasnya.

“Maaf. Aku tidak bermaksud mengganggumu,” sahutnya lirih.

“Apa yang kau inginkan sebenarnya?” Siwon tidak dapat menahan rasa penasarannya. “Kau yang seminggu ini terus meletakkan bunga itu di kamarku bukan? Dan terkadang mengikutiku sampai ke sini!”

Ucapan Siwon membuat sang dokter sontak mengangkat kepalanya dengan mulut terbuka dan mata sedikit melebar. Ia menatap Siwon tidak percaya.

“Kau pikir aku tidak tahu kau berdiri di balik pintu itu? Kau lupa aku siapa?” sahut Siwon tegas. Ia sebenarnya hanya menebak setelah melihat gelagat dokter di hadapannya itu. Selama seminggu terakhir Siwon memang berusaha menebak-nebak siapa yang meletakkan bunga di kamarnya itu. Siwon juga selalu merasa ada yang mengikutinya jika ia berada di atap pada malam hari. Siwon mencoba mengingat semua dokter yang bertugas pada malam hari dan dokter di hadapannya saat ini adalah dokter yang selalu memeriksanya pada malam hari. Baru malam ini Siwon yakin dengan tebakannya.

Sang dokter menggigit bibir bawahnya dan menundukkan wajahnya lagi. “Mian,” gumamnya lagi.

“Aku tidak perlu permintaan maaf. Aku hanya perlu penjelasan!” tegas Siwon.
Dokter dengan tag name Kim pada bagian kanan jasnya itu melirik Siwon sekilas. Ia memainkan jemarinya dengan kaki yang sesekali bergerak tidak nyaman. “Eummmm… itu karena aku … um.. aku hanya ingin sedikit memberi semangat untukmu.”

“Semangat?”

“Bunga yang aku berikan, itu namanya gladiol. Bunga itu melambangkan kehormatan dan keinginan yang kuat.”

“Kau….-“

“Appaku sama sepertimu….,” potong dokter Kim dengan cepat. Ia mengangkat wajahnya dan kali ini menatap Siwon dengan berani. Ada kesedihan yang tertangkap dari sepasang mata yang memandang Siwon dengan lembut itu. “… dulu appaku juga sepertimu.”

“Ayahmu… juga seorang tentara?”

Pria itu menggeleng. Ia menunjuk celana Siwon. Kaki kanan pria itu terlihat baik-baik saja tetapi celana yang menutupi bagian kiri kakinya menggantung begitu saja.

“Appa juga kehilangan salah satu kakinya,” lanjut dokter Kim. “Dan aku tidak ingin kau berakhir seperti appa.”
.

Everybody’s got a dark side
Do you love me?
Can you love mine?

.

Siwon baru saja menyelesaikan wajib militernya selama dua tahun ketika pria itu memutuskan untuk mendaftar sebagai tentara Korea Selatan. Selama menjalani wajib militer, Siwon ditempatkan dalam kesatuan marinir. Di tahun keduanya, Siwon dikirim ke Sudan sebagai bagian dari Pasukan Perdamaian di bawah bendera United Nation.

Siwon menyukai anak-anak, dan apa yang disaksikannya selama di Sudan membuat ia merasa miris. Entah ada berapa anak-anak yang harus menjadi korban karena konflik tidak berkesudahan antara pemerintah dan gerakan anti-pemerintahan. Gerakan tersebut sering kali melakukan terror pada masyarakat yang justru tidak tahu menahu permasalahan politik.

Siwon tidak pernah mengeluh meski harus ditempatkan di pedalaman Sudan karena ia tahu keberadaannya diperlukan. Karena pria itu sadar kehadirannya memberikan sedikit rasa aman pada anak-anak tersebut. Terkadang, Siwon juga bermain dengan anak-anak di desa dimana ia ditempatkan.

Pada saat resmi menjadi tentara Korea Selatan, Siwon sengaja meminta agar bisa ditempatkan di daerah konflik. Meski tidak langsung mendapatkan penugasan sesuai keinginannya, tetapi Siwon akhirnya dikirim untuk membantu tentara US sebagai Pasukan Perdamaian di Somalia pada tahun ketiganya sebagai tentara. Siwon merayakan ulang tahunnya yang ke 27 di pedesaan yang tidak ia ketahui namanya di Somalia. Tidak ada perayaan khusus, hanya sepotong roti yang diberikan anak-anak di desa tersebut dan nyanyian ulang tahun dengan bahasa Somalia. Nyanyian yang tidak ia mengerti tetapi bisa menyentuh hatinya dan membuatnya menangis.

Setahun kemudian, Siwon masih berada di Somalia namun di desa yang berbeda. Entah sudah berapa kali mereka harus berpindah-pindah tempat. Suatu hari, Siwon dan rekan-rekannya terlibat dalam baku tembak dengan serombongan orang bersenjata yang menyerang desa tempat Siwon dan kelompoknya ditempatkan. Saat tengah berlindung dari hujan tembakan, tiba-tiba saja sebuah bom rakitan diarahkan tepat dimana Siwon dan dua orang rekannya berada. Dalam sepersekian detik, Siwon berhasil melompat, menjauhi sumber ledakan tersebut. Tetapi di luar dugaan, daya ledak bom tersebut cukup hebat dan mengenai kaki kiri Siwon. Pria itu masih berjuang untuk melawan para pasukan anti-pemerintahan tanpa memperdulikan lukanya yang terus mengeluarkan darah.

Entah berapa lama baku tembak itu berlangsung. Adrenalin yang mengalir begitu deras membuat Siwon melupakan rasa sakit karena lukanya. Tapi ketika baku tembak berakhir dan rombongan tersebut melarikan dari dari lokasi, Siwon baru merasakan pedih yang teramat sangat pada bagian kakinya. Siwon hanya bisa menatap nanar kakinya yang ditutupi luka bercampur pasir yang menempel. Ia bahkan sudah tidak bisa merasakan lagi apapun di kaki kirinya. Beberapa saat kemudian Siwon jatuh pingsan.

Siwon terbangun dua hari setelah peristiwa baku tembak. Awalnya ia merasakan nyeri di bagian kaki kirinya dan saat ia menyibak selimutnya, Siwon mendapati kaki kirinya sudah diamputasi. Bagian kaki di bawah lututnya sudah tidak ada lagi.

“Tidak ada jalan lain selain mengamputasi kaki kirimu,” ujar dokter yang menanganinya waktu itu. Sejumlah alasan medis dijelaskan pada Siwon. Tapi tidak ada satupun yang berhasil dimengerti Siwon. Yang ada dipikirannya hanyalah kakinya yang sudah tidak ada lagi dan kondisi cacat yang harus dijalaninya selama sisa hidupnya. Seluruh rasa sedih, kecewa dan marah bercampur, dan pria itupun mendadak histeris serta mengamuk.

Tiga hari kemudian Siwon dikirim kembali ke Seoul dan ditempatkan di rumah sakit terbaik di Seoul untuk perawatan lanjutan.

.

Don’t run away
Just tell me that you will stay
Promise me you will stay

.
“Aku tahu kau terkadang akan merasakan sakit pada bagian kakimu yang sebenarnya sudah tidak ada lagi. Appa juga sering merasa seperti itu,” ungkap dokter Kim.

Siwon kembali menggerakkan tubuhnya dan berdiri menghadap kota Seoul yang masih terlihat berwarna-warni, begitu kontras dengan perasaannya yang begitu abu-abu. Pria itu mengeratkan genggamannya pada kruk yang menyangga kaki kirinya. Pihak militer sudah mengatakan kalau ia akan mendapatkan kaki palsu segera - kaki palsu dengan teknologi paling terbaru. Tapi kaki palsu tetap tidak akan bisa menggantikan kaki asli dan selamanya ia akan menjadi orang cacat.

Suara angin yang berhembus mengisi hening panjang di antara dokter dan pasien tersebut. Dokter dengan nama lengkap Kim Yesung itu menatap lekat wajah Siwon dari samping. Ia menghela nafas pelan lalu mengusap wajahnya ketika merasakan air mata mulai mengumpul di pelupuk matanya.

“Appa dulu pernah mengalami kecelakaan. Saat itu aku berusia 14 tahun,” Yesung kembali memulai ceritanya. “Appa kehilangan kaki kanannya. Setelah operasi, dia seringkali merasa sakit pada bagian yang sebenarnya sudah hilang. Dokter mengatakan itu adalah efek yang normal bagi kebanyakan pasien amputasi. Menurut dokter efek itu akan hilang jika pasien sudah menerima kenyataan bahwa ia memang sudah kehilangan bagian tubuhnya.”

Yesung memutar tubuhnya hingga ia berdiri bersisian dengan Siwon dan menatap kota di bawah mereka. “Tapi efek itu tidak pernah hilang. Appa tetap merasakan nyeri karena dia masih tidak bisa menerima apa yang sudah terjadi. Bukan hanya itu, sikap appa juga mulai berubah. Dia menjadi mudah marah padahal sebelumnya appa adalah ayah yang begitu penyayang dan lembut. Appa berubah drastis.”

Siwon menutup matanya. Perkataan dokter yang berada di sampingnya membuat dadanya sedikit sesak. Ia sadar dirinya sudah berubah menjadi seperti yang diceritakan dokter Kim. Akhir-akhir ini ia gampang marah hanya karena hal-hal kecil.

“Adikmu terkadang menangis setelah mengunjungimu. Aku kadang melihatnya duduk di taman dengan bahu yang bergetar.”

Dada Siwon semakin terasa sakit. Orang tua mereka meninggal karena sebuah kecelakaan setahun setelah Siwon menjadi tentara. Siwon hanya memiliki satu adik perempuan yang berusia 2 tahun di bawahnya. Dan semenjak orang tua mereka meninggal, adik Siwon harus tinggal sendiri karena ia lebih sering bertugas di luar kota selama berminggu-minggu sampai berbulan-bulan, bahkan dua tahun terakhir ia ditempatkan di luar negeri dan tidak pernah pulang. Sekarang, tanpa sadar pria itu justru menyakiti satu-satunya keluarganya yang ia miliki.

“Aku… tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang,” aku Siwon akhirnya.

“Kudengar dari adikmu, kau sangat ingin melindungi anak-anak. Karena alasan itu pula kau bersedia ditempatkan di daerah konflik atau bencana.”

Siwon menolehkan kepalanya ke arah dokter di sampingnya itu kemudian mengangguk pelan. Yesung tersenyum dan siwon baru menyadari sekarang bahwa dokter yang sebenarnya sudah merawatnya selama seminggu terakhir itu memiliki senyum yang indah. Kedua matanya akan menyipit, membentuk lengkungan bulan sabit yang terlihat begitu sempurna berpadu dengan senyumannya.

“Aku mengenal teman yang bekerja di salah satu NGO yang menangani masalah anak-anak. Mungkin kau bisa bekerja di sana.”

“Tapi… keadaanku….,” ucap Siwon ragu.

Yesung meraih tangan Siwon lalu meremasnya lembut. “Bagaimana mungkin kau bisa melindungi anak-anak. Bagaimana mungkin kau bisa membuat anak-anak itu percaya padamu jika kau tidak percaya kalau kau mampu? Bukankah seharusnya kau yang menunjukkan kepada mereka bahwa apapun situasinya, mereka pasti bisa melewatinya.”

“Mudah bagimu untuk mengatakannya tapi sulit untuk melakukannya,” sanggah Siwon dengan pesimis.

“Sulit bukan berarti tidak mungkin, bukan? Aku akan membantumu. Adikmu pasti akan membantumu.”
Siwon menatap pria di hadapannya dengan intens, mencoba mengambil sedikit pemikiran positif dari dokter di hadapannya itu. “Tapi mungkin aku masih akan menyusahkan kalian dengan sifat temperamenku. Terkadang, aku tidak bisa mengendalikan emosiku… maksudku… keadaanku.. aku tidak mengerti kenapa tapi rasanya aku memang menjadi semakin pemarah.. aku-,”

“Aku tahu, Siwon-ssi,” potong Yesung. “Tidak mudah menerima keadaan ini. Menerima bahwa ada yang hilang dari tubuhmu. Kalau kau sedang merasa lelah dengan keadaanmu kau lihat saja bunga gladiol yang sudah aku berikan. Anggap saja sebagai pengingat bahwa kau adalah tentara yang terhormat dan seseorang yang memiliki kemauan kuat. Karena itu yang aku lihat darimu dan aku yakin itu juga yang dilihat dari anak-anak yang selama ini sudah kau lindungi.”

Siwon menundukkan kepalanya. Ia tahu ia adalah seorang pria dan ia juga seorang tentara, tapi rasanya kali ini ada desakan emosi yang menuntutnya untuk menangis. Ada gumpalan kekesalan dan kekecewaan yang menunggu untuk dimuntahkan. Perlahan tetesan cairan bening mulai mengukir jalan di kedua pipi Siwon diiringi isakan tertahan. Yesung segera melingkarkan kedua lengannya di bahu Siwon dan menarik pria yang sedikit lebih besar darinya itu ke dalam pelukannya.

Malam ini, di sela suara angin yang masih berhembus, Siwon mengeluarkan semua kehawatirannya. Semua kemarahannya. Semua kekecewaannya. Air mata mengalirkan seluruh rasa sesak yang mengganggunya selama ini dan angin membawa pergi rasa itu.
Malam ini, untuk pertama kalinya sejak mengetahui kakinya telah diamputasi, Siwon bisa tertidur dengan nyenyak tanpa merasakan sakit pada kakinya.

Like a diamond from black dust
It’s hard to know what can become If you give up
So don’t give up on me
Please remind me who I really am

-kkeut-

length: drabble

Previous post Next post
Up