Fanfic: Dua Kotak

Jul 02, 2011 19:40

Fandom: Yami no Matsuei

Rating: T

Genre: Romance/Angst


DUA KOTAK

Disclaimer: Mari kita berdoa agar Yoko Matsushita segera melanjutkan manga ini.

Fanfic ini dibuat dalam rangka menjawab Valentine Challenge II di Infantrum yang dilontarkan oleh Dani.

Tsuzuki berjalan melewati gerbang Enmacho sendirian. Dia memang terlambat, pasti Tatsumi akan mengomel padanya. Tidak cuma dia, pasti Hisoka akan mengomelinya juga. Tsuzuki tersenyum memikirkan kedua rekan kerjanya.

Barangkali hari ini terlihat sebagai hari kerja biasa. Tidak, tidak juga. Kalau kita melongok kalender akan sangat jelas hari ini apa. Empat belas Februari.

Tsuzuki berjalan dengan riang masuk. Dia sudah tahu pasti apa yang menantinya hari ini, sama seperti tahun-tahun lalu.

Seperti yang sudah diduga, Tatsumi menegurnya.

“Tsuzuki-san. Kau terlambat. Lagi.”

Tsuzuki hanya tersenyum dan menyeringai mendengarnya, lalu langsung menuju mejanya. Benar, ada setumpukan coklat di situ.

“Oi, selesaikan dulu laporannya!” Hisoka menatapnya dengan wajah lumayan galak.

Tsuzuki membuka kotak coklat pertamanya. Guylian Seashells Strawberry. Dilihatnya kartu yang disertakan.

Tsuzuki-chan,

Selamat Valentine. Coklatnya lucu kan?

Yuma & Saya

Tulisan Yuma. Tsuzuki tersenyum melihat kartu ucapan itu. Ah, khas duo Hokkaido.

“Hisoka, kamu dapat juga kan?”

“Iya, untungnya mereka pengertian, memberiku yang dark 90%.”

Tsuzuki melahap coklat-coklatnya sambil mengetik. Enak. Semua enak. Valentine adalah perayaan paling menyenangkan buatnya. Coklat yang dimakannya belepotan ke mana-mana, sampai ke laporannya. Tsuzuki segera pergi ke ruangan Tatsumi, mengingat sang sekretaris sudah menunggu laporan itu sejak tadi. Tsuzuki mengetuk pintu.

“Masuk.”

“Ini laporannya, Tatsumi.”

“Haaaaah, belepotan coklat semua.... Print lagi.”

“Yah....”

“Tsuzuki-san, sebentar....”

Tatsumi menghampirinya. Sekarang mereka begitu dekat. Tatsumi mengulurkan tangan kanannya, jari-jemarinya menyentuh pipi Tsuzuki.

“Ada coklat di pipimu....”

Tsuzuki memejamkan matanya, merasakan sentuhan jari-jari panjang dan halus milik Tatsumi. Ah... mungkin tidak seharusnya dia menikmatinya. Atau, bolehkah? Rasanya sudah lama sekali. Sejak dahulu Tatsumi selalu seperti ini. Samar-samar Tsuzuki ingat bahwa beginilah dia sejak mereka berdua masih bersama sebagai partner.

Tsuzuki membuka matanya. Tatsumi masih begitu dekat.

“Tatsumi....” Tsuzuki sedikit mundur menjauh. Dia melirik ke arah meja Tatsumi. Coklat di meja itu sama banyaknya dengan di mejanya sendiri.

Berapa banyakkah honmei choco yang Tatsumi dapat? Kalau dipikirkan lagi, Tatsumi sangat populer, tidak hanya di kalangan perempuan saja, tapi juga di antara para laki-laki. Dulu dia pernah tidak sengaja mendengar sekelompok orang menggosipkan Tatsumi. Mereka bilang dia... seksi. Tsuzuki harus mengakui bahwa itu benar. Dia memang menarik, dan punya sisi lembut yang hanya sedikit orang tahu, dan Tsuzuki adalah seseorang yang beruntung bisa merasakannya.

Tatsumi masih memegang pergelangan tangan Tsuzuki dengan lembut.

“Tsuzuki-san....”

“Y...ya, Tatsumi.”

“Lebih baik kau hati-hati pada Watari-san hari ini.”

“Ah, ya, tentu. Tahun kemarin.... Aku print ulang dulu laporannya.”

Tsuzuki keluar dan menutup pintu ruangan Tatsumi, begitu sampai di mejanya, dilihatnya Hisoka sudah menyiapkan printer dan kertas.

“Eh....”

“Pasti disuruh Tatsumi-san nge-print lagi.”

Tsuzuki langsung menubruk Hisoka dan memeluknya, “Hisoka baiiiiiiiiik deh! Aku sayang Hisoka.”

Wajah Hisoka langsung seperti tomat matang, “Ukh.... Dasar bodoh! Sembarangan! Print laporannya sana!”

Tsuzuki sekarang melirik meja Hisoka. Sejak tadi tumpukan coklat di mejanya tidak banyak berkurang. Hisoka memang tidak suka makanan manis, tapi tidak menghalangi banyak orang untuk memberinya coklat. Lagipula Hisoka sangat manis, meskipun sikapnya galak dan sewot. Bukan hanya itu, Tsuzuki mengenang lagi. Hisokalah yang mati-matian menolongnya saat dia dulu kerasukan. Hisokalah yang nekat terjun ke api saat dia sendiri berusaha menghapus keberadaannya....

Ah, mengapa dia jadi melankolis begini....

Matahari bergerak makin ke barat. Hisoka telah cukup berhasil menahan Tsuzuki duduk di mejanya, dibantu juga dengan setumpukan coklat yang masih tersisa di mejanya, ditambah Tatsumi yang sering mondar-mandir mengecek beralasan mengawasi apakah Watari melakukan hal-hal aneh lagi.

Hisoka menumpukkan separuh coklat yang didapatnya ke meja Tsuzuki.

“Eh, Hisoka, kok....”

“Mana aku sanggup makan coklat segini banyak. Kamu tahu aku nggak suka manis kan?”

“Nnnn.... Eh, Hisoka, kamu serius mau makan itu?” tanya Tsuzuki melirik coklat rasa cabai yang dipegang Hisoka dan juga coklat rasa garam laut.

“Mungkin.... Rasanya aneh nggak ya?” Hisoka menggaruk-garuk kepalanya. “Kamu jadi testerku dulu lah.”

Tsuzuki tersenyum mendengarnya, “Mana, sini kucoba. Suapin....”

Hisoka mematahkan coklat rasa cabainya dan menyuapkannya ke mulut Tsuzuki, membuat wajahnya sendiri jadi merah. “Da... dasar bodoh....”

Hari ini hari untuk mengungkapkan cinta. Cinta.... Memikirkannya membuat hati Tsuzuki sedikit galau. Akhirnya sore itu Tsuzuki memutuskan berjalan-jalan saja di taman Enmacho yang dipenuhi pohon sakura.

Sudah waktunya pulang saat Tsuzuki kembali ke kantor Divisi Shokan. Dia melihat mejanya, saat dia pergi sudah tak ada coklat di mejanya, tapi sekarang ada dua kotak. Satu terbungus warna hijau, satunya biru. Akhirnya dibawanya pulang dua kotak itu.

Tsuzuki membuka dua kotak coklat itu di apartemennya. Keduanya anonim. Kotak warna hijau berisi beberapa potong coklat, rasanya cukup pahit, tapi diselingi potongan almond gurih dan ceri yang manis. Tsuzuki membuka kotak warna biru, dilihatnya pralines bermacam bentuk tertata elegan, setiap lajur satu bentuk, dan setelah dicicipinya setiap lajur satu rasa. Satu lajur isi pasta almond, satu lajur isi kismis, satu lajur isi krim mint dan satu lajur isi krim jeruk. Dua kotak cokelat itu buatan tangan, buatan sendiri. Tsuzuki tahu pasti siapa pembuatnya.

Mereka.... Tsuzuki tak tahu saat White Day nanti siapa di antara mereka berdua yang akan diberinya marshmallow....

Kami shinigami, waktu kami telah berhenti. Meski begitu, pantaskah aku tak bisa menentukan sikap, membuat keadaan kami bertiga jadi mengambang...?

Tsuzuki hanya bisa duduk di balkon, merenung dan memakan sedikit demi sedikit coklatnya.

Selesai juga! Idenya dari cerita omake volume delapan. Meriset juga tentang coklat di internet, sampai kebawa mimpi.... ^_^;

Coklat rasa cabe dan rasa garam laut itu ada beneran lho, serius.

Ya sudah. Silakan manfaatkan tombol cantik di bawah. ^_^

c: seiichirou tatsumi, c: asato tsuzuki, p: tsuzuki/hisoka, f: yami no matsuei, g: angst, c: hisoka kurosaki, fanfic, p: tatsumi/tsuzuki, r: t, g: romance

Previous post Next post
Up