Title : Uninnocence
Genre : Romance Straight
Rating : NC (none crackish) hahahaah PG
Length : oneshot
Cast : Lee Taemin and Kwon JaeEun (Nita Caroline)
Dis. : i own Taemin /plaaaaak kkkk~ just make a plot
Word-sum : 1621 words
Summary : we’re not siblings. *short but sweet*
***
“JaeEun, kali ini pilih yang imut atau yang tampan?”, aku menoleh ke arah pemilik suara di belakangku.
“umm..aku pikir aku suka yang imut. Hahahaha”, tawaku sambil melihat lihat nama pendaftar untuk seleksi masuk dance club SMA Choshinsung. Club dance kami memang tak sembarang memilih anggota, harus orang-orang yang bisa dance, karena club dance kami memang yang terbaik untuk tingkat SMU. Aku JaeEun, Kwon JaeEun, sekertaris dari organisasi club dance Choshin. Kami sedang mengaudisi murid - murid baru yang ingin masuk klub ini.
Beberapa di antara mereka, tentu ada yang parah. Mereka hanya menari, tanpa ada passion dan aura yang kuat. Hingga muncul seorang bocah kecil, kurus tapi harus ku akui ia manis. Well, mungkin wajahnya menjadi poin plus untuk penilai, karena Yoori, yang duduk di sampingku sejak tadi sudah memuji - muji kecantikan anak itu. Aku sendiri jujur, juga tertarik padanya. Dan rasa kagumku pada bocah itu bertambah sesaat ia mulai menari. Gerakan tubuhnya menhidupkan suasana, passion yang kuat dan penuh gairah. Ia benar - benar mengagumkan. Dan saat ia diumumkan diterima di klub kami, ia tersenyum lebar, senyumannya sungguh polos dan manis. Sejak itulah aku mulai menyukainya, Lee Taemin...
Tapi pertemuanku dengan bocah itu hanya sampai disitu saja, karena seusai merekrut member baru, aku harus ‘pensiun’ dari klub itu. Aku sudah kelas 3, seluruh murid kelas 3 tidak diperkenankan mengikuti ekskul atau klub manapun dan akan mengkonsentrasikan diri pada pelajaran. Hhhh~ kecewa, tapi aku tak bisa berbuat apa - apa. Ia bahkan belum berkenalan denganku secara benar, mungkin hanya aku yang menyimpan perasaan padanya.
***
“kau?”, mataku terbelalak, memandang sosok pemuda kecil yang ada di hadapanku. Ini sungguh diluar dugaan.
“yow!”, pemuda itu berkata dengan santai, seolah tak ada yang janggal dengan semua ini.
Aku tahu ayahku yang single-parent memang menjalin hubungan dengan seorang bibi yang ditemuinya di pemandian air panas. Dan akupun sudah menyetujuinya jika ayah ingin menikahi wanita satu anak itu. Tapi...............
“kalian tak saling kenal? Kalian satu sekolah kan?”, kata - kata Ayah memecah lamunanku.
“aku memang pernah melihat noona di klub dance sekolah. Iya kan, noona?”, pemuda itu berkata dengan polosnya.
“ne!”, aku tersenyum kaku. Mengapa di antara semua pria, harus LEE TAEMIN yang menjadi adik tiriku???
***
“kami pergi dulu ya! Jaga diri kalian baik - baik! Taemin, jaga kakakmu!”, ibu tiriku mengucapkan selamat tinggal. Ia dan ayah akan berlibur ke Macau selama 2 minggu. Dan ini yang aku takutkan.
“ne, eomma!! Jangan khawatir!”, balas Taemin manis. Meski aku membenci persaudaraan kami, setidaknya aku bersyukur dapat melihatnya lebih sering.
“JaeEun, rawat adikmu dengan baik ya?”, pesan ayah sambil melambaikan tangan dan mobil mereka pun berlalu.
“ne, Taemin! Kau mau makan apa untuk makan malam?”, tanyaku saat kembali kerumah. Well, sejauh ini hubungan persaudaraanku dengannya cukup baik. Ia bersikap manis dan sopan padaku.
“makanlah sendiri. Aku keluar sampai malam, hari ini”, jawabnya acuh tak acuh sambil berlalu menuju kamar tidurnya.
What the hell?????????????
Sikap macam apa itu? Keluar malam? Tch...ia bahkan tak memandangku saat berbicara. Apakah ini sifat aslinya?
Hhh~ entah mengapa mengetahui hal ini membuat jantungku berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Dan memang, jam 8 ia pergi keluar dan tak pulang hingga pukul 1. kemana ia pergi? Aku sempat meninggalkan makan malam di meja makan kalau kalau ia merasa lapar saat pulang.
Dan hal yang membuat aku tersipu, pagi harinya kulihat makanan di atas meja sudah habis.
“katanya kau tak makan malam di rumah?”, sindirku saat melihatnya memasuki dapur dengan tampang yang masih kusut, sungguh wajahnya terlihat jauh lebih manis seperti itu.
“tch..”, ia menyeringai “aku hanya tak ingin membuang-buang makanan”. Tetap dengan sikap angkuh ia meresponku, ia sungguh bocah yang berbeda dari sebelumnya. Kemana semua sikap lembut dan manisnya selama ini?
“mengapa kau bersikap berbeda di depan ayah dan ibu?”, ia berhenti meneguk susunya mendengar pertanyaanku.
“kau sungguh bodoh, tentu saja aku ingin dipandang anak baik oleh ayah baruku. Ibuku saja bahkan tak mengetahui sosok Taemin yang ini”, ia menyeringai sinis, berjalan mendekatiku dan mendekatkan wajahnya ke wajahku. Seketika wajahku memanas merasakan hembusan nafasnya. “dan kau, pasti mengerti kan kalau ini harusnya menjadi sebuah rahasia”, bisiknya lalu meniup telingaku dan pergi.
Aku baru saja melihat sosok iblis di dirinya, namun yang aku herankan, mengapa iblis ini malah membuat jantungku berdetak makin cepat?
***
“hmmm...”, aku melangkah pulang. Seharian ini aku tak ada melihat Taemin di sekolah. Apa anak itu membolos? Hhhh~ lagi - lagi aku menhela nafas untuknya. Mengapa aku memikirkannya? Lebih naik aku memikirkan makan malam hari ini. Apa dia suka ramen?
Sambil memikirkan hal itu, aku melangkah riang memasuki rumah dan............
...
...
“hah??”, aku memekik tertahan melihat apa yang terjadi di hadapanku.
“oh, sudah pulang!”, ujar Taemin dengan santainya tanpa tahu aku begitu terkejut melihatnya sedang akan melakukan sesuatu kepada gadis di sampingnya. Baju mereka sudah setengah terbuka dan.....ugh aku tak kuat menjelaskan lebih jauh lagi.
“maaf, sudah mengganggu!”, aku pergi secepatnya dari ruangan itu.
Di kamar aku terduduk lemas mengetahui apa yang baru saja aku lihat. Bocah itu sudah terlalu jauh, ini sudah keterlaluan.
Tiba - tiba pintu kamarku terbuka, “dia sudah pulang kok, kau ingin masak kan?”, ia menghampiriku seolah tak ada apa - apa.
“aku tak menyangka kau pulang secepat ini, aku pikir kau akan telat karena bimbel.”, ia tertawa santai seperti orang bodoh yang sedang mencari permohonan maaf.
“hhh~ kau ini. Jangan merasa terlalu bebas, orang tua lagi tak ada dirumah. Jangan bawa gadis seperti itu lagi kerumah. Ini bukan tempat untuk mesum.”, tegasku dengan tampang sok kuat, padahal jantungku sedari tadi terus berdetak cepat.
“dia kan pacarku? Bukannya tak apa? Ya sudahlah, kalau kau memang tak suka, lain kali aku akan melakukannya di luar. Clear kan?”, ia terlihat agak sedikit marah dan pergi, “jangan lupa kunci pintu, aku tak pulang hingga esok”, ia menyeringai sinis.
Lee Taemin, aku pulang lebih cepat, demi bisa menyiapkan makan malam untukmu....
Seperti biasa, aku hanya meninggalkan makan malam di atas meja. Bocah itu harusnya merasa beruntung karena aku masih sebaik ini padanya. Hhhh~
***
“hoaaahhmmm...”, masih dalam keadaan mengantuk, aku membuka pintu kamar mandi dan....aku melihat......”kyaaaaa....!!”, jeritku sambil menutup pintu.
“hahahahahahaha....kau ini kenapa sih? Dari kemarin bikin gara-gara terus!”, tawanya meledak dari dalam kamar mandi, sekujur tubuhku terasa panas, apalagi wajahku, jantungku, hampir loncat keluar.
“cepat pakai bajumu dan keluar karna aku mau mandi. Dan biasakan mengunci pintu saat kau mandi bod~”, aku merasakan pintu terbuka dan tetesan air menetesi pipiku, hawa panas tubuh seseorang di belakngku membakar punggungku.
“mengapa tak mandi sama - sama saja, noona?”, aku tahu ia hanya bercanda, tapi ini sama sekali tidak lucu, ini sudah keterlaluan. Aku bergegas memasuki kamar mandi sebelum darah keluar dari hidungku di depannya.
“oh ya~ makan malam semalam, enak sekali. Aku ingin dibuatkan bekal seperti itu. Apa boleh, noona?”, ucapnya dari luar. Di satu sisi, lagi lagi aku merasa semakin menyayanginya.
***
“wahh...sudah malam!” aku melangkah keluar dari supermarket. Aku menenteng tiga bungkus besar belanjaan.
“oh, sudah selesai?”, kudengar suaranya terngiang. Aku pikir aku mengigau, tapi ternyata tidak. Itu benar - benar Taemin yang menungguku di luar supermarket, padahal udara sangat dingin.
Ia kemudian mengambil dua dari tiga bungkusan di tanganku, “aku tadi melihatmu memasuki toko, rencananya aku ingin makan daging panggang ketika melihatmu mengambil daging. Mau membuatnya?”, ia tersenyum lebar dan entah mengapa senyumannya terlihat tulus.
Aku tersenyum simpul dan melingkarkan syal yang aku kenakan ke lehernya, “setidaknya hangatkan tubuhmu jika ingin memakan makananku”.
***
“hmmm...kita seperti pasangan suami-istri yah! hidup berdua dan makan malam bersama seperti ini. Hahahaha”, tawanya disela-sela kunyahannya.
Wajahku memerah, “apaan sih?”, karena gugup aku mencipratkan saus kewajahku. bodoh, mengapa aku malah salah tingkah??
Ia mendekat padaku dan menyeka cipratan saus di wajahku dengan lembut, “kau lucu sekali!”, ia menahan tawanya. Namun lama kelamaan aku merasakan wajanya semakin dekat, ia bergerak maju memotong jarak antara kami.
Kurasakan bibirnya lembut menyentuh bibirku, menyapu perlahan dan bergerak berirama, membuatku merasakan suatu kenyamanan dan merangsang bibirku mengikuti irama yang ia buat. Perlahan lidahnya mencari akses untuk memasuki mulutku, seperti tersihir aku membiarkan lidahnya menyeka seluruh ruang di mulutku.
Ia mulai mengangkat baju yang kukenakan perlahan, namun aku tersadar. Meskipun dari dalam lubuk hatiku aku menginginkannya, tapi kesadaran akan realita membuatku menepis bibirnya dan menghentikan gerakannya.
“Taemin, hentikan!”, aku mendorong tubuhnya.
“kenapa? Kalau ingin lakukan ya lakukan saja!”, ia mendekatkan diri padaku lagi, dan kini dengan memaksa mencium bibirku, rasa ciuman ini tidak senikmat tadi, aku pun mendorong keras tubuhnya.
“jaga kelakuanmu!”, bergegas aku berlari menuju kamar. Bocah itu sungguh menyebalkan, tapi mengapa aku tak bisa membencinya?
***
Esoknya aku bangun lebih awal agar tak bertemu dengannya. Hari itu, sebisa mungkin aku berusaha menghindar dan tak menemuinya. Aku bingung bagaimana menghadapinya. Aku tak seperti dia, yang bisa dengan santai menghadapi segala hal. Pasti dia sudah tak menghiraukan kejadian kemarin. Hhhh~
Sudah jam 9 malam, udara semakin menusuk hingga tulang. Sebenarnya aku sudah pulang bimbel sejak jam 8 tadi. Aku duduk selama sejam di taman, merasa bingung harus bersikap seperti apa padanya jika dirumah nanti.
“hey!”, kurasakan tangan dingin menyentuh pundakku.
“kyaaaaaaaaa!!!”, jeritku ketika melihat seorang pemabuk berwajah mesum dibelakangku.
“ihik.....mau menemani paman, manisku?? Ihik...”, aku berusaha menjauh tapi kakiku bergetar tak karuan.
BUGH....
Kudengar suara hantaman kewajah pemabuk itu, sekepal tinjuan dari tangan yang kecil berhasil menumbangkan pemabuk itu.
“Taemin!!!”, suaraku bergetar seperti halnya kakiku. Aku terduduk lemas, air mataku mengalir.
“mengapa kau tak pulang? Hah?”, bentaknya membuatku tersentak.
“a.....aku.....”, kata kataku terpotong ketika ia memeluk tubuhku yang lemas.
“mianhae................!!!”, hanya itu kata yang terucap dari bibirnya malam itu.
***
“yah! buka pintunya bodoh!!”, kudengar suara Taemin sambil menggedor gedor pintu kamarku.
“panggil aku dengan sopan, bodoh!”, rutukku kesal, pagi pagi sudah terganggu dengan keributannya.
“noona bodoh, tolong buka pintunya!!!”, kali ini ia memelankan suaranya.
“ada apa sih, bodoh?”, aku membukakan pintu untuknya dan ia langsung memelukku.
“noona~ kita boleh menikah, itu kata ayah dan ibu!!”, ujarnya riang.
Tubuhku kaku, mendengar ucapannya yang seperti omong kosong bagiku.
-the end-
a/n: sorry geje..........tapi soal ending ga usah diperpanjang kan meski gantung gtu, pasti udah pada nebak endingnya -__- satu hal yang mengganjal dipikiranku! Sama sekali tak ada PERNYATAAN CINTA... -__- itu salah satu kesalahan besar ff ini..well. semoga terhibur aja deh!!! Kkkkkkk~