Chapter One
“Mas, ini bacanya gimana..”
“Oh, Los Enjeles, Mas! Wah, situ beruntung!”
“A-a-a……………………………………..kok-kok-kok kaki saya kesemutan.. Mas, saya lemes…”
“Nafas, Mas. Nafas.”
“LO-LOS-HOLIWUT?” Bram menelan ludahnya. “LOS ENJELESSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS!!!!!!”
Bram langsung lari dengan semangat menuju dormnya, persis sama dengan adegan di film Charlie and The Chocolate Factory. Bedanya ini Bram menang hadiah undian gosok dari titipan ale-alenya Rayhan. Dan belinya juga di warung sebelah.
“ Mlekuuuum! Pintu buka! Bukain pintunyah!!!!” Jerit Bram
“Bram lo kenap-“ kata Dirga yang membuka pintu, terpotong karena Bram langsung loncat histeris nangis-nangis ke pelukan Dirga.
“BANG DIRGAAAAAA”
“Woy, berat Bram!”
“MUAH MUAH MUAH”
“Bah…………..” tiba-tiba Tora dengan kopi ditangannya dateng, membuat Dirga langsung melepaskan gendongannya Bram.
“Gini, gini. Ehan mana Ehan? Minumannya udah gue beliin, nih. Muah dasar kamu, minuman keberkahan” kata Bram sambil mencium minum kemasannya itu.
“Rayhan tidur, udah cerita aja langsung.” Balas Tora
“Gini, lho. Jadi kan tadi gue beli titipannya Rayhan, Ale-Ale. Sekalian, tadi gue juga nebak si Mas-Masnya yang lagi main TTS, eh tebakannya bener lho. Akhirnya kita jadi akrab, sempet ditawarin kopi terus main catur-“
“Intinya.”
“Nah, kan gitu. Pas gue iseng gosok bungkusan Ale-Alenya…berhadiah ke Los Angeles yang di Amerika itu..”
“WHAT, LOS ANGELES? AS IN, USA?” sahut Dirga dengan bahasa inggris.
“AS IN, BANYAK BULE NYA?” tambah Tora.
“As in, as in. Mukamu asin. Iya itu tempatnya One Direction!”
“Bram, One Direction itu orang Inggris?”
“Engga, engga, coba Bram tanya kalian berdua. One Direction itu bule, terus mereka ngomong pake bahasa?”
“Inggris………”
“Nah.” Dengan pede Bram menunjuk-nunjuk, Dirga sama Tora udah capek berdebat.
“Jadi itu buat berapa orang Bram, masa cuman berdua sih.”
“Ya cuman buat berdua, Tor.. Iya kali dapet undian buat kita berduabelas sekaligus, dikira kita armada bujang apa.”
Tora langsung mengerutkan kedua alisnya dan melihat kebawah. Lalu Tora curi-curi pandang ke Dirga, tatapan matanya seakan-akan lagi ngomong, Dirga, ke LA ber12 oke juga tuh.
“Ehem. Gue pikir-pikir dulu.” Dirga langsung beranjak dari tempat duduknya “Gue tidur, ah.”
Tora tersenyum. “Siap-siap packing aja, Bram. Kalo dia jawabannya begitu.”
Besok paginya,
Seperti biasa, di dorm EXO-M, Dirga itu orang yang paling terakhir bangun, paling terakhir mandi, paling terakhir cuci muka, paling terakhir sarapan, tapi tetep nomer satu kalo liat dari tampang. Dirga beranjak dari tempat tidur, mengacak-acak rambutnya sambil menuju ke dapur sebelah ruang TV.
Sementara semua anak-anak EXO-M berkumpul menonton TV
“Jalanannya bagus ya, banyak pohon kelapa pula. TAPI JAUH BANGET DI LA….”
Dirga spontan menoleh. Gini nih, pantesan pas gue bilang kangen Mama di rumah sebentar langsung nyebar. Mama aku kangen. Nisa aku kangen. Anna aku kangen. Loh kok. Fokus, Dirga fokus. Lo gak. Boleh. Terperangkap. Apalagi sama Tora. Inget, Dir. Uangnya mau buat tunjangan kawin nanti.
“Gak.”
“AAAAH DIRGAAAAAA” Semuanya mengeluh.
“Sekali gue bilang engga, tetep engga. Udah, ah! Sarapan mana, Sam?” Dirga mencoba buat mengalihkan topik.
“Jangan coba-coba buat ngalihin topik, Kristianto Dirgantara.” Tora berdiri sambil menunjuk Dirga. Bibirnya gemeteran. Matanya gak stabil. Satu ruangan jadi hening. Tapi emang udah terlanjur basah, demi bule dan 11 saudara gue.
Tiba-tiba terdengar suara-suara samar kaya “Asik Tora…” “Nancep bangbro!” “Gila lah emang Rajagukguk” “Kancut gue nyelip” “Dirga ganteng juga pagi-pagi”
Rayhan mencoba buat menutup laptop yang ternyata suara-suara samar itu keluarnya dari situ.
Anjir ternyata lewat skype EXO-K lagi mantengin gue dipelorotin pagi buta begini. Ini jam 11 sekarang, Dirga, mungkin lo yang buta. Nah mulai lagi ngomong sama diri sendiri. Coba fokus lagi.
Dirga sekali lagi menggaruk-garuk kepalanya karena kebingungan sama ulah sahabat-sahabatnya ini. “Buka laptopnya, Ray.”
“Good morning Dirga~” kata EXO-K serentak layaknya Charlie’s Angels. Lebih mirip Charly’s Angels.
“Jadi gini, Dir” kata Sultan sambil meraba kedua tangannya “Gue awalnya udah ngelarang mereka, tapi… Ky, elu ngomong gih.” Sultan menyodor Kiky ke depan.
“Ayo wassup brother in law! Kita butuh liburan, gue udah itung laba dagangan gue sama laba dagangannya Dio. Lumayan buat nambahin uang taksi” sahut Kiky
“Sama uang tip buat Pak Ogah disana juga… Kalo itu bantu..” tambah Dio “Tristan, elo maju sekarang cepet”
Semuanya mendorong Tristan yang ada di belakang ke depan kamera.
“Ini semua demi LA. Loh, Dir, bukannya gue murah, tapi ini demi LA. Ehem.. Dirgaaaa~ tsssssssssssss… Nisa pengen liat Dirga bahagia loh.. Nisa juga pengen liat temen-temen Dirga bahagia hihihi ayo ke LA~” Tristan sekali lagi menjatohkan image badboynya dia.
Semua EXO-K yang duduk di belakang Tristan langsung komat kamit berdoa. Dirga mengusap dadanya, dosa apa ya Tuhan. Tora mengusap lehernya, kok Tora yang deg-degan.
Sammy menepuk pundak Dirga dari belakang dengan halus.
“Dir, kita gak maksa. Semuanya sekali lagi kembali kepada lo. Gue masih dalam keadaan galau. Mau dibawa ke Mongol juga tetep galau, tapi ya lebih enak galau di LA sih daripada di sini..”
Dirga menghela nafas.
Mata Bimbol membesar, this is it.
Tora mengerutkan alisnya, nafas pertama masih lampu kuning, guys.
Dirga bimbang.
Dirga harus apa Ya Tuhan
………………………………
………………………………
“Oke. Kita ke LA”
to be continued!