OMAKE: Dinda’s Beautiful World [Dinda’s Request]
(Ini omake dari cerita di bawah, alternate story yang dibikin berdasarkan requests Dinda (involving biasnya Dinda))
Choir of Crickets
Take 1: Kesunyian yang melanda memperjelas bunyi pintu depan saat dibuka oleh seseorang yang Dinda curigai adalah orang yang menyiksa kaca jendela kamarnya. Langkah kaki orang itu tidak begitu terdengar karena beban dari tubuh yang memiliki langkah kaki itu tidaklah berat. Walaupun begitu, Dinda dapat merasakan keberadaan orang itu yang semakin lama semakin dekat dengan dirinya yang berada di kamar.
Pintu kamar Dinda tiba-tiba dibuka, dan menghambur masuk seorang gadis yang membawa sebuah tas besar yang dihiasi oleh pin-pin bergambarkan foto artis Korea, “DINDAAA!! LO BELOM BAYAR MERCHANDISE YANG LO BELI DARI GUE MINGGU LALU!”
Melihat gadis itu, Dinda langsung mengerutkan alisnya dan menjawab dengan kesal, “Gak mau! Apaan tuh, gue ditipu! Gue kan gak mesen yang itu!”
Gadis di depannya memicingkan matanya dan dengan lihai mengeluarkan 5 lembar foto biasnya Dinda dari dalam tas besarnya. “Kalau kau tidak membayar merchandise itu, aku akan mencoret-coret wajah mereka di foto ini,” ancamnya.
Dinda menaruh kedua tangannya di pipi dan berteriak histeris, “Tidaaaak! *insert Dinda’s biases name here*!!”
“Bayar kalau gitu!” seru sang gadis penjual merchandise.
Dinda menatap balik gadis itu dengan tampang memelas. “Tapi uangku sudah habis untuk membeli album kemarin,” ujarnya. Mendengar hal itu, gadis penjual merchandise mengeluarkan benda lain dari dalam tasnya, membuat Dinda membelalak ketakutan.
“Tidak ada pilihan lagi,” bisiknya. Ia mengangkat tinggi-tinggi benda tajam ditangannya dan menekankan ujung benda itu ke foto yang berada di tangannya-menodai foto wajah biasnya Dinda dengan tinta hitam.
“TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK!! LEBIH BAIK AKU MATI DARIPADA SEPERTI INI!” Dinda pun membuka jendela kamarnya yang sudah rapuh, dan melompat turun dari lantai dua.
THE END
Take 2: “Aku tahu kau di situ,” bisik sebuah suara parau dari balik pintu. Dinda menelan ludah dan berdiam diri di tempat, berusaha untuk tidak membuat suara apapun. “Kufufufu,” gadis di balik pintu mulai tertawa tanpa alasan, “Fufufuhahahahahaha!”
“*insert Dinda’s biases’ songs lyric here*” tiba-tiba terdengar sebuah lagu yang sangat familiar bagi Dinda. Lagu itu dilantunkan oleh HP sang gadis di balik pintu sebagai alarm untuk dirinya sendiri. “Aaah! Aku lupa kalo malam ini mau nonton konser *insert Dinda’s biases name here* bersama Adilla!”
Dinda segera membuka kunci pintu kamarnya begitu mendengar nama biasnya disebut. Dengan ganas ia menerjang gadis itu dan berseru, “KAMU PUNYA TIKETNYA?! AKU JUGA MAU NONTON! KUMOHON, BERIKAN AKU SATU TIKETNYA!”
Gadis yang diterjang Dinda itu mendorongnya menjauh dan menjawab dengan ketus, “Enak aja! Butuh pengorbanan tahu untuk mendapatkan tiket ini!”
Dinda menggelengkan kepalanya keras, tidak mau menerima ucapan gadis itu, “DUNIA INI KEJAM! LEBIH BAIK AKU MATI SAJAAAA!!” Ia pun berlari keluar rumah dan menunggu hingga sebuah mobil menabraknya.
THE END
Take 3 - Infinity: Kejadian yang hampir sama seperti kejadian diatas terulang kembali, TERUS MENERUS .___.