Fanfic - I'LL

Mar 02, 2009 20:39

Title: I'll
Chapters: Oneshot
Authors: Chisa Hazuki
Genre: Romance
Warnings: gada, sangat kapten tsubasa sekaleeee...
Rating: PG wae lah
Pairings: Tora/Saga
Disclaimer: “MINE!!!” Maunya jerit keak gitu, hiks, nasib…
Note: ini gada hubungannya ama manga sport I'll karya Hiroyuki Asada, cuman sama judulnya doang....

=3=3=3=3=3=

“KYAAA! Tora-sama!!” pekik cewek-cewek histeris di lapangan sewaktu melihat Tora menggiring bola dan mencetak gol. Mereka bersorak, berteriak, loncat-loncat, jingrak-jingrak, melambaikan tangan ke Tora, bawa spanduk bertuliskan “Tora is love”, pake baju dengan gambar wajahnya Tora, histeris manggil-manggil nama Tora, gelundungan, cekek-cekek temennya, etc. Cewek-cewek lebay itu ngaku sebagai fans-nya Tora.

Tora sebenernya agak risih dengan keberadaan mereka. Padahal ini baru latian, gimana pas pertandingan besok? Emang seh, Tora itu sang bintang lapangan, ace-nya klub sepak bola yang terkenal ma 'tendangan macan'nya. Ganteng, kaya, keren, pinter, jago olahraga, jago masak, jago apa aja deh pokoknya. Tapi nggak mesti sehisteris gitu kan?

“Tor, peliharaanmu berisik banget sih? Suruh diem gih,” Saga, salah satu pemain tengah yang juga temen baiknya Tora, menyuruh tora membungkan mulut-mulut fans-nya. Ia mengambil air mineral yang ada di sebelah tempat duduknya Tora.

Tora yang lagi break di salah satu bangku di tepi lapangan, cuma bisa mendengus kesal. “Tau ah, mereka sulit dikendaliin, biarin aja, Kemarin gw baru mau ngomong, eh ada yg pingsan. Gw deketin tuh gerombolan, ada juga yg mimisan, sulit pokoknya,” Tora menyeka keringatnya. Aslinya sih byasa aja nyekanya, tapi beda di mata para gadis penggemar Tora itu. Tora nyeka keringetnya di leher sangat erotis, gitu menurut penglihatan mereka.

“Kyaaa!!!”

“Tuh, mulai histeris lagi deh…” ujar Saga, menunjuk ke arah gerombolan cewek-cewek yg sedari tadi ter-‘kyaa-kyaa’ dengan segala gerakan yang dilakuin Tora. Setelah Tora selesei ngelap keringetnya, ia melepaskan bajunya yang jg penuh dengan keringat.

“GYAAAA!!” Para cewek makin histeris, padahal Tora baru setengah buka bajunya. Beberapa dari cewek itu bahkan ada yang mimisan dan pingsan.

Mata Saga melebar melihat situasi yg sangat aneh di depan matanya, “Wedew, bener apa kata lo. Pake lagi baju lo n cepet masuk ruang ganti gih, sebelum korban tambah banyak” perintah Saga. Tora pun cuma angguk-angguk n langsung make balik bajunya. Pas lagi lari ke ruang ganti, taunya, kaki Tora kesandung n ia terjerembab ke tanah. Saga segera membantunya berdiri dan memapahnya.

“Lo itu ya, cerobohnya minta ampun. Nggak papa kan? Gw anter ke UKS yuk,” cemas Saga.

“Nggak pa-pa kok, tapi agak sakit juga, berdarah nih lutut gw,” rintih Tora pelan sambil megangin lututnya.

“Kyaaa! TORA-SAMA~ jatuh!!” Duh makin histeris deh tu cewek-cewek ngeliet sang pujaan hati terjatuh. Mereka berlari ke arah Tora. Bermaksud nolongin tora gitu. Tapi malah kayak gajah yg baru aja dilepas dari kandangnya. Spontan bikin Tora ma Saga langsung lari ketakutan.

“Huwaaaaa!! Laaaarriiii!!”

=3=3=3=3=3=

“Hosh…hosh… Buset dah, gw benci banget ma cewek-cewek itu. Seumur idup, g mao dah ngawinin mereka…” Tora menyeka keringat di dahinya yang mengalir semakin deras.

“Elo seh, jadi orang tu mbok ya biasa-biasa aja! Jangan luar biasa kayak gini. Lo tuh sebaeknya sekolah di SLB aja sana,” ujar Saga kesal. Keringat di dahinya juga mengalir deras. Mereka kini barada di belakang gedung sekolah.

“Lo kate gw buta? Tuli? Bisu? Salahin tu cewek-cewek yg ngejar-ngejar gw. Udah tau gw g suka cewek, masih aja pada ngejar,”

“Lo…lo g suka cewek? Sukanya co…cowok?” Saga tiba-tiba gugup begitu tau kalo Tora g doyan ma spesies wanita.

“Kalo iya, kenapa? Mau jd pacar gw?” Tora ngedeketin wajahnya ke wajah Saga dan megang dagunya. Spontan wajah Saga langsung memerah. Ia mengira Tora mau cium dia, jadi dia nutup kedua matanya. Jantungnya berdetak sangat kencang. “Fyuh…” Tora meniup wajah Saga yang memerah lalu tertawa, “Hahaha, elo lucu Saga.”

“Sialan lo!” Saga menendang kaki Tora. Tora mengaduh kesakitan. Ternyata bagian yang ditendang Saga tepat di lutut yang luka akibat tersandung tadi. “Maaf, Tor. Sakit ya?”

“Ga papa. Cuma licet kok,” Tora memeriksa tubuhnya yang luka selain di lutut. Di siku ma di pipi kanannya ternyata juga ada, untung cuma licet, g ampe berdarah-darah *halah*. Gada angin gada hujan gada petir, Saga mendekatkan wajahnya ke Tora dan menjilat luka di pipi Tora. Tora tersentak kaget. Begitu pula Saga. Ia menarik wajahnya dan langsung buang muka. Mukanya blushing sampai ke kuping.

“Eh, eh, go…gomen. Kata, kata mama gw, luka kalo dikasih air ludah bakal cepet sembuh, and gw, gw kebiasaan jilatin luka gw,” ucapnya salah tingkah.

“Err…” Tora juga kayaknya kehilangan kata-kata. “Ta..tapi pake tangan bisa kan?” Mukanya juga blushing.

“Tangan gw kotor,” ucap Saga sambil nunjukin tangan-tangannya yang kotor. Tora hanya menggangguk pelan. “Oh, iya ya.”

Hening beberapa saat.

Saga sangat malu sudah nglakuin hal kayak gitu ma orang yang disukainya. Yup, Saga suka ma Tora. Makanya, dibela-belain mpe masuk ke klub sepak bola juga. Akhirnya, dia bisa deket juga ma Tora and jadi sahabat baiknya.

Tora, diem-diem juga seneng banget ‘dicium’ *tepatnya sih dijilat* ma Saga kayak gitu. Soal dia g doyan ma cewek emang bener. Coz dia udah naruh perhatian ma Saga, sahabatnya di klub sepak bola. Menurutnya, Saga itu lebih baik ketimbang cewek-cewek yang ada di sekolah ini, terutama yang ngejar-ngejar dia. Dan tentunya, Saga itu keliatan lebih cantik dari mereka.

Karena udah sekitar 15menitan diem-dieman, akhirnya Tora angkat bicara. “Saga, anterin gw ke UKS yuk,” ujarnya, memecah atmosfer keheningan di antara keduanya.

“Eh, iya. Gw lupa ma tujuan awal kita. Yuk, bisa berdiri?” ucap Saga. Ia menyodorkan tangannya, membantu Tora berdiri.

“Gw bisa kok, buktinya tadi masih bisa lari,” Tora tersenyum.

“Ehehehe, iya juga ya?” Saga garuk-garuk kepalanya yang ga gatel. Ia cuma cengar-cengir nggak jelas.

“Yuk,” ajak Tora. Ia menggenggam tangan Saga dan menuntunnya berjalan ke UKS. Muka Saga lagi-lagi langsung blushing. Diam-diam, cengirannya makin melebar. *makin mirip ma joker -w-'*

=3=3=3=3=3=

“Permisi,” Tora dan Saga memasuki ruangan UKS. Seorang dokter di UKS itu sudah bersiap-siap mau pulang. “Oh, Tora? Saga? Ada apa?” ucapnya. Ia meletakkan tasnya dan berjalan mendekati Tora ma Saga.

“Cuma licet kok, tadi jatuh. Nao-sensei udah mau pulang?” jelas Tora, menunjukkan sikut ma lututnya yang berdarah. Nao memperhatikan luka Tora, menyuruh Tora duduk lalu mengambil kotak p3k di lemari obatnya.

“Iya, tadi ditelpon, katanya saudara dari Kyoto datang,” ucap nao. Ia membuka kotak p3k-nya.

“Sensei pulang aja, biar aku yang ngurus macan satu ini,” ucap Saga, disusul senggolan sikut maut di perutnya. Tentunya dari Tora yang dibilang macan.

Nao berpikir sejenak, “Oke deh, lagian ini kan cuma luka ringan.” Ia bangkit dari tempat duduknya dan mengambil tasnya. “Gw tinggal ya, Tor? Ga?” ucapnya sebelum meninggalkan ruangan itu.

“Yup, hati-hati sensei” ucap Tora ma Saga hampir barengan.

Saga mengambil obat merah dan kapas di kotak p3k itu. Ia mengobati luka tora dengan hati-hati. “Perih nggak, Tor? Kalo sakit, ngomong aja,” ujar Saga setelah selesai mengobati lutut Tora dan beralih ke sikut Tora.

“Nggak kok, cuma luka kayak gini juga,” kata Tora, mengamati gerakan Saga yang mengobatinya dengan lembut. Ketika Saga mau beralih ke pipinya, Tora megang tangan Saga. “Yang pipi, jilat lagi dong,” ucapnya sambil nunjukin pipinya ke muka Saga. Saga langsung blushing.

“Baka!” Ia menempeleng kepala Tora. Tora hanya ketawa lagi.

“Hahaha, yang pipi ga usah, kan udah diobatin tadi,” godanya. Saga cuman cemberut. Ia mengembalikan peralatan ke kotak p3k dengan buru-buru dan meletakkannya di lemari obat. Tanpa memperdulikan Tora, ia langsung berjalan ke luar ruangan.

“Hey, mau kemana?” cegah Tora, ia menarik tangan Saga.

“Mau ganti baju, trus pulang,” ucapnya datar, masih dengan muka cemberut.

“Marah ya? Gw kan lagi sakit, papah dong,” pinta Tora, ia suka banget nggodain Saga kayak gini. Menurutnya, mukanya Saga pas ngambek tu kawaii banget.

“Ha? Lo kan tadi bisa lari kayak macan ngamuk!” bentak Saga. Tora hanya cengar-cengir.

“Maksud gw, bareng ganti baju ma pulangnya. Gitu aja kok marah sih, Saga-sayang~,” godanya lagi. Sambil nowel-nowel dagu Saga kali ini.

“Diem lu ah, dasar macan dudul!” Saga menyikut perut Tora dan berjalan menuju ke ruang ganti klub Sepak bola. Sebenernya, ia seneng banget ditowel-towel Tora kayak gitu.

“Hahaha, oe! Saga! Tungguin gw dong!”

=3=3=3=3=3=

“Ga, besok lu udah siap?” tanya Tora. Saga cuma mengernyitkan alisnya. Berpikir sejenak.

Besok? Oh iya, pertandingan final ngelawan sekolah Undercode!

“Siap dong,” ucapnya sambil melepas kaosnya yang basah oleh keringat dan melemparkannya ke keranjang baju kotor agar dicuci oleh manajernya dengan kemeja sekolahnya. “Pokoknya besok kita harus menang! Untung sekolah kita punya elo Tor,” kata Saga, menepuk pundak Tora. “Tapi, lo masih bisa main kan? Luka lo?”

“Iya, ga papa, masih bisa main kok. Tapi, meski punya gw, elo semua juga mesti berjuang, oke?” ujar Tora, ia lagi make celana panjangnya dan ngencengin sabuknya.

“Pasti! Udah selesei gantinya?” Saga mengambil tas dan mengunci lokernya.

“Udah, pulang yuk,” ajak Tora.

Saga menggangguk, lalu berjalan keluar berdampingan bareng Tora. Pertandingan besok.mereka harus memenangkannya. Jika menang, maka sekolah PSC sudah mempertahankan kemenangan selama lima kali berturut-turut. Dan Saga, sudah bertekat akan berkata soal perasaannya yang sebenarnya pada Tora.

Malamnya, Saga yang lagi asik-asik baca majalah di kamarnya, dikagetkan dengan bunyi ponselnya. Ia melihat siapa yang menelponnya dan menerima telpon itu. “Ya, ada apa Tor?” Telepon dari Tora rupanya.

“Err, Ga... gw, gw... aduh, gimana ngomongnya ya?” ucap Tora di seberang. Saga udah deg-degan ma blushing sendiri. Apakah Tora mau mendahuluinya?

“Ngomong yang jelas dong, Tor. Ada apaan seh? Jangan bikin gw penasaran!” Saga gregetan.

“Tenang, tenang. Dengerin gw ya, err, gw... gw... kaki gw keseleo,”

“APAAAAA?!!!” teriak Saga, ga peduli kuping Tora bakal budeg dengernya. “Ja, jadi lo besok...?”

“Iya, g bisa ikut main,”

“Sekarang lo dimana?” tanya Saga sembari keluar dari kamarnya dan menuruni tangga.

“Rumah.” Setelah satu kata dari Tora itu, Saga menutup teleponnya dan mengendarai sepedanya menuju ke rumah Tora.

Sesampainya di rumah Tora yang gede dan dibolehin masuk ma satpamnya, ia langsung menuju ke kamar Tora. Maklum, Saga udah sering dateng ke rumahnya Tora, jadi udah dianggap majikan sendiri ma pembantu-pembantunya Tora.

Ia membuka kamar Tora yang kebetulan lagi g dikunci, “Tor, lo g papa?!”

Tora yang lagi dibalut kakinya oleh dua orang pembantunya, tersentak kaget. “Saga? Cepet banget lo nyampe kemari. Gw ga papa kok,”

Saga nyamperin Tora. Begitu melihat kaki Tora, ia langsung lemas tak berdaya *halah*. “Ya tuhan, kok bisa Tor? Gimana ceritanya?”

“Tadi gw baru jalan-jalan di taman, trus anjing tetangga lepas, gw kejar tu doggie, eh, malah keseleo kaki gw,” jelas Tora.

Saga mengacak-ngacak rambutnya, “Tor, lo itu ya, ganteng, kaya, keren, pinter, jago olahraga, jago masak, jago apa aja. Tapi kok cerobohnya minta ampun seeh? Duh, gimana besok pertandingannya...”

“Gw bakal datang kok, tapi nonton, ga maen,” ucap Tora setelah selesei diperban kakinya dan para pembantunya meninggalkan Tora ma Saga berdua di kamar.

“Pasti lo di-voodoo ma anak-anak undercode tuh,” ucap saga sambil manyun-manyunin bibirnya ma nowel-nowel kaki Tora yang keseleo.

“Kaki gw jangan buat mainan, sakit tau,” kata Tora. Ia tarik tangan Saga yang nowel-nowel kakinya. “Saga, lo gantiin gw ya? Pokoknya besok lo harus menang! Menang buat gw! Oke?” pinta Tora sambil ngedekep dua tangan Saga.

“Ha? Tapi gw...” ucap Saga bingung.

Tiba-tiba Tora narik kepala Saga dan menempelkan bibirnya ma bibir Saga. Saga yang awalnya kaget, perlahan-lahan mulai membalas ciuman dari Tora. Selang berapa menit, Tora melepas ciumannya dan meluk Saga. “Gw percaya ma lo, gw percaya ma kemampuan elo. Gw tau elo pasti bisa,” ucap Tora lembut di kuping Saga.

Muka Saga sejak tadi sudah memerah. Ia mengangguk pelan, “Oke, gw pasti menang...buat lo.”

“Saga, ta...tadi kiss buat nyemangatin elo, elo nggak marah kan?” tanya Tora, ia takut kalo Saga tiba-tiba marah beneran dicium kayak gitu.

Saga menggeleng, “Nggak marah kok” ‘malah seneng banget’ pengennya ditambahin kayak gitu, tapi Saga malu ngomongnya.

“Err, elo jago nyium juga ya?” Tora masih sempat menggoda Saga.

Saga memukul pelan dada Tora, “Baka!”.

=3=3=3=3=3=

“Oke,” Miyavi, sang kapten, mulai berbicara, mereka sedang membuat lingkaran, memeluk lengan satu dengan yang lainnya, “meski kita g ada tora, kita semua harus berjuang, PSC harus menang! Kita harus menang!”

“YEAAAH!!! HIDUP PSC!! YEAH!!” teriak mereka, sambil menghentakkan badan. Mereka mulai berhamburan di tengah lapangan dengan pandangan tajam. Aura membunuh pun terlihat sekali di belakang mereka, terlihat berapi-api *walaupun aslinya g kliatan*. Mereka siap bertarung dengan undercode, musuh bebuyutan sekaligus teman PSC.

Disanalah mereka. Berdiri di lapangan hijau, memandang lawannya dengan penuh hasrat membunuh. Diiringi dengan background angin yang kencang dan petir menyambar di sana-sini. *halah, lebay, klo ujan mlah g jd ntar tandingnya*.

Anak-anak PSC berdiri berhadapan dengan anak-anak Undercode. Anak-anak PSC tau Undercode memandang remeh mereka karena sang ace-nya PSC, Tora g ikut maen. Sebelum pertandingan dimulai, mereka saling berjabatan dan diminta bermain secara sportif oleh sang wasit, Hyde.

Kini, kedua kapten berpandangan. “Yo, Wacchi! Lama g ketemu,” sapa meev ama kaptennya undercode yang ternyata adalah Wataru.

“Yo juga, Meev! Tatto lo makin banyak aja,” *masih SMA tattoan? Mbuh lah =w=’* Wataru mengulurkan tangannya yang disambut oleh Miyavi. Hyde mendekati mereka berdua dan berdiri tepat di antara keduanya. Dia menunjuk Miyavi.

“Kepala,” kata Miyavi mantap.

“Oke, kalo begitu kamu mata uang,” ujar Hyde sambil menunjuk ke arah Wataru. Wataru mengangguk. Hyde melemparkan koin yang dibawanya ke atas. Setelah menyentuh tanah, posisi kepala menghadap ke atas.

“Tampaknya hari ini keberuntungan berpihak pada kami, Wacchi,” ujar miyavi.

“Ya, liat saja nanti,” balas Wataru.

Mereka bersiap di posisi masing-masing. Wasit Hyde meniup peluitnya. Penonton bersorak riuh, meski para cewek fans-nya Tora mengeluh karena sang pujaan hati mereka g ikut maen. Mereka mendukung para pemain PSC dengan ogah-ogahan dan mengibarkan bendera kebangsaan, Tora-sama dengan lesu.

Pertandingan dimulai. *Ya pada tau sendiri kan, pertandingan sepak bola itu kayak apa, chisa cepetin aja ato bayangin aja kayak nonton Tsubasa*

Pertandingan sudah memasuki babak kedua dan berada di menit-menit terakhir. Kedudukan sementara 2-2. Anak-anak PSC ma Undercode sudah keliatan kehabisan tenaga. Mereka benar-benar berjuang mati-matian.

Saga mengelap peluh yang membasahi dahinya. Keringetnya udah membasahi seluruh seragam sepak bolanya. Nafasnya pun udah ngos-ngosan.

Gw harus masukin bolanya! Gw harus menang! Tidak, PSC harus menang!, tekadnya.

Ia dioperi bola oleh Shou dan langsung menggiringnya menuju ke daerah lawan. Satu per satu ia lewati lawan yang menghalanginya dengan berbagai cara. Mulai dari Jyui yang nyegat dia sambil nowel-nowel pahanya Saga, tampaknya selain tanding bola, dia berniat tanding paha sapa yang paling mulus. Trus Shun yang monyongin bibirnya berniat nge-shun Saga, ampe Wataru yang dikira mirip Ruki, sampe Saga mau ngoperin bolanya ke dia. Untung dia nyadar kalo Ruki itu lebih pendek ma gembul. *buagh, dibogem Ruki*

Ia sudah berada sekitar 5 meter dari gawang, namun dicegat oleh Tomoyuki. Saga harus mengoperkan bolanya, kalo tidak maka lawan akan merebutnya dan waktu semakin mepet. Sepertinya anak-anak Undercode memilih pinalty untuk menentukan pertandingan ini.

Tiba-tiba Saga melihat Reita berlari mendekati gawang dan bebas, Saga mencari kesempatan untuk mengoperkan bolanya pada Reita. Waktu tinggal beberapa detik lagi *wesyeh, Tsubasa banget*, dan Saga berhasil mengoperkan bolanya pada Reita. Bola melampung ke arah Reita dan dengan sigap reita menyundul bola itu dengan [s]idungnya *makin pesek deh*[/s] kepalanya dan GOLLL!!! Sang kiper, Rame-chuu tidak berhasil menangkap bola yang disundul oleh Reita karena tersrimpet roknya saat berlari mau nangkep bola *lhoh, mang maen bola pake rok? lol*.

Anak-anak PSC bersorak gembira. Reita langsung dikerumuni anak-anak PSC lainnya. Mereka saling berpelukan, berciuman, ber’gitu’an *hah?*, pokoknya mereka bersuka ria. Anak-anak Undercode langsung lesu.

Saga menghampiri Tora yang ngliat dari bangku pemain cadangan, coz kalo di bangku penonton takutnya malah di grepe-grepe ma fans-nya. Tora langsung meluk Saga begitu Saga nyampe di tempatnya berdiri.

“Gw bisa Tor! Kita menang!” pekiknya senang.

“Ya, gw tau kalian semua pasti bisa! Kerja sama yang bagus Saga!” Tora mengacak-acak rambut Saga.

Cewek-cewek fans-nya Tora, melihat Tora ma Saga berpelukkan, terbakar api cemburu *halah*. Mereka menghampiri Tora ma Saga, dan menjauhkan Saga dari Tora. Saga cuma bingung tiba-tiba ditarik-tarik kyak gitu. Sedangkan Tora, dikerumuni oleh cewek-cewek fans-nya itu. Mereka menanyai Tora kenapa nggak ikut maen di final kali ini. Nggak cuman tanya, tapi mereka mulai megang-megang Tora, narik-narik bajunya. Tora yang udah risih dan nggak tahan ama mereka, berusaha melepaskan diri.

“Gw ga suka cara kalian kalo kayak gini!” bentak Tora akhirnya.

“Tapi kita semua suka elo Tor,” balas cewek-cewek itu. Duh, emang sulit diomongin deh ni cewek-cewek.

Akhirnya Tora bisa nglepasin dirinya dari gerombolan cewek-cewek itu dan langsung nyari Saga. Saga yang masih bingung, kaget begitu tangannya ditarik oleh Tora.

“Oke, gw udah bilang ke elo semua, gw nggak suka cewek, gw itu sukanya cowok! Dan Saga, dia pacar gw!” bentak Tora ke arah cewek-cewek fans-nya, tampaknya dia udah bener-bener kesel ma cewek-cewek tu.

“Kita nggak percaya! Buktiin!” cewek-cewek itu kembali membalas bentakan dari Tora.

“Oke!!” Tanpa basa-basi lagi, Tora langsung nyosor bibirnya Saga. Saga yang ketagihan ciumannya Tora semalem, membalas ciumannya Tora penuh nafsu. Gara-gara itu, Tora juga makin bernafsu nyium Saga. Mereka mulai mainin lidah masing-masing, saling baku hantam satu dengan yang lainnya *halah*. Cewek-cewek itu cuman bisa mangap selebar-lebarnya. Mata mereka pun kayak hampir copot dari tempatnya. Orang-orang sekitar yang juga liat kejadian itu ikut-ikutan mlototin matanya.

Tora nglepasin ciumannya dan memandang ke arah fans-nya, “Puas? Perlu bukti lebih?” tanyanya.

“Ng...nggak, udah cukup. Ki, kita nyerah,” ucap pemimpin cewek-cewek itu. Mereka lalu membubarkan diri dengan lesu. Belom nyampe 5meter mereka ninggalin Tora ma Saga, tiba-tiba pemimpin itu berteriak pada teman-temaannya. “Eh girls! Liat Reita pas nge-golin tadi ga? Keren banget nggak seh!” Belom ada semenit patah hati gara-gara Tora, udah ada mangsa baru. Mereka pun berlarian menghampiri Reita, “Reita-sama~!!”

Reita yang lagi hura-hura ma anak-anak PSC, kaget begitu dikejar-kejar ma cewek-cewek bekas fans-nya Tora. “Huwaaaaaa!” Reita langsung ambil langkah seribunya.

Hiroto mendekati Tora ma Saga yang masih berpelukan dengan mesranya di pinggir lapangan.

“Hebat lo Tor, berani banget kalian,” tegurnya, mengagetkan Tora ma Saga, mereka langsung nglepasin pelukan masing-masing.

“So...soalnya, kalo nggak digituin, mereka bakal nge-rape gw,” ujar Tora.

Begitu ngedenger alesan Tora nyium dia, Saga langsung nyadar kalo tadi dia cuman dimanfaatin buat ngusir fans-nya Tora. Ia menampar wajah Tora, “Elo jahat Tor, jadi elo cuma manfaatin gw? Gw kira elo beneran suka ma gw,” ucap Saga sambil menahan tangisnya. Setelah ngucapin kata-kata itu, ia langsung lari ninggalin Tora yang bengong karena tiba-tiba ditampar.

“Tora!” Hiroto memanggil tora yang masih bengong. Tidak ada reaksi sama sekali dari empunya nama.

“TORA!!” ulang Hiroto lebih keras. Masih tidak ada reaksi.

“MACAAANN!!!” treak Hiroto sambil nguncangin badannya Tora. Tora glagepan, “Hah, mana macannya? Mana?”

“Elo tuh macannya! Lagian lo itu dipangil-panggil kagak nyahut-nyahut, lo shock ditolak Saga?”

“Saga...” Tora langsung lemes, ia meluk Hiroto dan menangis di pundak Hiroto. “Gw nggak berniat nyakitin dia, gw nggak berniat manfaatin dia, gw beneran suka ma dia, hiks” *yeee, cemen deh Tora*

Hiroto mengelus punggung temannya, “Udah. Sekarang lo sebaiknya kejar dia, kayaknya dia marah besar tuh,”

“Oke, makasih pon!” Tora langsung berlari ke arah Saga berlari tadi, nggak peduli ma kakinya yang keseleo. Ia harus njelasin perasaan dia yang sesungguhnya pada Saga.

Setelah mencari-cari Saga agak lama, akhirnya Tora nemuin Saga lagi duduk di bawah pohon. Ia meluk kedua kakinya dan kepalanya menunduk. Tora mendekatinya.

“Ga...” panggilnya.

“Tinggalin gw sendiri Tor,” ucap Saga pelan, ada isakan kecil di perkataannya.

“Maafin gw...”

“Nggak perlu minta maaf. Udah, tinggalin gw aja,” Saga masih menundukkan kepalanya.

Tora yang udah mulai jengkel ma kelakuannya Saga, tiba-tiba memeluk Saga. Saga yang kaget berusaha meronta melepaskan diri, tapi Tora memeluknya dengan sangat erat.

“Lepasin gw, tinggalin gw, hiks” pinta Saga.

“Gw nggak akan nglepasin elo sebelum elo maafin gw. Gw nggak manfaatin lo, gw beneran suka lo, gw sayang ama lo, Ga,”

“Uso,” Saga nggak percaya gitu aja ma omongannya Tora.

Tora nglepasin pelukanne dan megang erat lengannya Saga. “Liat mata gw! Apa gw bohong! Aishiteru, Saga! Aishiteru, aishi...” Tora nundukin kepalanya, menyembunyikan tangisnya.

“Uso,” Lagi-lagi kata itu, Tora mengangkat kepalanya berusaha menjelaskan lagi kalo dia bener-bener sayang ama Saga. Tapi yang di liatnya adalah Saga yang tersenyum manis. “Bohong, kalo gw juga nggak suka ma lo, hehehe.”

“Jadi, lo...”

“I love you too, Tora,” ucap Saga. “Tadi gw nggak marah-marah banget kok, tapi coba nggodain elo aja, hihihi, ternyata elo lucu juga ya,”

“Saga, elo tu ya...” geram Tora. Ia mengepalkan tangannya.

“Elo marah Tor?” Saga cemas bercandanya sudah melebihi batas.

“Iya, gw...” Tiba-tiba Tora meluk Saga, “seneng banget!!” Tora nglepasin pelukannya dan monyongin bibirnya ke Saga, “Ga, cium lagi dong, elo makin jago deh,” goda Tora.

“Bakayarou!” Saga menempeleng kepala Tora, disusul bibirnya yang mengecup bibir Tora hanya sekilas.

“Yah, kuraaaang...”

“Dasar macan mesum bodoh!”

=======OWARI=======

toraxsaga, fanfic

Previous post Next post
Up