BEACH
Warning: Rate M!
Morita Myuto/Abe Aran. dll.
Api unggun yang menyala menerangi sekitarnya, membuat suasana di tepi pantai itu lebih hangat dan ceria. Matahari terbenam sejam yang lalu, dan angin yang berhembus mulai mendinginkan suasana. Api unggun itu menjadi penghangat sekaligus penerang, membiarkan suasana kontras antara tepi pantai dan hutan di belakang sana.
“Aran, lihat! Aku menemukannya di sebelah sana!” Reia menunjukkan kulit kerang yang ditemukannya bersama Genki.
Aran tidak banyak bereaksi.
Liburan kali ini, mereka memutuskan menghabiskan seminggu penuh di sebuah pulau tidak berpenghuni. Berkat rekomendasi Amu, plus sedikit kucuran dana tentunya, liburan fantastis di pulau yang memberikan mereka privasi untuk melakukan apa pun terpenuhi dengan baik.
“Kamu masih memikirkannya!”Genki menepuk pundak Aran.
Aran memandang Genki dan Reia bergantian sebelum mendesah pelan.
“Baiklah, ikut kami!”Akhirnya Aran diseret Genki agar mengikutinya.
Reia yang tertinggal sedikit di belakang, melambaikan tangan pada Amu, Jinguji dan Myuto yang memandangnya, lantas menunjukkan ibu jarinya. Amu dan Jinguji ikut tersenyum, memberikan selamat pada Myuto.
Sedikit jauh dari yang lain, Genki menarik Aran sementara Reia mengikuti keduanya. Ketiganya sempat menginterupsi ciuman panas Jesse dan Hokku yang memang memilih tempat yang sedikit ‘menepi’ dari yang lain.
“Kamu kenapa sih, kita ke sini untuk bersenang-senang dan kamu terlihat seperti zombie!” Genki mendudukkan Aran di pasir pantai.
Aran mengerucutkan bibirnya kesal.
“Karena Myuto kun?” Reia menebak.
Aran mengangguk.
“Kenapa lagi?”Genki bertanya bosan. Memangnya apa lagi masalah Aran?
Aran menundukkan wajahnya yang memerah. Genki dan Reia menuduk lesu ketika Aran justru sibuk mengorek pasir dengan ujung jarinya. Dengan sedikit kejam Reia justru mengutuk Aran yang membuatnya menunggu seperti orang bodoh agar seekor kepiting menjepit jarinya sampai merah.
“Cepat katakan, kakiku sudah kesemutan!” Genki mengguncang tubuh Aran sebelum Reia meledakkan kekesalannya.
“Myuto .... dia .... ingin .... haaahhh .... dia ingin kami melakukan itu dalam liburan kali ini!”
Akhirnya Aran mengatakan alasannya nampak seperti zombie sejak berangkat tadi pagi.
“Ck-ck-ck, sudah kuduga!” Genki dan Reia menggelengkan kepala bersamaan.
“Aku ... bingung. Sedikit takut juga. Katanya sakit sekali!” Aran tersenyum kecut.
Genki yang gemas mencubit pipi Aran sementara Reia memencet hidungnya.
“Hanya seperti itu saja kamu membuat kami kebingungan. Hanya lakukan saja, kamu tidak akan mati hanya karena ditiduri Myuto. Setidaknya kami yakin Myuto tidak akan memperkosamu dua puluh empat jam tanpa henti!” Genki dengan frontal mengomel.
Tidak hanya Aran, Reia saja menganga mendengar kalimat Genki yang begitu berani. Meskipun Genki lebih tua dari mereka, dan pacarnya sejenis Jinguji, tapi keduanya tidak pernah berfikir Genki punya kalimat yang ‘terang-terangan’ seperti itu.
“Genki chan, kamu menakutkan. Apa saja yang sudah Jinguji lakukan padamu?” Reia mengomentari sambil sedikit menggoda Genki yang sepertinya baru sadar keceplosan.
“Memangnya bagaimana rasanya?” Aran mulai penasaran.
Myuto sudah sering merayunya untuk bisa ‘mencicipi’ Aran, tapi Aran terus menghindar. Tapi bukan perarti di usianya Aran sama sekali tidak penasaran kan? Lagi pula teman-temannya sudah biasa dengan hal itu. Sepertinya hanya Aran yang tersisa. Tapi takut juga. Tapi pengen juga. Bingung.
Genki dan Reia yang ditanyai saling berpandangan. Pipi keduanya memerah.
“Tidak akan sesakit yang kamu fikirkan. Yah, mungkin untuk yang pertama kalinya sedikit lebih sakit, tapi itu tidak akan lama!” Reia menjawab sesuai pengalamannya. Ulang tahun Amu tahun lalu.
Aran beralih menatap Genki.
“Hm, kenapa? Aku? Itu baik-baik saja. Kamu akan menyukainya juga. Lagi pula Myuto pacarmu!” Genki memilih sedikit berhati-hati setelah ‘kalimat’ yang tidak sengaja meluncur sebelumnya.
“Unn. Jika kamu tidak menjaga Myuto baik-baik, dia akan mendekati yang lainnya!” Reia mulai mengompori, sebagaimana ‘amanat’ Myuto yang dibebankan padanya dan Genki.
Aran membulatkan matanya sebentar. Dari kejauhan, dilihatnya Myuto sedang duduk ‘sangat dekat’ dengan Taiga di depan api unggun. Nah, kalau yang di sebelahnya semenggiurkan itu Aran jadi was-was juga kan. Siapa tau Myuto akan berhasil menarik perhatian Taiga saat Yugo sedang menoleh. Taiga kan tipe-tipe yang diintai pemangsa sepanjang waktu.
Dan saat Taiga tampak berbincang sambil terus tersenyum pada Myuto ketika Yugo sibuk membakar ikan bersama yang lain, Aran memutuskan untuk memenuhi permintaan Myuto.
“Jadi, bagaimana agar aku bisa melakukannya dengan baik?” Aran bertanya dengan mata berapi-api, membuat Genki dan Reia kaget juga.
“Entahlah, Myuto kan pacarmu. Kalau Amu lebih suka aku pasrah saja, aku akan membiarkan Amu melakukan apa pun yang diinginkannya dan membiarkan dia bermain sampai puas!” Jawab Reia pelan.
Genki yang ditatap oleh Aran melepas nafas pasrah. “Jinguji lebih suka ketika aku agresif. Kalau Myuto, kamu harus mencari tau sendiri!”
Dan mencari tau yang cerna Aran berbeda dengan yang dimaksud Genki. Dengan polosnya anak itu berjalan mendekati Jesse Hokuto yang akan kembali bergabung dengan yang lain. Dengan sedikit memaksa, Aran mengusir Jesse dan berbisik pada Hokuto.
Genki dan Reia yang melihatnya hanya menepuk jidat.
“Myuto? Aku tidak tau seperti apa yang dia suka!” Hokuto menjawab dengan sedikit canggung.
“Apa itu seperti Kyomoto kun? Apa Matsumura kun tau seperti apa Kyomoto kun di ranjang?” Aran masih terus mendesak Hokuto. Membuat Hokuto kebingungan dan nyaris menenggelamkan Aran ke laut.
“Baiklah. Baiklah. Aku tidak benar-benar tau. Tapi Taiga itu jenis yang ... apa ya, dia seperti idaman semua orang sih. Sepertinya dia tipe yang tidak akan menolak ketika Yugo menginginkannya. Penurut, sepertinya begitu. Aku tidak bisa mendeskripsikannya!”
Reia dan Genki berlari saling mendahului menuju Amu dan Jinguji yang merentangkan tangan pada mereka. Saat melewati Myuto mereka memberikan kode bahwa mereka berhasil.
Setelah mendapat kode itu, Myuto segera mendekati Aran yang berjalan bersama Hokuto. Jesse yang berpapasan dengannya sedikit protes atas sabotase yang dilakukan Aran pada Hokuto. Myuto hanya terkekeh tanpa memberikan tanggapan berarti.
***
Malam mulai larut. Sebagian besar memilih kembali ke tenda, melakukan aktivitas masing-masing, sebagian yang bertugas jaga berkumpul di sekitar api unggun, berpasangan. Lebih tepat disebut pamer kemesraan daripada berjaga sebenarnya. Sebutan apalagi yang lebih tepat jika Jinguji hanya sibuk berciuman dengan Genki, atau Jesse dan Hokuto yang bercumbu tanpa sungkan.
Myuto hanya menatap iri, sementara Aran yang ada di sampingnya tertunduk. Sebenarnya mereka tidak kebagian jaga, tapi Aran terlihat masih bingung sendiri.
“Aran chan, bagaimana kalau kita kembali ke tenda!”Myuto menawari.
“Ok. Tapi, temani aku jalan-jalan sebentar!” Aran meminta dengan manja.
Myuto mengangguk. Dirangkulnya Aran sambil berjalan di sekitar pantai. Myuto tau Aran tidak akan menolak malam ini, Myuto hanya perlu memberi sedikit ‘aksi seductive’ yang akan membangkitkan gairah Aran, dan voila, Aran akan menjadi miliknya seutuhnya.
Jika tidak berhasil?
Tenang. Myuto hanya perlu memberikan tambahan sedikit di minuman Aran dan pacar tercintanya itu tidak akan berkutik. Seperti saran Fuma, sedikit trik untuk mendapat tiket ke surga dunia.
“Emmmhhh, Yugo, pelan sedikit!” Suara desahan samar membuat Aran dan Myuto saling bertatapan ketika mereka telah berjalan jauh dari teman-temannya.
“Ssshhhh, tenang sayang. Mendesahlah lebih keras lagi, kita jauh dari yang lain!” Suara lain terdengar memburu.
Didorong rasa penasaran, sekaligus untuk menggoda Aran, Myuto menarik Aran ke balik karang. Dan Aran nyaris berteriak saat melihat Taiga berbaring di atas pasir pantai yang bersih, dengan Yugo yang menguasai tubuhnya. Myuto membekap mulutnya agar mereka tidak ketahuan. Hm ....
Di depan matanya, Aran bisa menyaksikan bagaimana perlakuan Yugo pada Taiga. Belum seekstrim itu sih. Dalam artian, keduanya belum benar-benar telanjang. Yugo baru berhasil membuka beberapa kancing kemeja tipis yag dipakai Taiga, menyibaknya hingga memperlihatkan sebagian kulit dada dan bahu yang mulus, tapi berhias beberapa bercak kemerahan.
“Uhhh ... aahhh.. ssshhhh!”
Aran menahan nafas. Tubuhnya memanas melihat adegan live plus desahan erotis Taiga saat Yugo menyusu padanya.
Myuto yang yakin Aran sudah hampir kehilangan tenaga untuk menopang tubuhnya sendiri segera mengakat Aran dan membawanya berlari ke tenda.
***
“Uhhhh .... aah, ahh, aaakhhhh!” Aran merintih dan menjerit kecil di sela desahannya ketika Myuto mengecupi dan menghisap lehernya.
Aran yang berada dipangkuan Myuto tanpa sadar membuka kakinya lebih lebar ketika Myuto membuat gerakan memutar di pahanya dan sesekali meremasnya. Kedua tangannya dikalungkan ke leher Myuto, sementara kepalanya mendongak, memberikan akses seluas dan sebebasnya bagi Myuto untuk menikmati lehernya.
Myuto menekan Aran dengan satu tangannya yang menopang punggung Aran untuk semakin mendekat, sementara tangan yang lain mulai melucuti pakaian yang menutupi tubuh Aran.
“Aahh, uukkhh, Myuto, ah!” Aran menggeliat gelisah ketika Myuto membelai dadanya. Pakaiannya tergeletak begitu saja di samping Myuto, menyisakan celana pantai selutut yang sudah naik hingga pangkal paha akibat ulah nakal tangan pacarnya.
Desahan Aran semakin menjadi setelah Myuto merebahkan tubuhnya dan beralih menindihnya, menyusu seperti yang Aran lihat dilakukan Yugo pada Taiga tadi. Tangan Myuto yang sekarang bebas terus bergerilya ke sekujur tubuhnya, sementara Aran hanya meremas karpet bulu halus yang menjadi alas tidurnya.
“Sayang, aku sudah tidak tahan. Sekarang ya?” Myuto menatap Aran yang terbaring pasrah dengan wajah memerah, terengah menggoda dengan bibir terbuka.
Aran mengangguk pasrah. Membiarkan Myuto menyingkirkan kain terakhir yang melekat di tubuhnya dan menelanjangi dirinya sendiri dan semakin berkuasa atas tubuhnya.
“Ukhhhhhh!” Aran menggigit bibir bawahnya ketika Myuto mulai memasukinya.
“Aaakkkhhhhh, hiks, akh, sakit-sakit-sakit!” Aran menjerit ketika Myuto akhirnya masuk sepenuhnya dalam tubuhnya untuk pertama kali.
“Stttt, tenang sayang, sakitnya akan segera hilang!” Myuto mengelus pipi Aran, menenangkan pacarnya yang baru saja diperawaninya. Rasanya sulit sekali menahan diri untuk tidak segera bergerak memuaskan diri di dalam tubuh Aran. Tapi Myuto ingin Aran menikmati pengalaman pertamanya, mendesah penuh kenikmatan atas aksinya.
Aran mengangguk sekali lagi. Tubuhnya lemas begitu rasa sakit mendera, membuat tangannya terkulai.
Myuto tersenyum melihat Aran menutup matanya dan menunggu. Perlahan Myuto mulai bergerak, pelan dan teratur, hingga Aran mulai mendesah sambil meremas karpet. Tergoda dengan aksi tangan Aran, Myuto mengarahkan tangan Aran untuk berada di bahunya, meremasnya acak.
“Aah, eemmhh, oohhh, Myuto, aahhh, motto!” Aran menekuk kakinya, membukanya lebih lebar untuk Myuto setelah beberapa menit.
Myuto menyeringai melihat Aran yang semakin menggoda, digenjotnya semakin cepat hingga Tubuh Aran ikut bergoyang seirama dengan sodokannya yang semakin keras, membuat Aran menjerit nikmat.
“Aahh, Myuto, aku mau pi-pipis!” Aran menggelengkan kepalanya ketika kenikmatan yang didapatnya semakin mendekati puncaknya.
Myuto mencium Aran sebelum semakin mempercepat dan memperkeras sodokannya. Rasanya dia pun semakin dekat.
Aran meraih puncaknya lima menit sebelum Myuto, dan terkulai lemas setelahnya.
Myuto yang ambruk di atas tubuh telanjang Aran mengecup pipi Aran beberapa kali sebelum mengeluarkan miliknya, membuat Aran mendesah perlahan. Sperma Myuto yang berlimpah mengalir keluar, berwarna kemerahan karena bercampur darahnya.
“Siap untuk ronde berikutnya sayang?” Myuto berbisik, kembali melumat cuping telinga Aran, membuat Aran kembali mendesahkan namanya karena tidak mempu menolak.
Selanjutnya Aran tidak tau berapa lama Myuto bermain di dalam tubuhnya, juga tidak tahu kapan selesainya. Aran hanya menemukan dirinya terbangun dalam keadaan terlentang dan kaki terbuka dengan selimut yang dibaginya bersama Myuto, sementara pacarnya itu masih terlelap dengan kaki di atas pahanya.
“Myuto ....!” Aran memukul-mukul pelan lengan Myuto yang melingkari dadanya.
“Hmmm!” Myuto hanya berguman tidak jelas, masih sibuk dengan mimpi indahnya.
***
EPILOG:
“Hai, Aran. Sepertinya semalam kerjamu bagus sekali!” Para Kaito yang sedang berjalan mengelilingi pantai bersama menyapa Aran dan Myuto sambil mengedip usil.
Aran menggembungkan pipinya sambil menunduk. Genggamannya pada Myuto mengerat. Memalukan sekali. Hampir semua yang ikut dalam liburan ini tau apa yang dilakukan Myuto padanya semalam.
^_^