LC Drabbles [OOC PARTY]

Jan 02, 2012 18:26


Drabbles based on LC Award 2011
Tema: Snack!
Pairing lain coming soon.



Maaf gan banyak ooc. Udah lama ga buka LC, jadi karakteristik seingetnya aja. Peace banget agan.

Chocolate Sundae (Lucan/Citie) [BGM: Spongebob Squarepants - episode lupa]

Suatu siang yang panas di bangku taman...

"Luc ayolah aku memaksa!"

"Tidak mau!!"

Ci berhenti untuk memgambil napas. Pertarungan menyuapi-sundae-coklat pada Lucan ini ternyata tidak bisa dipandang sepele. Di lain pihak, Lucan menutup mulut dengan kedua tangannya. Rona merah pada wajahnya terlihat pekat.

"Luc aku kan tidak berniat menyakitimu," kata Ci dengan nada hampir putus asa. "Aku cuma mau berbagi. Kan tidak enak makan sendirian."

"Tidak!" teriak Lucan. "Tidak jika kamu menyuapiku! Suap-suapan makanan antara laki-laki dan perempuan kan cuma buat pasangan yang sudah menikah!"

"Masa?" tanya Ci dengan alis terangkat. "Tapi kalau aku menyuapi kamu kan tidak terlihat seperti orang yang sudah menikah. Tetapi seperti orang kaya memberi makan orang miskin."

Hening.

"Aku bukan orang miskin," kata Lucan agak dingin. Tangannya perlahan diturunkan. Rona merah di wajahnya masih terlihat. "Tapi ya sudah kalau pikirmu begitu. Berarti suap-suapan juga buat orang kaya dan orang miskin ya? Bu-Bukan hanya buat pasangan menikah kan?" tanya Lucan dengan nada agak lega. "Kalau begitu aku mau."

"Yay Luccyy! Aaaa--" Ci menyuapi Lucan dengan riang. Pertarungan sudah berakhir, dengan Ci sebagai pemenangnya.

"Plis banget, Roshawn, namaku Lucan."

-----

Crakers (Arlen/Ayam) [BGM: Stereo Hearts - Gym Class Heroes ft. Adam Levine]

Bagaimana rasanya makan makanan yang itu itu saja? Jenuh bukan? Itulah yang dirasakan Ayam peliharaan gadis Lindwell. Jagung lagi jagung lagi. Biji kering lagi, biji kering lagi. Ia ingin bisa makan sesuatu yang berbeda seperti manusia. Seperti majikannya.

Pagi ini ia pergi berjalan-jalan bersama majikannya. Mereka singgah di bangku yang terletak di pinggir jalan. Arlen meletakannya di sebelahnya, lalu mengeluarkan sekantung biskuit wangi bertabur sayur. Biskuit itu kelihatannya enak dan mudah dicerna. Hari ini ayam akan memberanikan diri meminta makanan dari majikannya.

Ditatapnya mata Arlen dalam-dalam.

Arlen, merasa diperhatikan, menoleh ke arah ayam. "Apa?"

Mata ayam bergulir ke biskuit yang dimakan Arlen. Arlen menyadari ini.

"Mau?" tanyanya dengan nada mengejek. "Emang enak jadi ayam?"

Mata ayam tidak bergerak.

"Kalau mau ambil!" Arlen meninggikan suaranya.

Ayam tidak bergeming.

"Tidak ambil, tidak dapat." Arlen melanjutkan cemilan pagi-nya.

Bukannya membalas dengan kasar, ayam itu menyenderkan kepalanya ke lengan Lindwell lalu menggerak-gerakan kepalanya dengan manja. Jurus ini ia dapat dari kucing tetangga.

Arlen terdiam. Ia sendiri mengakui betapa manis ayam ini kalau sedang begini. "B-Baiklah," Arlen mengalah. "Ini biskuit untukmu." Ia mengeluarkan remah-remah dari kantung biskuit lalu menyodorkannya ke ayam.

Ayam yang sukses menyantapnya dengan gembira.

Dapat.

---

Gingerbread (Klein/Luise) [ini mah bukan drebel. panjang] [BGM: Bye Bye - 7!!]

Klein sedang berjalan-jalan di pasar yang sudah agak sepi. Kakinya diseret paksa, seolah-olah ia terpaksa berjalan kemari.  Memang bukan saat yang bagus untuk keluar rumah. Pagi itu mendung, mendung tebal sekali. Tetapi jika Klein tidak ingin meraung-raung kelaparan di rumahnya sendiri, ia harus pergi.

Ia sedang mencari-cari makanan yang menarik perhatiannya ketika tiba-tiba sebuah payung dan kantung kue kecil memeluknya dari belakang.

Tunggu, apa?

“Ada kakak diam!” jerit tersangka dengan riang.

Klein terdiam. Kaget.

“Ah, N-Nona Falkenrath...” bocah Lovelace itu berusaha mengumpulkan nyawanya lagi.

Gadis berambut pink itu melepas pelukannya, lalu mengulang sapaan selamat paginya dengan cara yang lebih... Sesuai. “Selamat pagi kakak!” sapa Luise sambil tersenyum lebar. Tangannya memegang payung merah dan kantung kue jahe. “Sedang apa disini? Tidak bawa payung? Sebentar lagi hujan lho!”

Klein mengangguk singkat, membalas sapaan Luise. “Cari makan. Aku lapar,” ia menjawab seadanya. “Hujan? Memang mendung, tetapi belum ada rintik-rintik kok.”

Tepat setelah Klein berkata demikian, hujan turun.

“Ah! Tuh kan hujan!” seru Luise panik sambil membuka payungnya. “Ayo kakak! Masuk ke payung!” Luise berjinjit sedikit, berusaha memayungi Klein yang lebih tinggi dari kepalanya. Padahal Luise sendiri memiliki masalah dalam keseimbangan. Klein diam menatapnya tanpa ekspresi. Lucu

“Sini,” Klein yang sudah bosan dengan hiburannya mengambil payung merah dari tangan si gadis pendek. “Kuantar sampai tempat makan terdekat,” gumamnya sambil berjalan.

“Tee hee, terima kasih!” ucap Luise dengan nada senang. “Oh iya, kakak belum makan ya,” Ia merogoh-rogoh kantung kuenya, lalu mengeluarkan kue cokelat sebesar telapak tangan Klein. Bentuknya  seperti orang, dengan hiasan permen disana-sini seolah kue itu punya baju dan wajah. “Tapi aku cuma punya satu. Kita bagi setengah ya?”

Yang diajak bicara berhenti, mentap kue jahe yang ditawarkan selama beberapa saat, lalu-- “Haup!” Dengan segala ketidaktahudirian,  Klein melahap semua kue jahe milik Luise. Luise hanya bisa tercengang, lalu memukul-mukul bahu laki-laki di sebelahnya, yang sudah melanjutkan langkahnya.

“Kakak Jahat!”

---

Blueberry Cupcake (Ein/Karen) [BGM: E.T. - Katy Perry]

“Rothstein!”

Kuberanikan diri memanggil nama belakangnya.

Tetapi mengapa harus memberanikan diri? Memangnya siapa dia?

Aku kan anak serba pertamax.

“Eindride...?” Hanya itu yang keluar dari mulutnya.

Aku menghampirinya, lalu duduk di sebelahnya, memandanginya. Ia duduk diatas batu besar dengan buku terbuka di pangkuannya. Tangannya memegang cupcake berwarna biru cantik bertaburkan permen warna-warni dengan kertas kue putih dibawahnya.  Wajahnya menunjukkan raut terganggu, dipermanis dengan sedikit semu merah di pipinya dan poninya yang sudah terlalu panjang.

Ia wanita paling manis yang pernah singgah di hatinya. Plankton di dasar laut saja tahu siapa nama makhluk tercantik yang pantas dikagumi.

Karen.

“Sedang apa?” tanyaku. Pertanyaan klasik.

“Membaca,” jawab Karen pendek sambil menggeser tempat duduknya, menjauhiku.

Aku memadanginya. Ia tampak kesulitan membaca dengan poni seperti itu. Aku ingin membantu. Aku akan memberinya kejutan.

Diam-diam aku berdiri di belakang Karen, lalu menyisir poninya ke belakang dengan jariku. Setelah itu aku menjepitnya. “Nah, sekarang kamu lebih bebas membaca kan?”

Karen terdiam. Ia terkejut. Setelah mencerna apa yang baru saja terjadi, ia memegang pergelangan tanganku.

“Ada sesuatu lain yang kau inginkan?”

Detik berikutnya, aku merasa tubuhku dibanting ke rerumputan. Detik berikutnya lagi, aku merasa perutku sedang diinjak. Detik berikutnya lagi, cupcake yang tadi ia pegang jatuh tepat di mulutku.

Hal terakhir yang kulihat sebelum aku tak sadarkan diri adalah Karen yang kembali membaca buku dan matahari yang sudah tinggi.

-----

Donuts! (Stefano/Felicia) [BGM: Allegro Cantabile - SUEMITSU & THE SUEMITHS]

Stefan sedang merasa sangat galau.

Bagaimana tidak. Ia sedang berjalan-jalan bersama adik tercintanya yang membawa kotak penuh dengan donat. Adik tercintanya itu membagi-bagikan donat pada setiap lelaki yang mereka lewati. Setiap lelaki, kecuali lelaki yang sedang mendampingi Felicia Cavalcanti berjalan-jalan.

Ia bisa saja menyuruh adiknya berhenti. Ia bisa saja mengambil sendiri semua donat yang dimiliki adiknya. Tetapi ia takut Feli akan membecinya. Ia takut dianggap egois. Ia takut dianggap tidak punya hati. Karena yang dilakukan Feli bukanlah menggoda laki-laki seperti biasanya.

Ia hanya membagikan donat.

Sekarang sudah waktunya makan siang. Stefan yang kelaparan melirik kotak donat yang dipegang Felicia. Uh, betapa ia ingin mengambil semua donat yang tersisa di kotak itu dan memakannya dengan buas di tengah jalan. Tetapi ia tahu hal itu hanya akan membuat adiknya ilfil. Jadi ia diam saja, sambil sesekali memegang perutnya.

“Wah, donatnya tinggal satu!” seru Feli satu jam kemudian sambil membuang kotak donat dan mengambil satu-satunya donat yang tersisa. Donat berlumur cokelat dengan taburan kacang diatasnya membuat Stefan semakin lapar. Ia entah bagaimana sedikit berharap donat itu akan menjadi miliknya.

“Donat ini akan...”

Kuberikan pada kakakku! Khayal Stefan yang sudah keroncongan.

“... kumakan sendiri!”

Stefan merasa dirinya jatuh bebas.

“Kakak! Hei!” Felicia memandang kakaknya yang tiba-tiba pingsan dengan panik. Ia segera berlutut, lalu menggoncang-goncang tubuhnya. “Kakak! Kakak! Kakak bangun!!”

Tidak ada reaksi.

“Kakak lapar? Ini kuberi setengah donat-“ Belum sempat Feli melanjutkan kalimatnya, Stefan tiba-tiba bangkit, lalu menggigit setengah donat di tangan Feli.  Feli hampir menjerit melihat kakaknya yang tiba-tiba buas.

“Ya ampun kakak,” Feli tertawa melihat kakaknya yang mengunyah donat tanpa ampun. “Kalau lapar bilang saja. Aku pasti akan memberikannya padamu.”

Stefan memandang donat yang tinggal setengah, lalu memberinya pada Feli.

“Jatahku setengah donat kan?”

“Ya,” jawab Feli sambil tersenyum manis. “Jatahmu hanya setengah.”
Detik itu juga, Stefan merasa jerih payahnya hari ini terbayar.

------

White Chocolate (Ein/Lucan) [BGM: Last Date Conversation - Mejiku]
Bocah kecil itu hanya melongo ketika disodori cokelat putih polos kecil berbentuk hati oleh seorang laki-laki berambut merah  acak-acakan. Diberi cokelat di atas jembatan? Diberi "hati" didepan matahari terbenam? Dia bisa dicap sesuatu.

“Aku masih normal!”

“Aku juga.” Jawab laki-laki itu setengah berbohong.

“Kalau begitu apa maumu?” tanya anak kecil itu gusar, seolah permen lolinya baru saja diambil paksa.

Laki-laki yang ditanyai hanya diam. Matanya melekat pada wajah anak kecil yang kesal. Anak ini sangat mirip dia.

“Rothstein, aku ingin kau mengantarkan ini kepada kakakmu,”  ia mengambil tangan anak kecil itu lalu meletakannya di atas cokelat putih, memintanya menerima cokelat itu.

“Kau bukan laki-laki romantis ya,” komentar bocah Rothstein dengan nada mengejek. “Ini masih jauh White Day, tahu?”

“Aku  tahu aku bukan laki-laki paling romantis sedunia,” balasnya sambil menatap mata anak laki-laki berambut cokelat di hadapannya. “Aku tidak memberi cokelat di waktu yang tepat. Tetapi aku tak peduli-“

“Mengapa?”

“Karena aku hanya ingin dia tahu,”  laki-laki itu terdiam sebentar, “aku menyukainya. Menyukai Rothstein.”

Bocah itu memalingkan wajah dengan wajah memerah. Merasa. Dia kan Rothstein juga, ingat?

“Lantas mengapa kau tidak memberikannya langsung?”

Pertanyaan itu tak dijawabnya. Laki-laki berambut merah itu buru-buru berbalik dan pergi ke arah lain. Meninggalkan bocah kecil yang, seperti sebelumnya, melongo.

Mengapa ia memberikan ke adiknya dulu? Mengapa tidak ia beri langsung padanya?

Karena yang ia suka adalah Rothstein.
--------

Strawberry Parfait (Eclair/Lucan) [BGM: Hands Up!! - 2PM]

“Lucaaaan, mintaaa-“

“TIDAK!”

Disinilah Lucan dan Eclair, restoran elit yang baru saja buka, berebut parfait vanilla-strawberry yang bertabur kacang dan wafer stik capuccino. Bagaimana dua orang ini dapat makan malam di tempat mahal, berdua saja?

Jadi begini.

Kemarin siang, Eclair mengajak kedua teman kecilnya, Ci dan Lucan, untuk makan malam bersama di restoran baru yang (rumornya) elit.  Awalnya Ci menerima ajakan Eclair. Karena ada Ci, Lucan pun menyatakan bersedia ikut. Tetapi di malam H, Ci ternyata tidak datang karena hal yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata (setidaknya itu yang dikatakan Ci). Sekarang tinggallah Lucan bersama orang ini, orang menyeramkan ini.

Menyeramkan. Karena ia mencintai anak kecil lebih dari ia mencintai dirinya sendiri.

Kalau tidak salah sebutannya “Pedofil”.

Sekarang orang ini merangkulnya, agar ia bisa mengambil dessert Lucan dengan lebih mudah.

“Mintaaa~” pinta Eclair semakin menyedihkan. “Lukyaaaan-“

“TIDAK!!” jerit Lucan. Tangan yang tadi merangkulnya mulai menggelitiknya. Ia menjerit semakin kencang sambil melirik ke arah lain. Orang-orang menonton mereka. Bagus. “Eclair Luxemillian! Lepaskan aku! Lepaskan atau tidak dapat parfait!” bisik Lucan panik.

“Terbalik,” kata Eclair sambil tersenyum jahil. “Beri aku parfait, kau bebas.”

“Mengapa aku harus begitu?!”

“Karena aku yang meminta, kau yang tidak mengabulkan, aku yang membuatmu malu, kau yang merasa malu,” jawab Eclair santai. “Jadi aku yang lebih berhak melontarkan ancaman, bukan?”

Lucan tidak bisa menjawab. Om om ini terlalu benar. “Baik baik, kuberi kau parfait. Sedikit saja ya?”

“Banyak”

“Jangan nego!”

“Banyak atau kubuat kau jadi badut lagi.”

“Aa-“ lagi-lagi Lucan tidak bisa berkata apa-apa. “Baiklah! Ini ambil parfaitnya.”

“Suapi aku,”

“TID-“ belum sempat Lucan menjerit, Eclair sudah mengeluarkan senyum-mengancam-paling-berbahaya padanya. Lucan menelan ludah. “B-Baik..”

Lucan menyuapi Eclair dengan muka merah padam. Yang disuapi santai saja, menerima makanan sambil melihat wajah merah babu baru-nya.

Lucu kaannn?
-----

Montblanc (Peter/Eclair) [BGM: International Love - Pitbull ft Chris Brown]

“Kau besar.”

“Memang besar. Baru tau?”

Dua laki-laki mengucapkan “besar” di tangga sebuah toko tua yang sedang tutup. Mencurigakan. Namun hanya mereka dan Tuhan yang tahu apa yang mereka bicarakan.

Tidak, itu berlebihan. Aku tahu. Dan aku yakin sebentar lagi kalian juga tahu.

“Badanmu terlalu besar,” kata Eclair sambil melirik Peter. “Aku sendiri heran mengapa aku mau saja jalan-jalan bersama orang sebesar kamu. Sama sekali tidak imut.”

“Memang biasanya kau jalan-jalan dengan siapa?” Peter melihat tubuhnya sendiri. Rasanya dia sudah menjalankan diet dengan benar.

“Kau tahu, orang-orang yang lebih muda,” Eclair mulai tenggelam dalam fantasi. “anak-anak yang masih segar dan penuh energi. Aku selalu suka anak-anak muda. Wajah imutnya mengalihkan duniaku.”

Peter ingin bertanya “umurmu berapa, om?” tetapi ia mengurungkan niatnya. Kalau orang ini dipanggil om, dia dipanggil apa? Mbah?

“Begini, kau sekarang ‘anak muda’ bagiku,” kata Peter sambil menggaruk kepalanya. “Sekarang kesempatanmu menjadi anak-anak yang kau cinta setengah jantung itu. Buat aku menyukaimu.”

Eclair terdiam. Tidak ada salahnya mencoba menjadi orang yang paling dicintainya.

“Umm, kak Peter,” panggil Eclair manja sambil menarik-narik lengan Peter. “Aku mau manisan~”

Jadi begini caranya mengambil kesempatan? Peter menghela napas “Manisan? Aku hanya punya ini.”

Peter mengeluarkan Montblanc dari kotak yang dibawanya. Bentuk cantik krim vanilla yang menggunung diatas muffin cokelat tipis menarik nafsu makan Eclair.

“Mau itu~” seru Eclair Sambil menggapai-gapai manisan itu dengan penuh harap. “Berikan padaku, kakak! Nanti kakak aku suapi!”

“Mau ini?” Peter memandangi kue yang baru dibelinya itu. “Nih.”

Peter mendaratkan kue itu di wajah Eclair. “Ambil semuanya. Aku rela kok, demi menutupi muka kamu yang memuakkan.”

....

“SIALAN!”

----

Mochi (Ma Ri/Anju) [BGM: Hikari no Senritsu - Kalafina]

Ma Ri menerobos masuk ke kamar Anju untuk mengucapkan selamat pagi. Tetapi ia terhenti ketika melihat gadis itu berlutut di lantai, tampak meratapi sesuatu di depannya.

“Astaga Anju,” Ma Ri menghampiri Anju, lalu merangkulnya dengan kasih sayang. “Kau kenapa?”

Anju menatap Ma Ri sambil sesengukan, lalu berbalik menghadap mochi yang tergeletak begitu saja di lantai. “Aku melakukan kejahatan...”

“Tidak mungkin,” potong Ma Ri dengan nada terkejut. Tangannya menepuk-nepuk kepala gadis kecil di dalam rangkulannya. “Apa yang sudah kau lakukan? Ada apa dengan mochi itu? Ceritakan padaku nak. Aku akan melindungimu dengan sepenuh hati.”

“Aku membuang gula, tepung dan air dengan percuma,” kata Anju dengan bibir bergetar. “Aku... Aku... Aku baru saja menjatuhkan mochi pemberian tuan Soutentei!”

Hening.

“Semacam sesuatu banget deh*” gumam Ma Ri sambil memutar bolamatanya. Mengapa Anju harus se-lebay itu pada kue beras? Apalagi, pada sesuatu yang bukan pemberian Ma Ri? Anju tahu Ma Ri bisa memberikan puluhan mochi baru padanya jika ia mau.

“Kapan kau menjatuhkan mochi ini, Anju?”

“Lima menit yang lalu...”

Ma Ri menyambar mochi yang ditangisi Anju, lalu memakannya bulat-bulat.

“M-Ma Ri!” Anju menarik lengan baju Ma Ri dengan kencang. “Kenapa kau memakannya?” Kenapa... Kau bisa sakit!”

“Twidwak apua apua,” Ma Ri buru-buru menelan mochinya. “Aku akan menghabisi apapun yang membuat Anju menangis. Termasuk mochi ini,” ia menunjuk perutnya. “Lihat, kau tidak membuang gula, tepung, dan air lagi kan? Kau memberiku snack pagi.”

Anju tidak bisa melakukan apapun kecuali bengong.

*semacam sesuatu banget: judul buku kedua kuntisimilikiti

-----

Chocolate Strawberry Swiss Roll (Felicia/Luise) [BGM: Coolish Walk - Kana Asumi]

“Yang didalam warnanya pink!”

“Diluar sini warna krem, dengan cokelat di lapisan terluarnya.”

“Strawberry-nya merah cerah! Seperti topiku!”

Feli tersenyum memandangi gadis mungil yang duduk di sebelahnya. Gadis itu sibuk memandangi Swiss Roll yang baru saja diterimanya. Gadis kecil menggemaskan itu bernama Luise. Akhir-akhir ini Feli dekat sekali dengan Luise. Mungkin karena gadis itu lucu dan menyenangkan untuk diajak bermain. Feli sudah menganggapnya seperti adik sendiri.

Atau lebih? Entahlah.

Untuk menjalin persahabatan sedikit lebih jauh lagi, Feli memberi Luise Swiss Roll dengan warna yang cantik sekali. Paduan cokelat muda dengan pink di tengahnya, dengan lapisan cokelat yang lebih gelap di bagian luarnya. Diatas semua itu, strawberry merah terbalik berlapis jeli transparan dan beralaskan krim putih duduk dengan manis.

Luise, yang baru saja menerima kuenya, sekarang mengamati betapa warna kue ini menggambarkan dirinya dengan Feli.

“Kakak, yang pink itu seperti rambutku. Lalu strawberry merah mirip topiku,” Luise masih mengamati kuenya dengan wajah riang. “Sementara yang krem dan yang cokelat tua ini mirip kulit dan rambut kakak! Kue ini mirip kita ya kak!”

Feli tersenyum memandangnya. Sebetulnya memang itu alasannya memilih kue ini.

“Tapi disini ada krim putihnya,” kaya Luise sambil memandangi krim putih di bawah strawberry. “Ini warna siapa ya kak?”

Gadis berkulit cokelat itu tersenyum. Ia mencolek krim putih dengan ujung jarinya, lalu mengoleskannya ke ujung hidung Luise. “Ini warnamu,” katanya lembut. “Warna gigi-gigimu ketika tersenyum dan tertawa bersamaku.”

Luise memandangi Feli sejenak, lalu memamerkan deretan gigi putihnya.

“Tuh kan, aku benar,” kata Feli  lembut.

“Hihihi..” Luise tertawa riang. Tanpa alasan yang jelas.

Feli ikut tertawa, karena menurutnya tawa Luise sangat lucu.

Dari jendela kafe, kau bisa melihat mereka berdua duduk berhadapan.

Tertawa bersama-sama.

----

Oreo (En/Karen) [BGM: She Wants to be Me - Busted]

Di atas bukit yang sepi, aku melihat dua orang gadis. Yang berambut cokelat panjang tampatnya baru saja datang, berdiri dengan tatapan yang tidak menyenangkan pada gadis yang satunya. Sementara yang berambut pirang pendek sudah dari tadi duduk disitu, membalas tatapan si rambut cokelat seolah tidak terjadi apa-apa.

Jangan pedulikan aku. Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya penguntit dengan inisial M. Kalian bisa panggil aku mawar.

Oke, ayo kembali ke cerita. Ada yang membuka pembicaraan.

“Ternyata di helai rambut paling ujung pun masih ada kutu,” gadis berambut cokelat itu membuka mulut.

“Kutu kok bilang kutu,” gadis yang satu lagi membalas santai.

“Jaga mulutmu, bawahan Lovelace!”

“Jaga sikapmu, Lady Rothstein.”

“Pergi dari sini! Aku mau menyendiri!”

“Aku disini dengan alasan yang sama.”

“Bawahan! Turuti saja perintahku!”

“Aku  mengabdi pada Lovelace, bukan Rothstein.”

“Kalau begitu aku akan menjadi Nyonya Lovelace!”

Hening.

Aku hanya bisa melongo sambil ngetweet “demapssss?”.

“J-Jadi...” gadis pirang itu memandang Rothstein dengan wajah setengah pucat. “Kau menyukai tuan Lo-“

“TIDAK!” bantahnya cepat. “Aku hanya ingin menjadi nyonya Lovelace supaya aku bisa mengusirmu dari bukit ini dan menikmati saat menyendiriku.”

Gadis pirang itu tersenyum. Ada sesuatu pada gadis ini yang membuatnya tidak bisa mempercayai kata-katanya kasarnya. “Kemarilah. Biarkan aku memberimu sesuatu, lalu aku akan pergi.”

“Kau akan membun-“

“Tentu saja tidak.”

Gadis Rothstein itu mendekatinya, lalu duduk di sebelahnya.

“Aku ingin kau menerima kue ini.” Gadis pirang itu memberi biskuit sandwich berwarna hitam dengan lapisan gula berwarna putih di tengahnya. “Namanya Oreo.”

“Kenapa aku harus menerima ini?” Uh oh, jangan-jangan makanan ini diracuni. Ia benar-benar akan dibunuh.

“Aku ingin kau menerima ini...” ia terdiam sebentar. “... karena kue ini sangat mirip Tuan Lovelace. Benar kan?”

Double hening.

“Biskuitnya tampak rumit dan keras dari luar,” jelas pelayan itu. “Tetapi dalamnya manis.”

“Aku tidak menyukai Lovelace, tahu?”

“Kau menyukainya.”

“TIDAK!”

“Kau akan menjadi Nyonya Lovelace yang baik.”

Untuk kesekian kalinya, ia menyesal pernah mengenal Lovelace. Untuk kesekian kalinya, ia menyesal telah menyatakan dirinya sebagai Nyonya Lovelace beberapa menit yang lalu.

Tetapi untuk pertama kalinya, jadwal menyendiri Rothstein tidak ia habiskan sendiri. Tetapi dengan seseorang. Dan ia merasa itu cukup menyenangkan.

via ljapp

Previous post
Up