Author : Jaesy +
deachanLength : 05B/07
Genre : Romance,Angst
Rate : PG-15 to NC-17
Disclaimer : The author of the fan-fiction does not, in any way, profit from the story and that all creative rights to the characters belong to TVXQ.
Pairing : Yun/Jae (YunHo and JaeJoong of TVXQ)
The fire is burning.....
Dulu Yunho tidak pernah mengerti mengapa Jaejoong dan Yoochun suka berjalan-jalan di tepian Sungai Han kala malam. Namun kini saat ia memandangi hamparan beledu hitam di hadapannya,mendengarkan suara riak air,Yunho merasakan sebuah ketenangan.Dan ia pun mengerti mengapa Jaejoong begitu mencintai tempat ini.
Sambil menyalakan satu batang rokok, Yunho terduduk diam di atas kap mobil Audi hitamnya dan membaca agenda Jaejoong.
-------
15 Februari 2007
Dan kita tidak pernah mengungkit kejadian itu.
Aku lebih memilih untuk mengihindar,melupakan semuanya.
AKU AKUI,PERASAAN INI MASIH JELAS TERTINGGAL DIHATIKU.
Tapi aku ....lebih memilih persahabatan kita.
Yunho-yah,mianhae...
-----
20 Februari 2007
Orang asing...
Kita seperti orang asing yang tidak mengenal satu sama lain.
Kau tidak berusaha memandangku lagi.
Kau tidak menyentuhku lagi
Kau tidak berbicara padaku lagi
Dan bibir itu tidak tersenyum lagi
Yunho-yah, apa yang terjadi pada kita?
------
22 Februari 2007
Hari sudah malam dan kau tidak pulang
-------
25 Februari2007
Sudah 2 malam kau tidak pulang. Semua orang khawatir kau pergi kemana.
Junsu sudah tidak punya alasan lagi untuk menutupi ketidakhadiranmu.
------
26 Februari 2007
Bau alkohol dan wanita terpancaran keras dari tubuhmu saat kau memasuki ruangan.
Bau yang biasa terpancar dari tubuh Yoochun, kini tercium kuat aromanya dari tubuhmu.
Kau bahkan tidak menghapus noda lipstick dari kemeja putihmu dan kau mabuk.
Mabuk.....
Yunho-yah, aku kecewa padamu.
------
1 Maret 2007
TIDAK PROFESIONAL?!
KAU BERANI BILANG TIDAK PROFESIONAL?!
BAGAIMANA DENGANMU? KAU SEOLAH MEMBUANG NAMA DONG BANG SHIN KI DENGAN JAUH-JAUH. KAU SEOLAH TIDAK PEDULI DENGAN DONG BANG SHIN KI YANG ADA DI DEPANMU.
KAMI INI BUKAN ROBOT,YUNHO-YAH
AKU INI BUKAN ROBOT?! KAMI INI MANUSIA YANG BISA MEMBUAT KESALAHAN. BEGITU JUGA KAMU!
-----
3 Maret 2007
Begitu banyak yang terjadi kemarin, dan aku harus menuliskannya. Yunho...Yunho...Yunho...ah, rasanya tak cukup aku menyebutkan namamu.
Pertengkaran itu ternyata telah meruntuhkan kesabaran dongsaeng kita. Tatapan tajam Yoochun dan Junsu masih membekas diingatanku.Malam itu, di kedai kopi ,sambil menenggak segelas caramel macchiato, yoochun mengeluarkan kata-kata tajam dan menceramahiku panjang lebar.
-----
---Flashback---
Satu batang rokok terselip di sela jemari Yoochun. Kata-kata pedas meluncur dari mulutnya.
“Sampai kapan kalian mau denial, until when?” kata Yoochun sambil menghisap rokok.”Apa perlu, kita kunci kalian berdua di satu kamar sampai kalian sadar?”
“Denial?siapa yang denial?” tanya Jaejoong dengan gugup.
“Aish!don’t gimme that crap!c’mon man,just admit it! Kamu suka kan sama Yunho hyung.” Yoochun menaikan intonasi suaranya.
“Mwo?Anieyo...aku suka Yunho?hahahahahahaha!!” tawa palsu terdengar dari mulut Jaejoong.
“Aish! Ngga usah pura-pura lah.. memangnya kemarin teriakan Junsu itu ngga sengaja?” potong Yoochun tajam.
“Maksudmu?” Jaejoong menaikan satu alisnya.
“Yunho hyung, kamu, di depan kulkas...hello??ring a bell?” tanya Yoochun tenang sambil meminum kopinya.
Menyadari maksud Yoochun spontan muka Jaejoong langsung memerah. Dengan menyeringai puas Yoochun berkata,”Huh!I thought so.”
Sejenak mereka berdua terdiam, lalu Yoochun berkata lagi, “Sekarang gini deh, satu-satunya jalan supaya kalian bisa kembali seperti dulu adalah kalian menyelesaikan apa yang kalian mulai. Just do him, Joongie, and get it over with!”.
Jeejoong terkejut dan berseru spontan,”Kamu gila?!Kamu..kamu...lihat kan?Aku ini laki-laki!Dia juga laki-laki!Kamu sadar apa yang kamu omongin?Dan lagian apa yang membuat kamu berpikir kalau dia tertarik sama aku?”
“Khhhhh....Joongie-ah....untuk seseorang yang umurnya lebih tua dari aku, ternyata kamu masih amatir!” jawab Yoochun tidak sabar sambil terus mengisap rokoknya.”Kamu sendiri laki-laki kan?masa kamu tidak bisa mengenali tindak tanduk Yunho hyung yang juga menginginkanmu?”
Asap rokok masih mengepul keluar dari mulut Yoochun dan ia meneruskan,”Aish, Joongie-ah, just..just...fix it..you two.”ujar Yoochun sambil menggerakkan tangannya ke arah Jaejoong.
Kesal karena kata-kata Yoochun yang dianggapnya tidak masuk akal,Jaejoong memilih untuk diam sambil memandangi orang yang berlalu lalang. Lalu, ponsel Yoochun pun berbunyi. Dengan cepat Yoochun mengeluarkan ponsel itu dari saku celananya dan ia membaca email yang masuk.
Yoochun tersenyum puas saat membaca email itu lalu ia berkata,”Joongie...at least go see him.”sambil melemparkan ponselnya yang menampilkan email dari Junsu kepada Jaejoong.
Jaejoong membaca alamat hotel dan nomor kamar yang dikirim oleh Junsu.Kata-kata Yooochun terdengar lagi,”Joongie,please see him. You both need it.”Yoochun lalu mematikan batang rokok yang sejak tadi diisapnya, lalu pergi ke luar kedai kopi itu.Ia meninggalkan Jaejoong yang tertegun sendirian.
---End of Flashback---
-----
---Flashback---
Sementara itu disaat yang bersamaan, tanpa disadari oleh Jaejoong, Jung Yunho sedang terduduk diam di kamar hotel yang mewah.Lampu kamar yang remang-remang dan botol-botol kosong alkohol yang berserakan menemani Yunho yang duduk terdiam di lantai pinggiran tempat tidur sambil menggenggam segelas vodka. Pikiran Yunho kalut dan bingung karena ia memikirkan perkataan Junsu.
-----
Tiga jam sebelumnya...
Junsu berdiri sambil berkacak pinggang di depan Yunho. Matanya menatap Yunho dengan tajam. Untuk pertama kalinya Yunho melihat sosok Kim Junsu yang serius berdiri di depannya. Ruang ganti yang sepi di studio Avex telah dikunci Junsu sejak tadi, meninggalkan Yunho dan Junsu berdua saja sementara Yoochun, Changmin dan Jaejoong telah pulang beberapa menit sebelumnya.
“Ok, Hyung, bicaralah!” ujar Junsu masih sambil berkacak pinggang.
Yunho menatap Junsu dengan tatapan acuh, “Bicara apa? Memangnya ada yang perlu dibicarakan?” sahutnya pura-pura tak mengerti maksud Junsu.
“Aish, Hyung!” desis Junsu jengkel,”Jangan pura-pura bodoh lah! Hyung pasti tahu kan apa yang aku maksud?!? Soal Hyung dan Jaejoong Hyung!”
Sambil mendengus, Yunho menyandarkan tubuhnya ke kursi,”Memangnya ada apa dengan aku dan Jaejoong? Aku rasa nggak ada yang perlu dibicarakan...”
“Heh!” potong Junsu jengkel,”Nggak ada yang perlu dibicarakan, huh? Lalu ada apa dengan Hyung kemarin? Marah-marah seperti itu hanya karena Jaejoong Hyung salah satu langkah saja! Lalu hari ini, marah-marah hanya karena Jaejoong Hyung minta time out karena dia dan Yoochun kehabisan nafas?!? Jangan bilang nggak ada apa-apa,Hyung!!”
“Jadi mau kamu aku harus biarkan saja mereka membuat kesalahan seperti itu?!?” sergah Yunho, “Lagipula itu semua kesalahan Jaejoong karena tidak berkonsentrasi...”
Mendengar ucapan Yunho yang bernada menuduh, Junsu pun naik pitam, “TIDAK KONSENTRASI?!?! DAN MENURUT HYUNG ITU GARA-GARA SIAPA?!?!” serunya penuh amarah, suaranya semakin meninggi.
“OH, JADI KAMU MENYALAHKAN AKU?!?!” balas Yunho,” JAGA MULUTMU, KIM JUNSU, INGAT KAU BICARA DENGAN SIAPA!”
“DENGAN SIAPA, HYUNG? SIAPA? LEADER TOHOSHINKI?!?! YANG SELAMA DUA MALAM TERAKHIR INI MENGHILANG DAN TIBA-TIBA PULANG DALAM KEADAAN MABUK DAN BERBAU WANITA?!?!” ujar Junsu penuh emosi, “ATAU YANG MENGATA-NGATAI JAEJOONG-HYUNG TANPA ALASAN APA-APA?!? LEADER TOHOSHINKI YANG MANA?!? AKU SAMA SEKALI TIDAK MELIHAT JUNG YUNHO LEADER TOHOSHINKI DISINI!!”
Yunho menatap tajam ke arah Junsu, tinjunya terkepal hingga buku-buku jarinya memutih menahan emosi, “Kim Junsu...” geramnya memperingatkan.
“WAE?!? AISH...KAU INI PENGECUT, HYUNG!” sergah Junsu tanpa tedeng aling-aling, “KAU INI CUMA SEORANG LAKI-LAKI PENGECUT YANG TIDAK BERANI MENGAKUI PERASAANNYA SENDIRI! “
Mendengar kata-kata Junsu, Yunho spontan mencengkeram kerah Junsu dan mendorong tubuh Junsu dengan keras ke tembok. Tinjunya mengepal ke arah wajah Junsu yang hanya memandanginya dengan sinis.
“Pukul, Hyung, PUKUL SAJA!” tantang Junsu.
Bak dua tentara yang siap berperang, Yunho dan Junsu saling bertatapan dengan muka penuh amarah. Merasa kesal pada dirinya sendiri, Yunho melepaskan cengkeramannya, berbalik dan menendang sebuah kursi keras-keras dan menjatuhkan tas kulit hitam yang ada diatasnya sehingga isinya berhamburan.
“Kau sama sekali tidak mengerti...” desis Yunho, “KAU SAMA SEKALI TIDAK MENGERTI PERASAANKU!! SEMUA ITU TIDAK SEHARUSNYA TERJADI!! SEMUA...”
Junsu terdiam mendengar teriakan Yunho. Seolah hendak melepaskan beban berat yang menghimpitnya, Yunho terduduk di sofa sambil menangkupkan kedua tangan di wajahnya yang kini nampak lelah.
“Kalian sama sekali tidak mengerti...bagaimana perasaanku saat melihat dia tersenyum...saat merasakan tangannya membalas pelukanku....saat melihat matanya menatapku...saat dia memanggil namaku...kalian sama sekali tidak mengerti!!” ujar Yunho perih, “Ini salah...ini tidak seharusnya....aku laki-laki! Dia juga laki-laki!! Tidak seharusnya aku merasa seperti ini! Tapi...dia...aish...”
Sejenak dua orang itu terdiam. Junsu sama sekali tidak bisa berkata apa-apa, ia hanya bisa memandangi Yunho yang tertunduk. Perlahan ia berjalan mendekati Yunho.
“Hyung, paling tidak beritahu aku dimana kau tinggal sekarang” ujar Junsu, “Kami semua khawatir, Hyung!”
Yunho hanya diam sambil memandang Junsu. Tanpa kata ia menundukkan kepalanya lagi. Junsu menghela nafas karena kesal, terkadang ia lupa kalau Yunho bisa sangat keras kepala. Kilatan logam mengalihkan pandangan mata Junsu, ia bisa melihat isi tas Yunho yang berserakan di lantai. Selembar kartu menarik perhatiannya. Junsu mengambil kartu itu dengan spontan. Tulisan nama sebuah nama hotel mewah di Tokyo beserta nomor kamar tertera di atasnya.
Sambil menyerahkan kartu itu ke Yunho, ia berkata, “Hyung, selesaikanlah masalahmu, apapun itu! Apapun keputusanmu, aku akan tetap mendukung” ujar Junsu, “Cobalah jujur pada dirimu sendiri, Hyung”.
Junsu menepuk pundak Yunho yang tertunduk lemah sambil memegang kartu kunci kamar hotelnya. Junsu pun melangkahkan kaki ke arah pintu sambil melemparkan pandangannya ke arah Yunho. Berjalan menyusuri koridor studio, Junsu mengeluarkan ponselnya dan mulai mengetikkan sebuah pesan untuk Yoochun.
-----
Jaejoong memandangi pintu sebuah kamar suite di hotel Ritz dengan ragu. Hatinya gundah, rasa takut menyergapnya tiba-tiba. Bagaimana jika Yunho tidak mau menerima kehadirannya? Bagaimana jika Yunho benar-benar membencinya? Bagaimana jika semua ini hanya halusinasinya saja? Bahwa tidak ada yang nyata antara dia dan Yunho? Semua ketakutan ini membuatnya tak mampu bergerak. Matanya menatap kartu kunci kamar hotel yang diberikan resepsionis dan dengan tangan bergetar, ia memasukkan kartu itu ke slot-nya. Memberanikan, diri, Jaejoong pun melangkah masuk ke kamar itu.
Jaejoong disambut dengan pemandangan lampu kamar yang remang-remang, botol-botol kosong alkohol yang berserakan dan Yunho yang duduk terdiam di lantai pinggiran tempat tidur sambil menggenggam segelas vodka.Bau alkohol terasa menusuk hidung, perlahan Jaejoong menutup pintu kamar.
“Yunho-yah...”kalimat itu meluncur dari mulut Jaejoong dengan lembut.
Seolah tak mendengar panggilan Jaejoong, Yunho tetap terdiam. Dengan mengumpulkan segenap keberaniannya, Jaejoong berjalan mendekati Yunho. Tangannya yang dingin menyentuh pundak Yunho yang tertutup kemeja warna putih.
“Yun...”
“Jangan sentuh aku!” potong Yunho dengan tajam.
Tersentak, Jaejoong pun menarik tangannya. Ia bisa melihat sekujur tubuh Yunho yang menegang penuh amarah. Sejenak keduanya terdiam.
“Aish! Maumu apa sih?!?” ujar Jaejoong memecahkan keheningan itu.
Yunho hanya diam sambil memandangi Jaejoong.Sepasang mata cokelatnya menggelap, rahangnya mengeras seolah menahan kata-kata dan emosi yang ingin diluapkannya. Terkejut melihat tatapan Yunho, Jaejoong pun mundur. Seketika ia menyadari perasaan Yunho terhadap dirinya dan ia pun diliputi rasa takut. Rasa takut akan sebuah perasaan yang begitu dalam, seperti terowongan gelap yang tidak berujung, seperti laut yang tidak berdasar, seperti nyala api neraka yang membakar.
Jaejoong takut, sekali ia melangkahkan kaki ke dalamnya, ia akan terhanyut ke dalamnya. Tanpa disadari Jaejoong matanya balas menatap Yunho dengan tatapan yang sama. Keduanya saling bertatapan, ribuan kata yang tak terucap, perasaan yang selama ini terpendam seolah meluap ke permukaan, membakar habis keduanya.
Diselubungi rasa panik, Jaejoong pun berbalik, “Ini semua percuma! Aku pulang saja!” ujarnya sambil berjalan cepat menuju ke arah pintu.
Belum jauh Jaejoong melangkah, Yunho meraih tangan Jaejoong dan mencengkeramnya dengan kuat. Yunho menarik Jaejoong, dengan kasar, sebelah tangannya menarik leher Jaejoong mendekat ke wajahnya, dan Yunho pun mencium Jaejoong dengan paksa.
Mata Jaejoong terbelalak, ia bisa mendengar nafas Yunho yang memburu, tekanan bibir Yunho yang panas di atas bibirnya, menggigit dan menghisap bibir bawahnya dengan keras. Refleks, Jaejoong mendorong Yunho sekuat tenaga dan melayangkan tinjunya ke arah leader Tohoshinki tersebut.
Terengah-engah, Yunho mengusap bibirnya yang berdarah sambil menatap Jaejoong. Wajah Jaejoong yang merah padam, nafasnya yang memburu, bibirnya yang merah membengkak dan sorot matanya yang memancarkan berbagai macam emosi; marah, sedih, takut dan terutama, mendamba.
Yunho mencengkeram kerah baju Jaejoong, dengan kasar ia membanting Jaejoong ke tembok dan ia pun kembali mencium bibir Jaejoong. Yunho menggerakkan bibirnya, menekan, mendorong, menggoda Jaejoong untuk membalas ciumannya. Tak mampu lagi menahan perasaannya, Jaejoong balas mendorong Yunho hingga ke tembok di seberang ruangan dan membalas ciumannya. Bibirnya balas mendorong, menggigit, menghisap bibir Yunho, lidahnya menyelip masuk, menjelajah, mencoba merasakan lebih dari Yunho.
Merasakan lidah Jaejoong dalam mulutnya, semua pertahanan Yunho runtuh, dengan kasar ia mendorong Jaejoong ke atas meja rias. Tubuhnya memerangkap tubuh Jaejoong di atas meja, sebelah tangan Yunho menggenggam erat kedua tangan Jaejoong di atas kepalanya sambil terus menciumi Jaejoong dengan penuh nafsu. Jaejoong mencoba memberontak, namun tekanan tangan Yunho yang jauh lebih kuat darinya membuat Jaejoong tak dapat bergerak. Frustasi karena tak dapat menyentuh Yunho, Jaejoong pun menggigit bibir bawah Yunho dengan keras membuat Yunho mengumpat pelan.
Melepaskan bibir Jaejoong, Yunho pun menciumi daerah belakang telinga hingga ke sekujur leher Jaejoong, bibirnya menarik, menggigit, menghisap kulit halus yang selama ini didambakannya itu. Seolah belum puas, bibir Yunho kembali mencari bibir Jaejoong, Yunho mencium Jaejoong dengan segenap perasaan yang selama ini dipendamnya, mencoba menyampaikan setiap keping emosi dan rasa hausnya akan Jaejoong. Akhirnya menyerah dalam ciuman Yunho, Jaejoong berhenti memberontak. Tangan Yunho perlahan melepaskan tangan Jaejoong dan mulai membelai paha Jaejoong yang dibalut celana jeans. Tangan Jaejoong kini mencengkeram rambut Yunho, bibirnya balas mencium Yunho dalam-dalam.
Merasa pakaian Jaejoong mengganggu, Yunho dengan kasar menarik kaos yang dipakai Jaejoong hingga lepas dari tubuhnya, menampakkan tubuh putih Jaejoong yang bagai porselen. Mata dan tangan Yunho menjelajahi sekujur tubuh Jaejoong dengan penuh damba, bibirnya memuja seluruh keberadaan Jaejoong dengan penuh sayang. Tak sabar ingin merasakan Yunho, Jaejoong merobek kemeja Yunho dengan kasar, menerbangkan kancing-kancing kemeja putih Yunho ke lantai. Dengan kasar, Yunho melepaskan kemejanya dan kembali meraih wajah Jaejoong. Bibir mereka kembali bertemu dalam ciuman panjang yang memabukkan.
Rasa panas kian memuncak dalam diri Jaejoong, celana jeansnya terasa sesak dan mengganggu. Mengerang karena frustasi, Jaejoong semakin mendekatkan tubuhnya ke tubuh Yunho, tangannya membelai dada bidang Yunho yang telanjang. Jari jemarinya berdansa diantara otot-otot kekar perut Yunho yang bagaikan patung David, mahakarya Michaelangelo.
Merasakan sentuhan Jaejoong di dada telanjangnya, Yunho pun mengerang di bibir Jaejoong. Dengan penuh nafsu Yunho merobek retsleting celana jeans Jaejoong, dan dengan kasar ia menarik lepas celana Jaejoong sehingga tak menyisakan sehelai benangpun di tubuh Jaejoong. Sejenak Yunho terdiam memandangi tubuh Jaejoong yang polos di hadapannya. Dari ujung kakinya yang langsing hingga matanya yang menatap Yunho dengan sayu serta penuh nafsu. Dan Jaejoong pun menjilat bibir bawahnya.
Mengerang kalah, Yunho kembali menciumi bibir Jaejoong, merasakan tiap sudut dari sebuah nektar bernama Kim Jaejoong. Bibir Yunho perlahan menuruni leher Jaejoong yang putih bak boneka porselen. Mulutnya menjelajahi inci demi inci tubuh orang yang selama ini didambakannya itu. Tangannya membelai setiap lekuk dan sudut, menggoda Jaejoong hingga titik batas kesabarannya.
Tak sabar merasakan lebih dari tubuh Yunho, Jaejoong menarik Yunho kembali keatas. Bibirnya menciumi Yunho sementara tangannya sibuk melepaskan celana jeans yang melekat erat di tubuh pria berkulit kecoklatan itu, menampilkan otot-otot yang kekar di sekujur tubuh Yunho.
Tangan Jaejoong bergerak membelai, merasakan dan memuja tubuh Yunho. Dan ketika Yunho akhirnya menciumnya dengan kuat dan memilikinya, Jaejoong tak lagi peduli dengan semua ketakutan yang dirasakannya. Yunho dan Jaejoong bukan lagi dua jiwa yang terpisah, Yunho dan Jaejoong kini adalah satu jiwa yang sama. Bulan dan bintang akhirnya bersinar di langit yang sama. Cahaya kelip bintang yang kecil akan selalu menemani sang bulan di malam hari.
----
Berjam-jam kemudian, saat keringat sudah mulai mengering, saat tubuh sudah kembali mendingin, Yunho dan Jaejoong berbaring berdampingan di tempat tidur. Keduanya saling berpegangan tangan dan berpandangan. Tak seorangpun diantara mereka yang berbicara, seolah takut kata-kata akan merusak kedamaian yang baru saja mereka capai.
“Yunho-yah....” panggil Jaejoong lembut, mengusik kesunyian.
“Hmm?” sahut Yunho masih memandang Jaejoong.
“Yang tadi itu...”
“Sstt..” potong Yunho seraya menekankan jari telunjuknya di bibir Jaejoong, sebelah tangannya meraih tangan Jaejoong dan membawa ke dadanya. Sambil tersenyum lembut ia berkata, “Nan Nikkeoya, Neon Naekkoya.”
Seulas senyum lebar tersungging di bibir Jaejoong ketika mendengar ucapan Yunho. Ia pun merapatkan tubuhnya ke tubuh Yunho, wajahnya yang berseri tersembunyi di lekuk leher Yunho.
“Gurae...” bisiknya lembut,” Nan Nikkeoya, Neon Naekkoya...”
---End of Flashback---
Yunho berbaring diam sambil memandangi langit malam. Asap rokok masih mengepul dari bibirnya. Sebelah tangannya masih mengenggam erat agenda Jaejoong sambil memandang bintang yang berkelap-kelip. Yunho pun berbisik kepada langit malam, ” Nan Nikkeoya, Neon Naekkoya...”