Author : Jaesy +
deachanLength : 07B/07
Genre : Romance,Angst
Rate : PG-15 to NC-17
Disclaimer : The author of the fan-fiction does not, in any way, profit from the story and that all creative rights to the characters belong to TVXQ.
Pairing : Yun/Jae (YunHo and JaeJoong of TVXQ)
I'm home...
Yunho duduk terdiam sambil memegang agenda Jaejoong di sebelah Changmin yang sedang mengemudi. Matanya terus menerawangi agenda usang itu, ia sama sekali tidak memperdulikan Changmin yang kini tengah berbicara di telepon.
“Jjinja?? Ahhh...untunglahhh...” seru Changmin lega setelah mendengar bahwa Jaejoong telah kembali stabil.
“Is Yunho with you?Is he okay?” suara Yoochun kembali terdengar.
“Yeah, he’s with me, dia baik-baik saja dan kami akan pulang ke rumah sekarang”, sahut Changmin, “Ya, aku akan memberitahu Hyung kalau ada apa-apa, OK, Hyung, bye”
Changmin pun menutup ponselnya dan kembali mengemudikan mobilnya menuju apartemen mereka.
---
“Hyung, sebaiknya kau mandi sebelum kau sakit” ujar Changmin ketika mereka sudah berada di dalam apartemen.
Yunho hanya berdiri mematung di tengah ruang tamu. Sambil memutar bola matanya, Changmin pun melangkah ke kamar mandi, menyalakan shower dan kembali ke ruang tamu. Ia mendorong Yunho yang terdiam hingga masuk ke dalam kamar mandi.
“Ayolah, Hyung, kau tak mau Jaejoong-Hyung mengkhawatirkanmu kan?” tanya Changmin kepada sosok Yunho yang masih mematung.
Mendengar nama Jaejoong, Yunho pun tersadar serta melangkahkan kakinya dan menutup pintu kamar mandi. Changmin tersenyum kecil, dan ia pun mulai membuka kancing kemejanya satu demi satu,”khhh..merepotkan sekali,”gumam Changmin sambil melangkahkan kaki ke dalam kamarnya.
Setengah jam kemudian, Yunho terduduk diam di sofa sambil memandangi televisi yang menyala. Rambutnya yang basah masih meneteskan air dan sehelai handuk kecil tergenggam erat ditangannya. Pikiran Yunho masih terus menggembara, acara televisi yang ada dihadapannya itu seolah bagaikan angin lalu. Secangkir cokelat panas,tiba-tiba terulur di depan matanya. Yunho pun menoleh dan mendapati Changmin yang berdiri di dekatnya sambil memegang dua gelas cokelat panas di tangannya.
“Hyung, minumlah. Ini akan membuatmu merasa lebih baik.” ujar Changmin sambil duduk di sebelah Yunho. Yunho pun meraih secangkir cokelat panas itu, dan perlahan ia meneguknya. Changmin pun tersenyum kecil, “Merasa lebih baik,kan?”
Yunho mengangguk pelan dan sejenak mereka berdua terdiam sambil memandangi televisi yang menampilkan video klip terbaru Dong Bang Shin Ki.
”Hmmm...Jaejoong-hyung terlihat bahagia ya?” ujar Changmin sambil tertawa kecil.
“Ya..dia cantik.”sahut Yunho pelan sambil terus memandangi layar televisi.
Mereka berdua pun kembali terdiam.
“Hyung, apa sih sebenarnya yang kau pikirkan?” tanya Changmin karena tidak tahan akan kesunyian itu.”Mengapa kau melakukan hal sebodoh itu?”
Yunho masih terdiam, ia menunduk menatap secangkir coklat panas yang di genggamnya.
“Apa kau tidak kasihan dengan Jaejoong-hyung?” tanya Changmin masih dengan nada yang sama.”Apa kau pikir Jaejoong-hyung akan senang melihatmu yang seperti ini,Hyung?”
“Changmin-ah, kau tidak mengerti..semua ini kulakukan untuknya,”ujar Yunho lirih,”Aku tidak layak untuknya, bahkan aku pernah menampik uluran tangannya,tidak mengakuinya serta memandangnya dengan hina.”
“Tapi Hyung..”potong Changmin.
“Minnie-ah, aku tidak layak untuknya.”ulang Yunho,”Mungkin lebih baik baginya kalau aku tidak ada. Aku bahkan telah memukulnya dengan tangan ini,Minnie-ah..” sahut Yunho pelan.
“Hyung,katakanlah, mungkin lebih bagi Jaejoong-hyung kalau Hyung tidak ada.”ujar Changmin dengan tenang menyembunyikan kekesalannya yang semakin memuncak.”Tapi apakah Hyung tidak memikirkan tentang kami?tentang aku?Junsu-hyung dan Yoochun-hyung?” Changmin terdiam sejenak dan ia melanjutkan lagi,”Apakah dimata Hyung hanya ada Jaejoong-hyung?”
“Changmin-ah!Bukan begitu!”seolah tersadar Yunho pun memandang Changmin.
Tak mengindahkan perkataan Yunho,Changmin pun melanjutkan,” Apakah Hyung tidak memikirkan perasaan kami? Kami juga sakit Hyung, melihat Hyung berdua seperti ini dan kami tidak bisa berbuat apa-apa.” Ujar Changmin dengan suara lirih.
Dan mereka berdua pun kembali terdiam.
“Kami yang sejak awal memperhatikan kalian berdua, sejak saat Jaejoong-hyung menyadari perasaannya padamu hingga saat Hyung pun membalas perasaan Jaejoong-hyung.”ujar Changmin sambil menatap sosok Yunho yang terduduk diam di sampingnya.
“Hyung,tidak tahu kah kamu? Pada saat Hyung tadi ingin mengakhiri hidupmu sendiri, Jaejoong-hyung sedang berjuang untuk menyelamatkan nyawanya agar ia bisa pulang kepadamu” lanjut Changmin pelan.
“Apa?!Jaejoong?! Dia?!....”tanya Yunho kaget.
“Iya,Hyung.” Changmin mengangguk pelan,”Tapi ia sudah kembali stabil sekarang.” Lanjutnya lagi menenangkan Yunho yang nampak panik.
Yunho terdiam, tangannya yang sedari tadi memegangi cangkir berisi coklat panasnya nampak gemetar,” Aku..di saat aku...dia...” ujar Yunho lirih, “Oh Tuhan, apa yang telah kulakukan? Aku tidak berada disana saat dia...”
“Sudahlah, Hyung...” potong Changmin, “Yang penting sekarang Jaejoong-Hyung sudah baik-baik saja”
“Bukan itu masalahnya!” sergah Yunho, “Seharusnya aku ada disana! Seharusnya aku ada di sisinya! Tapi aku justru...”
“Justru apa, Hyung? Meninggalkannya??” sahut Changmin terus terang, “Kalau memang kau merasa seperti itu, kenapa kau malah meninggalkan dia, Hyung? Aku jadi bingung, sebenarnya mau Hyung apa sih? Pergi? Atau tetap di sisi Jaejoong-Hyung?”
Mendengar perkataan Changmin yang pedas, Yunho pun terdiam. Melihat reaksi Yunho, Changmin menghela nafas panjang.
“Hyung, aku mungkin memang naif dan tidak berpengalaman untuk urusan seperti ini” lanjut Changmin masih dengan nada yang sama, “Tapi aku ingin bertanya, Hyung, apa Hyung mencintai Jaejoong-hyung sebesar cinta Jaejoong-hyung padamu?”
Mendengar pertanyaan Changmin yang bernada sinis, Yunho langsung menatap tajam ke arah Changmin, “Pertanyaan macam apa itu?!? Tentu saja aku mencintainya!!” balas Yunho pedas.
“Lalu, kalau Hyung memang mencintai Jaejoong-hyung, kenapa Hyung meninggalkan dia?” tanya Changmin
“Karena aku bersalah padanya, Changmin!” seru Yunho marah, “Tidakkah kau mengerti!?! Aku yang sudah membuat dia jadi seperti ini!! Gara-gara aku dia diusir dari keluarganya, gara-gara aku dia dipandang hina oleh semua orang dan gara-gara aku juga dia mengalami kecelakaan!! Semua ini salahku, Changmin, SALAHKU!!”
Mendengar jawaban Yunho, Changmin tiba-tiba tersenyum geli, membuat Yunho semakin kesal.
“Kenapa kau tersenyum seperti itu?? Kau pikir ini lucu??” tanya Yunho pedas
“Iya! Ini lucu sekali! Kalian berdua benar-benar bodoh!!Yunho-hyung, Jaejoong-hyung juga...semuanya...khhh...busun!” sahut Changmin dengan nada geli yang getir.
“Kalian ini memang betul-betul berjodoh, Hyung!” lanjut Changmin, “Sama-sama keras kepala, sama-sama tidak mau mengakui perasaan sendiri, sama-sama tidak jujur pada diri sendiri tapi lucunya kalian berdua ini sama-sama meletakkan satu sama lain lebih tinggi dibandingkan dirinya sendiri! Dasar bodoh!”
“Yah!!Shim Chang Min!!”
“Tunggu, aku belum selesai, Hyung!” lanjut Changmin dengan santai, “Biarkan aku menceritakan suatu hal yang lucu, bodoh, sekaligus menyedihkan pada saat yang bersamaan”.
“Ada sepasang kekasih, yang bisa dibilang mungkin semua orang di dunia ini ingin sekali punya hubungan seperti mereka berdua. Tapi anehnya mereka berdua ini sama sekali tidak menyadari kalau yang mereka punya ini benar-benar sesuatu yang tidak ada duanya. Yang satu, selalu berdiri melindungi yang lainnya, dan yang satu lagi rela melakukan apa saja demi yang lainnya.”
“Tapi bodohnya, dua orang ini sama-sama saling merasa tidak layak untuk satu sama lain. Yang satu merasa dirinya lah yang membuat yang lain terperosok dalam dosa, yang satu lagi merasa gara-gara dirinya, yang lain jadi membuang segalanya dan menderita! Hahahaha...lucu kan?? Dua orang yang sama-sama mencintai sampai setengah mati justru meragukan apa yang mereka punya cuma gara-gara tidak percaya diri???Khhhhh...kalian ini memang aneh!”
Merasa tidak terima akan tuduhan Changmin, Yunho pun membela diri,“Tapi...kita berdua sama-sama laki-laki! Apa kata orang nanti...”
“Yaaa...Jaejoong-hyung juga laki-laki, tapi dia rela membuang harga dirinya sebagai laki-laki, menjadi cantik dan anggun untukmu, Hyung! Tidakkah itu berarti sesuatu?? Lagipula, fakta itu kan sudah kalian ketahui sejak awal, lalu kenapa sekarang jadi masalah??” balas Changmin pedas.
“Aku mencintainya...sangat mencintainya tapi aku tidak ingin dia menderita...” sahut Yunho lirih.
“Dan apakah Hyung tahu apa yang akan membuat Jaejoong-hyung menderita?” tanya Changmin, “Itu kalau Hyung meninggalkannya! Apa Hyung tidak sadar itu??Apa hanya segitu saja perasaan Hyung pada Jae-Hyung?? Apa memang Hyung malu akan Jae-hyung??”
“Malu?!? Aku tidak pernah merasa malu! Tidak sekalipun terlintas di pikiranku untuk menyembunyikan dia!” sergah Yunho, “Kalau aku bisa, Changmin-ah, aku akan berteriak kepada dunia kalau dia itu milikku! Kalau aku itu mencintai dia!”
Changmin hanya menyeringai, sambil menatap Yunho ia berkata, “Yaaa...jangan katakan itu padaku, Hyung! Katakan itu pada Jaejoong-hyung! Atau lebih tepatnya...buktikan”.
Dan Yunho pun tidak bisa berkata apa-apa lagi.
----
Yunho membuka jendela kamarnya, tangannya menjulur ke luar jendela untuk menyambut butiran salju lembut yang melayang jatuh dari langit. Matanya menatap hamparan salju yang menyelimuti jalan bagaikan selimut putih dan ia merapatkan jaketnya untuk menahan hawa dingin.
Yunho tersenyum kecil dan berbalik untuk mengambil kotak beludru di dalam laci,kotak beludru yang berisikan sepasang cincin emas putih yang berukir inisial namanya dan nama Jaejoong. Ia merapikan letak dasi dan menyisir rambutnya serta seulas senyum tersungging dari bibirnya saat ia menatap bayangan wajahnya di cermin.
Hari itu, tanggal 26 Januari, Kim Jaejoong berulang tahun
-----
Yunho menyusuri lorong rumah sakit sambil membawa seikat bunga carnation putih, bunga kesayangan Jaejoong. Langkahnya tertahan sejenak sebelum ia memasuki kamar rawat Jaejoong, lalu ia membuka pintu perlahan.
Jaejoong masih tertidur, terbaring di atas ranjang. Rambut hitamnya kini sudah terlihat sedikit panjang, sepasang bulu mata panjang dan lentik membingkai wajahnya yang halus dan putih bagaikan porselen.
Yunho meletakkan rangkaian bunga carnation itu ke dalam vas bunga dan ia menghampiri Jaejoong yang tertidur. Tangannya membelai wajah Jaejoong dengan lembut dan ia pun berbisik,”Kamu cantik hari ini, Boojae”.
Yunho pun mengecup bibir Jaejoong yang sedang tertidur dengan lembut, “Saengil Chukahae..” ujarnya diatas bibir Jaejoong yang masih terkatup rapat.
Mengambil kursi di samping tempat tidur Jaejoong, Yunho meraih tangan kurus Jaejoong dan menggenggamnya lembut, “Joongie-ah, aku tahu kamu masih tidur tapi aku yakin kamu bisa mendengarku, iya kan?”
Yunho menempelkan tangan Jaejoong ke pipinya, matanya menatap Jaejoong dengan sayang, “Kenapa, Boo? Aku tampan hari ini? Oh, jelas dong! Ini kan ulang tahunmu!” ujar Yunho dengan nada sayang, “Oh ya, kamu perhatikan nggak? Aku pakai dasi pemberianmu lho! Bagaimana? Cocok kan?” tangan Yunho memamerkan dasi warna hitam berhiaskan benang emas yang membentuk tulisan “YH” di sudut bawah.
“Ahh...seandainya saja kamu bangun, saat ini kamu pasti sudah dihujani pelukan dan hadiah dari Yoochun, Junsu dan Changmin, lalu kamu akan meniup lilin di atas kue ulang tahunmu sambil tersenyum dan tertawa bahagia...Joongie-ah, aku benar-benar bisa membayangkan wajahmu tertawa bahagia” ucap Yunho masih dengan suara yang lembut, matanya tidak pernah lepas memandangi sosok Jaejoong sementara jari jemarinya membelai tangan Jaejoong dengan penuh sayang.
“Joongie-ah, andai kau bangun, aku pasti sudah membawamu ke restoran steak favoritmu, pasti kamu suka.” Yunho tersenyum kecil dan ia pun melanjutkan, “Lalu setelah itu, aku akan menunjukkan kejutanku padamu. Aku akan membawamu ke sebuah tempat dimana kau bisa melihat bintang-bintang dan pemandangan malam kota Seoul”
Yunho terdiam sejenak, seolah menunggu jawaban Jaejoong, “Apa? Kau bilang aku gombal? Tapi kau suka kan?” ucap Yunho dengan nakal, “Sesampainya disana aku akan mencari alasan untuk memelukmu, kita berpelukan di bawah cahaya bintang mengikuti hembusan angin malam dan aku akan menyanyikan lagu ‘Happy Birthday’ sambil berbisik di telingamu.”
Kembali terdiam, Yunho membelai pipi Jaejoong yang dingin dengan lembut, “Ahh, Jae, aku akan memberikan apa saja agar dapat melihat rona merah di pipimu, pandangan matamu yang lembut saat menatapku, suaramu yang memanggil namaku dengan sayang dan kalau aku boleh berharap, airmata bahagiamu untukku saat aku memberikan kado ini.”
Yunho pun mengeluarkan kotak beludru berwarna biru dari saku jasnya. Perlahan ia membuka kotak itu dan meletakkannya di meja kecil, di samping tempat tidur Jaejoong.
“Aish...” ujar Yunho sambil menggaruk kepalanya, “Kalau kamu bangun, hal ini akan lebih mudah dilakukan tapi karena kamu masih tertidur jadi...ya sudahlah...” Yunho tampak gugup dan salah tingkah, “ehm...” Yunho berdehem sebelum memulai perkataannya.
“Kim Jaejoong-ssi, sejak pertama kali bertemu hingga saat ini kamu adalah satu-satunya partnerku, sahabatku dan juga kekasih hatiku. Sedih, senang, marah, suka dan duka, semua sudah kita lalui bersama dan aku berharap kita akan bisa terus melaluinya. Kau adalah hatiku, jiwaku dan yang terpenting, rumahku. Kemanapun Jung Yunho pergi, ia akan selalu pulang.” Yunho menghela nafas, tangannya menggenggam erat tangan Jaejoong, “Jaejoong-ah, aku tahu aku tidak bisa memberikan banyak untukmu. Aku tahu aku masih jauh dari sempurna untukmu, aku tahu aku sering mengecewakanmu, menyakitimu dan membuatmu terluka. Tapi ijinkan aku untuk terus berusaha memberikan yang terbaik untukmu dan mengisi kekosongan dalam hatimu, ijinkan aku untuk mengobati luka-lukamu, percaya padamu, berdiri di depanmu dan mencintaimu.”
“Jaejoong-ah, mungkin aku tidak sepandai kamu dalam merangkai kata, tapi ketahuilah bahwa aku sungguh-sungguh mencintaimu hingga aku tidak bisa bernafas, mencintaimu dari lubuk hatiku yang terdalam, mencintaimu dengan seluruh hidupku. Tak pernah sedetikpun aku merasa malu bersamamu. Mencintaimu adalah suatu kebanggaan terbesar dalam hidupku dan dicintai olehmu adalah sebuah anugerah terbesar dalam hidupku.”
Suara Yunho bergetar sarat akan emosi, bibirnya dengan lembut mengecup buku-buku jari Jaejoong.
“Aku akan menunggumu, Boojae, aku akan selalu disini untukmu, menemanimu dan kupastikan bahwa wajahku lah yang pertama kau lihat saat kau membuka mata nanti. Aku tidak akan meninggalkanmu, tidak sekarang dan juga nanti. Tangan ini akan terus menggenggam tanganmu sampai kita menjadi tua, sampai bumi berhenti berputar dan sampai waktu memisahkan kita”. Yunho meraih cincin berinisialkan namanya dan menyelipkan di jari manis Jaejoong dengan lembut.
“Inilah janjiku sampai waktu memisahkan kita. Saranghanda, Kim Jaejoong”.
----
Jam rumah sakit berdentang dua belas kali, menunjukkan pukul dua belas malam. Tak terasa hari pun berganti. Angin musim dingin masih terus berhembus dengan lembut seolah menina- bobokkan Jung Yunho yang tertidur di sebelah Kim Jaejoong sambil terus memegangi tangan orang yang dicintainya itu. Kilau cincin emas putih terpantul dari jari manis sepasang kekasih yang sedang tertidur dengan lelap.
----
Sinar matahari pagi musim dingin yang lembut menerobos di sela-sela tirai kamar rawat Jaejoong. Sayup-sayup langkah kaki diiringi suara orang-orang yang beraktivitas menandakan hari yang baru telah bermulai.
Kim Jaejoong perlahan membuka kedua kelopak matanya seolah tersadar dari tidurnya yang panjang. Ia mengerjapkap matanya karena pandangan matanya kabur,dahinya mengeryit ketika ia menatap langit-langit ruangan yang tidak dikenalinya.Sesaat ia tidak tahu dimana ia berada. Ia berusaha menggerakkan tanggannya hanya untuk menyadari bahwa ada sesuatu yang menahannya untuk bergerak,dan ia pun menoleh.
Jaejoong mendapati sesosok laki-laki berambut cokelat yang sangat ia kenali sedang tertidur disampingnya sambil menggenggam erat tangannya. Sambil tersenyum kecil, Jaejoong memandangi sosok orang dicintainya sedang tertidur dengan nyenyak. Betapa ia sangat ingin memanggil nama Yunho,meneriakkan namanya, tetapi tidak bisa.
Di dorong oleh perasaan rindu, perlahan buku-buku jari Jaejoong membelai wajah Yunho yang sedang tertidur dengan lembut. Menelusuri bekas luka yang tercetak jelas di wajahnya,membelai rambut coklatnya yang tebal.
Tersadar oleh sentuhan tangan dingin diatas kulitnya, Yunho pun tersadar dari tidurnya. Ia mendapati sepasang mata hitam milik Jaejoong menatapnya dengan penuh kasih. Berbagai macam emosi dan sejuta perasaan seolah meledak dalam kalbunya. Ia bisa merasakan matanya yang panas akan air mata. Kim Jaejoong-nya sudah pulang.
“Hey..” sapa Jaejoong dengan suara lirih dan serak.
Sambil tersenyum penuh haru, tak kuasa membendung air matanya, Yunho pun membalas sapaan Jaejoong, “Hey.....kamu sudah pulang.”