Author :
ChibiChick Length : 03/?
Genre : Romance,commedy
Rate : G
Disclaimer : We don’t owe TVXQ for the characters.All events are fiction only
Pairing : Yoochun/OC
A/N : Chapter 3!! The kidnapper is back in action..wakakaka... ^_^
Yap, gue menculik seorang personel TVXQ.
Gue menarik tangan YooChun buru-buru keluar dari Starbucks lewat pintu open area di samping mall. Nggak banyak orang di area itu, kecuali yang merokok (karena open area memang untuk smoking area. Biasanya om-om orang kantoran atau mbak-mbak socialite yang duduk di area sini. Yang merokok, tentunya).
Gue langsung menuju parkiran underground, tempat mobil gue berada. Untungnya escalator ke bawah sepi, mungkin karena masih pagi, jadi area lower ground juga nggak banyak orang. Tapi buat jaga-jaga, tetap aja mata gue mengawasi sekitar.
“Where are your friends, anyway?” Tanya gue kepada YooChun yang dengan nurutnya mengikuti di sebelah gue.
“Uhmm I don’t know,” YooChun tampak memeriksa handphone. “Somewhere inside the mall, a gadget store? Junsu said.”
Gadget store"
.. hmm… Gue mengira-ngira sambil buru-buru menuju parkiran. Oh, gue tau. Mungkin Best Denki di lantai tiga - atau empat ya? Ya itulah, gadget store Jepang yang isinya barang-barang elektronik itu. Gue sudah menemukan mobil gue. Gue mulai mematikan alarm dan membuka pintu.
“Okay, this is my car. Please get in,” kata gue. YooChun bukannya langsung naik, tapi malah mengamati mobil gue. Duh, iya deh mobil gue cuma mobil kecil! Tapi walaupun bukan BMW, yang penting nggak butut kan.
“Wow, a Hyundai?” YooChun tampak sumringah. “Nice.”
“Sorry it’s not a fancy car,” ujar gue. Mau gimana lagi, udah sukur-sukur dibeliin Atoz. Namanya juga mahasiswa. Gue nggak mampu beli mobil sendiri. Dan kalau nekat minta BMW, bisa nggak diaku anak ama Mama.
“This is nice,” ujar YooChun sambil masuk ke dalam mobil dan memasang sabuk pengaman.
Ya ya. Terserah elo deh.
“Okay,” gue mulai menjalankan mobil gue keluar dari parkiran. “I will drive to the lobby, and you call your friends and tell them to pick you up there.”
YooChun mengangguk dan mulai menelepon.
“No signal,” cetusnya.
Gue mendengus tanpa sadar. “Ya iyalah, ini kan masih basement! Mana ada sinyal. Bentar lagi dong kalo udah di atas.”
“What?”
Aduh gue lupa kalo sebelah gue nggak ngerti bahasa Indonesia. Gue meringis.
“Sorry. I mean, there’s no signal in the basement. Wait until we reach the lobby,” kata gue.
“Oh. Okay.”
Akhirnya kita keluar ke lobby juga. Bukan lobby dalam, tapi langsung ke jalan raya. Gue harus masuk lagi ke lobby.
“Okay, call your friends and tell them to pick you at the... south lobby. You’re in a blue Hyundai Atoz car,” saran gue sambil berusaha masuk ke jalur lobby selatan.
YooChun mengangguk sambil menelepon lagi. Kali ini sepertinya berhasil.
“Yoboseyo... %$&@&%%! @(*!^$!(%^&%^??”
Aduh gue nggak ngerti deh dia ngomong apa. Gue nggak bisa bahasa Korea. Bisa baca tulisan hangeul aja udah sukur banget. Jangan tanya deh artinya, karena gue bener-bener nggak ngerti. Gue Cuma menguasai kata-kata dasar seperti ‘yoboseyo’ dan ‘gamsahamnida’. Dan ‘saranghae’, tentunya. Hohoho.
“Yoboseyo? Yoboseyo??”
YooChun tampak sering banget ngomong ‘yoboseyo’. Artinya ‘halo’ kan, ya. Gue udah memasuki lobby selatan.
“My phone is dead.”
“What?” gue salah denger kali.
“My phone is dead,” kaya YooChun sambil menunjukkan handphone-nya yang mati kepadaku.
YA ELAAH CAPE DEEHH.
“Well, have you contact them? Have you tell them that you’re here?” tanya gue.
“No, not yet, I tried to talk to Junsu but my phone suddenly off.”
Gue melirik ke arah handphone YooChun. Aduh, HP Korea pula. Gue nggak punya charger-nya. HP gue kan merek Finlandia punya.
Gue melongok ke arah lobby sekali lagi. Kali aja ada nongol tampang-tampang yang mirip anak-anak TVXQ atau LO si YooChun yang nggak imut dan nggak bertanggung jawab itu. Tapi kok nggak ada ya. Lobby selatan isinya cuma tukang valet dan satpam yang lagi memeriksa dua buah mobil. Aduh, mau nggak mau gue musti jalan pelan-pelan nih.
Gue mengambil HP gue dari saku.
“Here,” ujar gue sambil menyodorkan HP ke YooChun. “Call yor friend with my phone.”
YooChun menerima dengan ragu-ragu.
“Uuhhmm... I don’t remember the number..”
Ha?
Gue sudah melewati lobby selatan. Mau nggak mau harus jalan terus ke lobby utara.
“What? How about your PA’s number?” tanya gue.
“Uhhmm.. that’s in my phone too, I don’t remember,” jawab YooChun. Gue menatap cowok ini setengah nggak percaya. Serius deeh.. Ini nggak lucu banget!
“Well, can’t you switch you phone card to mine?”
YooChun mulai membuka tutup baterai HPnya. Bagus... Handphone CDMA. Gue mana punya CDMA!
“This is Korean phone. Uhhmm.. I don’t think there’s any card in here.”
Yak baguuuss... tanpa kartu SIMCard pula! Keren banget nih artis, jalan-jalan di Indonesia pake HP Korea. Bukan cuma mereknya, tapi juga nomernya.
“I have the battery charger with me,” ujar YooChun sambil menunjuk ke arah tasnya.
Yah, tapi tetep aja kan, di mobil gue juga nggak ada colokan listriknya.
“Save it for later. My car doesn’t have the electric jack, anyway,” ujar gue.
Dan gue melewati lobby tempat Starbucks itu. Mata gue udah jelalatan dari tadi, tapi nggak nampak ada manusia macam si cowok asisten nggak lucu dan nggak jelas itu, juga nggak ada manusia macam anak-anak TVXQ yang berkeliaran. Aduh. Nggak mungkin gue berhenti di sini, bisa ditoyor satpam. Gue berusaha nyetir sepelaaan mungkin.
“Do you see any of your friends? Or assistant?”
YooChun juga mulai celingukan.
“Nnngg no...”
Dari spion gue melihat si satpam lobby sudah berjalan mendatangi mobil gue dengan pentungan merahnya. Shit, ujar gue dalam hati. Buru-buru gue menjalankan mobil melewati Starbucks.
“Hey, look. I can’t park here, so we will make a turn and go back to the south lobby, okay?”
YooChun mengangguk. “Okay.”
Yah, memang nggak ada cara lain lagi sih. Mau nggak mau memang kita musti muter dan celingukan lagi di lobby dan depan Starbucks.
Gue mulai menjalankan mobil gue keluar dari lobby menuju jalan raya. Lalu masuk lagi ke lobby selatan dan celingukan lagi sampai depan Starbucks. Gue mulai berasa bego. Dan lapar.
Setelah muter lobby untuk yang ketiga kalinya, gue menghentikan mobil gue di pinggiran jalan depan lobby.
“Okay, uhmm...” Gue harus mulai berpikir. Come on, Cindy. Ini kan ide lu untuk cabut dari Starbucks dan memasukkan Micky YooChun ke dalam mobil lu. Sekarang gimana caranya ngembaliin orang itu ke temen-temennya? Tanpa resiko tertangkap oleh fans-fansnya?
Aduh itu HP pake mati segala, lagi.
GRUYUUUKKKK.
Tuh kan gue beneran laper. Perut gue mulai mengeluarkan bunyi-bunyian tidak senonoh…
Eh tunggu. Itu bukan suara perut gue.
Gue menoleh ke arah YooChun, dan dia tampak meringis.
“Sorry. I’m kind of… hungry.”
Gue sampai melotot saking nggak percayanya. Hah, tadi itu suara perut dia, toh?? Spontan gue langsung terbahak. Ternyata bukan cuma gue yang kelaparan.
“that’s okay... I’m hungry too.” Gue merasa agak senang sih, ternyata nggak cuma gue yang menderita. Hehe. “Haven’t you eat anything?”
YooChun mengedikkan bahunya. “A small snack at the Embassy, Changmin’s Pringles,... and the coffee at the Starbucks.”
Hmm. Gue malah belum makan apa-apa dari bangun tidur. Cuma frappuccino penuh gula tadi.
Gue mulai bosan dengan tunggu-menunggu nggak jelas ini.
“Okay,” gue mulai memutar otak. “Let’s find some food. Uhhmm.., maybe we can go back to your hotel?”
YooChun tampak ikut mikir. “Do you think it’s okay if I go back to the hotel without them?”
“Well,” menurut gue, “If they realize that they lost you, wouldn’t they contact the hotel or the Embassy to find out if you contact them?”
Ini kalimat gue membingungkan nggak ya buat dia. Gue aja agak bingung.
“Okay,” gue menawarkan alternatif lain. “I’ll go to the lobby, and leave a message to the information desk...”
Eh, kalo gue ninggalin pesen ke meja informasi di lobby mall, kira-kira apa yang bakal gue bilang? ‘Kepada rombongan TVXQ dari Korea, ditunggu oleh Micky YooChun di mobil Atoz biru di parkiran lobby selatan’ ? Yang ada mobil gue langsung digrebek ama fans-fans TVXQ beneran. Atau gue bilang, ‘Mbak, nanti kalau ada yang nyari yang namanya YooChun, tolong bilangin dia pergi sama saya ke hotel.’ Iiih. Kedengerannya kok gue kaya penculik yang pervert banget yah. Bisa-bisa gue malah dipanggilin sekuriti.
Gue pusing. “Or just contact the Embassy.”
YooChun masih tampak agak mikir. “Maybe we should contact the Embassy?”
Gue mengangguk. “Cool. I’ll call the Embassy.”
GRUUYUUUKKK.
Oke, kali ini beneran perut gue yang bunyi. YooChun tertawa tertahan. Aduh malu banget deh. Gue pura-pura melotot ke arah dia, dan dia cuma senyum-senyum nggak jelas. Ih. Imut banget, nyebelin.
“Sorry.” Gue melihat plang McDonalds di seberang jalan. Aha. “I’m gonna buy some Big Mac and fries there,” gue menunjuk ke arah plang besar itu. “Do you mind if we get to the drive-thru?”
YooChun tersenyum lebar. “Of course not. After all, you’re the driver.”
Ya ya ya. Gue yang nyetir. Kan gue yang menculik elo.
Jadi gue mulai menjalankan mobil gue menuju gedung yang berseberangan dengan mall tadi. Yang gue suka dari McDonalds ini adalah sepi banget, isinya cuma orang kantoran kalo jam makan siang. Dan sekarang belum jam makan siang, jadi sepi aja. Kayanya aman nih.
“Do you want to order by the drive-thru, or get in there?” tanya gue. “I mean, I don’t think any TVXQ fans would suspect you’re here.”
YooChun mengangguk. “Let’s go in. I need to go to the rest room.”
Hoh. Gue juga baru nyadar kalau dari tadi gue pengen buang air kecil.