[one-shot] Blue

Aug 10, 2010 22:25

Title : Blue
Author : Angel
Genre : Romance? Angst? XD
Rating : G
Theme : Non-Yaoi
Cast : Yabu Kouta, myaqumarine as Ayanari Aoi
Disclaimer : Plot milik saya *jelas*, cast milik masing masing individu, lirik lagu milik para penciptanya.
A/N : -null-

“kemungkinannya tidak lama. Paru-parunya hanya berkerja 50%. Kami sudah berbuat kebisa kami.” Menunduk. Hanya itu? Segitu gampangnya kan mereka ingin di maafkan untuk mengambil seorang gadis yang aku sayangi? Hanya semudah itu? Dan aku tidak mungkin menonjok dokter yang ada di depannya ini di rumah sakit kan? Aku hanya menunduk balik dan kembali ke kamar di mana seorang gadis berumur 18 tahun itu tebaring lemah.

“nee.. Kou-chan..” Suara gadis bernama Ayanari Aoi itu terdengar susah di keluarkan. Jelas. Paru-parunya hanya setengah. “aku.. akan mati kan?” tidak ada gunanya menyembunyikan hal seperti ini padanya. Mungkin aku akan menjadi seorang pria paling jahat. Tapi aku mengangguk memberikan jawaban. Garis antara ketakutan dan kecewa akan dewi kematian tergambar di wajahnya. Tapi dengan cerdik ia menutupinya dengan sebuah senyum puas karena aku sudah jujur padanya.

Aku menarik bangku dan duduk di sebelah ranjangnya. Meraih tangannya dan menggenggam erat tangan mungilnya. Mungkin saja minggu depan aku tidak bisa menggenggam tangannya. Mungkin besok. Mungkin 1 jam lagi. Atau bahkan 1 detik lagi. Dan aku tahu ini bukan waktunya bagi ku untuk menangis di depannya. Yang aku harus lakukan adalah menyemangatinya untuk terus hidup. Walau aku tahu kalau aku tidak mungkin mengusir dewi kematian seenaknya seperti mengusir seekor nyamuk. Dewi kematian bukanlah dewi yang akan berpindah mangsa karena kasihan. Bahkan aku tidak tahu kalau Dewi Kematian tahu arti dari kata ‘Kasihan’.

“nee..Kou-chan-” Gadis bermarga Aoi itu angkat suara. “-aku bosan di sini.” Sebuah senyum terkulum di bibirnya. Senyum manjanya.

“Tidak boleh. Kau harus isti-“ aku benci kalau kalimatku di potong.

“Kou-chan.. Onegai.” Tegas. Tidak ada niat untuk tawar menawar lagi. Dan aku tahu, tidak ada gunanya melawan kata2 Aya. Sekali ia berkeinginan maka tidak mungkin dia akan membiarkan keinginannya di tolak begitu saja tanpa alasan yang bisa di terima. Dan menggunakan penyakitnya sebagai alasan adalah hal paling bodoh yang pernah terpikir dalam lingkup otak manusia. Aya bukanlah orang yang akan tunduk kalah pada penyakitnya.

Aku menarik kursi roda dan mengaturnya di sebelah ranjang Aya.

“Aku tidak mau naik kursi roda!” mengerucutkan bibirnya. Dan tolong di catat. Aku tidak mungkin membiarkan cewek ini berjalan sendiri. Pertama, gadis seperti dia tidak akan bisa jalan dengan santai, dan aku tidak mau membuat setengah paru-parunya itu bekerja terlalu keras. Tapi aku sudah tahu sih maunya dia apa.

Aku duduk di ujung ranjang dan mengarahkan punnggungku ke arahnya. Gadis manja ini mau apa lagi sih kalau bukan di gendong. Untung saja badannya jauh lebih kurus dari aku yang sudah kurus ini. Kalau saja dia gendut. HIH ! Jangan harap aku akan mengorbankan punggungku untuk menggendongnya.

Badan mungil Aya langsung meraih pundakku. Aku berdiri ketika sudah memastikan kalau ia sudah dalam posisi yang benar.

“Mau kemana?” tanyaku. Sebenarnya aku hanya basa-basi.

“Atap!” Tuh kah. Sudah pasti dia akan menjawab mau di bawa ke atap. Sejak dulu, tempat kencan favorit kami adalah atap apartemenku. Bawa makanan dari tempat lain dan makan di atap bersama. Aku.. akan merindukan masa-masa itu.

~o*o~

Angin berhembus lumayan kencang. Aku melepas jaketku dan memberikan jaketku pada gadis di depanku ini yang masih sibuk berkutik dengan gitar yang tadi aku bawa. Ia tersenyum simpul tanda terima kasih.

“Kou-chan..” suaranya memecahkan ketengan malam dan matanya masih tertuju pada gitarnya. “Kalau aku mati na-“ cukup dengan topik kematian.

“Kau salah tuh.” Aku duduk di belakangnya sambil tanganku terlingkar di sekitarnya dan membetulkan jarinya. Beginilah cara aku mengajarinya bermain gitar. “Jari telunjuk yang ini seharusnya ada di si-“

“Kou-chan..” nadanya merajuk sambil kepalanya mendangak ke arahku. Sumpah. Aku tidak ingin membicarakan topik yang berat. Tapi akhirnya aku mengalihkan pandanganku pada gadis mungil ini. “nanti.. kalau aku mati. Kau harus mencari pengganti aku yang lebih baik dari aku dan gadis yang sehat!”

“Sekali lagi kau bicara seperti itu, kau aku tampar.” Aku belum pernah sekalipun menamparnya dan aku bukan tipe cowok gila yang akan menampar seorang gadis penderita pneumonia kok.

“Maaf ya aku tidak bisa menjadi gadis yang baik untuk mu.” Pita suaranya yang terdengar sudah mengeluarkan vibrasi suara lagi terselipi oleh isak tangis. Badannya bergetar hebat.

“Aya itu.. Bodoh ya...” Aku menyingkirkan gitar di pangkuannya dan memeluknya erat. “kalau kau takut kenapa tidak bilang saja sih??” tidak semua orang harus menjadi kuat. “Aku.. juga takut..”

Isaknya semakin menjadi sekarang. Aku bukanlah seorang cowok yang bisa menghibur orang dengan kata-kata mutiara. Aku memang bukan tipe orang yang romantis. Tapi aku bersyukur bisa bertemu dengan gadis seperti dia yang menerima aku apa-adanya. Yang ku minta hanyalah berada di sisinya sampai akhir hayatnya.

“aku.. aku takut..” Akhirnya dia jujur. “Aku ingin membuatkan sarapan untukmu... a..aku ingin. Aku ingin membawakanmu makan siang saat kita kencan.. aku..”

“Aya-“ jangan buat aku menangis di sini. “aku akan selalu menemanimu apapun yang terjadi padamu. Mengerti itu?” Aya itu memang gadis yang kuat. Tapi dia seperti kaca. Sekali kau menjatuhkannya, ia akan hancur. Tapi kau masih bisa mengumpulkannya lagi dan mengelemnya agar bisa menjadi satu lagi.

“Kou-chan janji hal padaku.” Ia meloloskan badannya dari pelukan aku dan memutar badannya ke arah aku. “Kau tidak boleh termakan oleh kesedihan karena aku tidak ada.” Tegas. Matanya serius.

“Aku menolak.” Sumpah aku menolak. Tidak semudah itu melupakan seorang gadis yang kau sayangi kan?

“Dan pokoknya kau harus mencari gadis yang lebih baik dari aku. Kalau tidak kau aku gentayangi!” Nadanya.. entahlah bercanda atau serius. Tapi aku tidak yakin kalau ia akan bercanda di saat-saat seperti ini.

Aya kembali memunggungiku dan menyenderkan badannya padaku. Menarik gitarnya dan mengatur tanganku di leher gitar.

“If I let you go dari westlife onegai shimasu!” Tolong. Jangan lagu itu.

Day after day, time pass away
And I just can’t get you off my mind
Noboy knows I hide it inside
I keep oh searching but I cant find

The courage to show to letting you know
I’ve never felt so much love before
And once again I’m thinking about
Taking the easy way out

”enak???” tanyanya ragu. Ini pertama kalinya dia membawakan makan siang saat kami kencan. Menunya simpel. Onigiri berbagai bentuk, bakso dengan brokoli dan telur gulung. Sebenarnya aku sedikit takut semenjak ini pertama kalinya aku akan merasakan masakannya. Dan sekarang aku sedang mengunyah onigiri dengan bentuk paling simpel. Isinya.. keju dan daging sapi?

“Enak kok!! Serius! Enak!!” aku tidak bohong. Ini enak. Dan sebuah senyuman terbias jelas di wajahnya.

But if I let you go, I will never know
What my life would be holding you close to me
Will I ever see you smilling back at me?
How will I know I let you go?

Night after night I heat myself say
Why cant this feeling just fade away?
There’s no one like you, you speak to my heart
It’s such a shame we’re worlds apart

”Eh? Itu kan kunci A?” jawabku sambil menunjuk jarinya. Gadis itu kembali memperhatikan jari tangan kirinya.

“Apa sih? Ini kan kunci C!” jawab gadis itu tidak mau kalah. Ini tuh yang di ajarin dia atau aku? Lagipula kok kunci A bisa tertukar dengan C? Jelas-jelas kan jauh.

“di bilangin itu kunci A juga! Nih kalau kunci C itu begini!” aku menggerakan jari telunjuknya dan memindahkannya ke senar lain.

TASS

“kyaa-“ dalam ukuran wajar. Dan sekarang Jari telunjuknya berdarah. Aku langsung menarik tangannya dan menghisap darahnya untuk menghentikan pendarahannya. Setelah memastikan kalau darahnya tidak keluar lagi aku mengambil kotak P3K dan mengambil sebuah plester. Aku melilitkannya di jari mungilnya.

“ahh.. Motifnya penguin!!” Katanya sambil melihat kagum ke arah plester yang ku berikan tadi.

I’m too shy to ask, I’m proud to lose
But sooner ot later I’ve got to choose
And once again I’m thingking about taking the easy way out

But if I let you go, I will never know
What my life would be holding you close to me
Will I ever see you smilling back at me?
How will I know if I let you go?
If I let you go oh baby.

”Kou-chan... kau mau membawaku sampai kemana sih???” kata gadis mungil-yang di balut gaun hitam-yang sedang ku gendong di punggungku dengan sebuah penutup mata. Ini kejutan dan tidak mungkin aku memberi tahunya kan? Dan kemana lagi aku membawanya kalau bukan ke atap apartemanku yang ehem sudah ku dekorasi.

Sesampainya di depan pintu besi atap apartemenku ini, aku membuka menutup matanya dan membuka pintu besi di depannya juga. Sebuah meja, lilin, dan beberapa jenis makanan sudah tersaji di sana. Aku memang sengaja menyewa orang untuk mendekorasi tempat ini.

“Bagus kan~” Kataku bangga sambil berkecak pinggang. Wajahnya terlihat terkejut dan setitik airmata terlihat menggantung di pelupuk matanya. “Eh?!” aku melakukan sesuatu yang salah? Kok dia nangis?

“Kou-chann!!!” menangis beneran dan langsung memelukku. Aku membalas memeluknya dan mengangkat badannya ke pelukanku. Membisikan ‘otanjoubi omedeto’ dan ‘aishiteru’ di kupingnya.

Nafasnya tiba-tiba memburu. Badannya meringkuk mencoba memberikan spasi untuk paru-parunya berkembang. Aku langsung meletakan gitarku dan mengangkat tubuh ringkihnya. Tuhan, kalau kau akan mengabulkan satu permintaanku, makan aku akan memohon untuk dewi kesehatan memberikan sedikit kebaikannya pada gadis ini. Hanya itu.

“DOKTERRR!! TOLONG!!” persetan dengan pasien lain. Gadis di tanganku ini ada di ambang kematian. Seorang suster mengarahkan aku ke kamar di ikuti seorang dokter. Setelah meletakan Irin di ranjang putih itu, aku di paksa keluar.

Dan sekarang yang bisa aku lakukan adalah terduduk diam di bangku dingin rumah sakit sambil menahan airmataku.

But if I let you go, I will never know
What my life would be holding you close to me close to me
Will I ever see you smilling back at me?
How will I know if I let you go?

Setengah jam dan seorang perawat keluar dan menyuruhku untuk masuk karena katanya Aya mau menemuiku.

Air mataku tidak bisa lagi di tahan. Seorang gadis yang kucintai terbaring lemah di atas ranjang dengan berbagai macan selang dan kabel yang di sambungkan di mesin-mesin yang mengeluarkan nada seirama yang lebih terdengar seperti melodi kematian.

Aku menggeser sebuah bangku mendekat ke ranjang itu dan duduk di bangku itu sambil meraih tangan putihnya. Setiap partikel oksigen yang ia hirup terlihat seperti sebuah jarum yang satu-persatu menancap di paru-parunya berusaha merobeknya.

“Kou-chan.. “batuk. Entah apa yang di batukinya. Menarik nafas panjang. “aku.. senang bisa bertemu dengan mu.”

“Aya-kau bicara apa sih? Kau akan sembuh kan? Kau janji kan akan memasak bento untukku lagi? Iya kan??” kini aku tidak bisa menahan air mataku lagi. Setidaknya hal-hal itulah yang ingin aku percayai akan terjadi. Tapi Irin hanya menggeleng pelan.

“Aku.. capek..” kata itu keluar dari mulutnya. “Kalau aku tidak ada... Kau harus terus melanjutkan hidup mu seperti biasa.” Tarikan nafas tajam lagi.

“ai... shite...ru...”

Seakan sebuah robot yang di matikan aliran listriknya. Tangannya lemas dan matanya terpejam. Sebuah alunan orkestra dari suara mesin yang tidak berhenti mendengung, suara dokter dan perawat yang masuk memeriksa, suara perawat yang menyuruhku untuk keluar dari ruangan.

“yoku... ganbatta na... Aya..” (=kamu sudah berusaha dengan baik, Aya)

~o*o~

Malam itu semua berakhir. Tidak ada lagi gadis yang terbaring di rumah sakit menunggu kedatanganku. Tidak ada lagi gadis yang minta di mainkan lagu dengan gitarku di rumah sakit. Tidak ada lagi gadis yang minta di gendong untuk menuju atap. Tidak ada lagi gadis yang akan aku peluk saat bermain gitar.

Semua itu hanyalah sebuah kenangan sekarang.

And I'll forget the world that I knew
But I swear I won't forget you
Oh, if my voice could reach
Back through the past
I'd whisper in your ear
Oh darling, I wish you were here

--------------------------------------
Me hates Silenzo reader :D
Comment are always LUVV <3

Previous post Next post
Up