Two Heart - Chapter 3

Oct 07, 2010 15:40

Title : Two Heart
genre : romance
author : din4mo 
rate : PG - 13
starring  :
- Nishikido Ryo
- Yamashita Tomohisa
- [OC] Kanawa Yuri

Chapter 1: community.livejournal.com/join_fl/15403.html
Chapter 2: community.livejournal.com/join_fl/30136.html

Chapter 3

“Kenapa tak aku ajak masuk saja dia?” Obaa-san mengagetkanku saat aku masuk kedalam rumahnya.
“ha?? Eh...anoo~ dia... Dia..nn..” haduh!! Kenapa aku jadi panik begini sih?!
“Ada sesuatu yang harus dia lakukan lagi. Jadi, tadi dia buru-buru seperti tadi” lanjutku.
“Ooh.. Benar-benar gentlement ya pacarmu itu, meski lagi sibuk masih sempat mengantarkanmu sampai sini”. Aku sedih mendengar perkataan Obaa-san barusan, sedih karena kalimat pujian itu untuk Ryo, bukan Tomohisa-pacarku yang sebenarnya. Aku terdiam untuk beberapa saat karena itu, sampai Obaa-san membuatku sadar lagi.
“Kanawa-san, kau belum makan malam khan?? Onaka ga suita, deshou??” tanya Obaa-san.
“Yuriko dake ii desu yo, obaa-san” ralatku,
“Hai..hai..Yuriko-chan, itu kamarmu diatas. Cuma ada dua kamar diatas, terserah Yuriko-chan ingin dikamar yang mana” jelas Obaa-san, “nanti setelah itu kau turun lagi ya, bantu Obaa-san menyiapkan makan malam” sambungnya.
“Un, Arigatougozaimasu..”
Aku langsung naik keatas, benar kata Obaa-san, ada dua kamar diatas. Tapi aku memilih kamar yang menghadap kearah jalanan. Setelah menaruh tas aku langsung turun lagi. Seperti yang Obaa-san bilang tadi untuk membantunya menyiapkan makan malam.

Tidak butuh waktu lama untuk menyiapkannya, karena memang Cuma ada kami berdua. Kata Kachou, Obaa-san memang tinggal sendiri. Aku salut padanya, diumur yang sudah tidak bisa dibilang muda lagi obaa-san masih bisa mengerjakan segala sesuatunya sendiri. Dia juga terlihat sehat sekali.
“Yuriko-chan, sudah berapa lama kau berkencan dengan pria itu ?” tanya Obaa-san tiba-tiba. Obaasan masih menyangka Ryo adalah pacarku, aku tidak boleh membiarkan ini terus terjadi.
“Anoo..Obaasan, Ryo wa kareshi janai desukedo..” aku berusaha menjelaskan. “Aitsu wa..”
“Aaa...hazukashii ka ?? hihihi...sudahlah, tidak perlu malu sama Obaasan. Kau tidak bisa membohongi Obaasan.” Obaasan masih tetap tidak percaya denganku, “Kenapa sih kau pake malu segala ?? Dia khan tampan, baik lagi...harusnya kau bangga dengannya”.
Aku bingung ingin menjelaskan bahwa Ryo itu bukan pacarku dengan cara apa sama Obaasan. Jadi, biarlah dia berpikir seperti itu. Aku khan Cuma 1 minggu disini, jadi kupikir ini bukan masalah besar.

Selesai makan malam, aku merapikan diri dan bersiap untuk istirahat-tidur. Baru saja aku mau menutup mata setelah lumayan lama aku melamun sambil menatap langit-langit kamar itu. Mengingat kejadian hari ini, kejadian yang membuatku tersenyum jika mengingatnya, tersipu malu sendiri jika mengingat bagaimana Ryo sangat mengkhawatirkanku tadi. Tiba-tiba hape ku bergetar karena ada telpon yang masuk. Aku mencoba melihat siapa yang menghubungi aku disaat yang tidak tepat ini.
Yabai !! dari Tomohisa !!! Ya Tuhan, aku lupa memberikan kabar untuknya. Dengan gugup aku menekan tombol menjawab, baru kali ini aku merasa gugup saat menerima telpon dari Tomohisa.
“Yuriko..” panggilnya karena aku tidak bicara apa-apa, “Yuriko?? Daijoubu?” ulangnya, nada bicaranya terdengar sangat khawatir.
“Un, daijoubu yo. Nande?” jawabku. “Nande??! Kau belum menghubungiku dari tadi, kau tidak apa-apa khan ?? tidak ada hal aneh yang terjadi padamu khan ? kau sudah berada ditempat yang aman khan??” tanya Tomohisa beruntun.
“ii yo...daijoubu! kau tidak perlu panik seperti itu khan..?!” jawabku ketus, apa yang kulakukan?? Kenapa aku menjawabnya seperti ini.
“Aku hanya khawatir padamu. Daritadi aku menunggu kabar darimu, sudah ku bilang kan? Hubungi aku jika sudah sampai di Osaka” ucapannya membuatku merasa bersalah sekali sudah membentaknya tadi. Padahal dia khawatir padaku.
“Gomenasai...aku lelah sekali, jadi lupa memberi kabar padamu. Maaf sudah membuatmu khawatir...”.
“Ii kara, syukurlah kalau kau tidak ada apa-apa...aku bisa tenang sekarang” katanya, “Ne, bagaimana caramu menemukan rumah Nenek kachou-mu itu? Kau tidak nyasar khan ?”.
Heee? Kenapa dia menanyakan hal itu juga? Sebegitu khawatirnya kah Tomohisa padaku?? Aarrgghh..kenapa sih aku kasar tadi padanya??
“Yuriko?” panggilnya karena aku terdiam lama.. “Yuri?”
“Eh..ha?? Oo..tadi, tadi Obaasan sendiri yang menjemputku di stasiun” aku bohong, entah kenapa aku berbohong aku juga bingung. Itu keluar begitu saja dari mulutku, aku ingin bilang kalau aku bertemu Ryo tadi tapi entah kenapa yang meluncur dari mulutku malah sebuah jawaban bohong.
“hmm..sou ka?! Mou nemui deshou? Ja, nette ne...Oyasumi..” katanya.
“Oyasumi..” balasku singkat.
“Yuriko, ashita ki o tsukete ne...shimpaisuru kara. Renrakushite yo..Ja, Aishiteru” ucapnya sebelum benar-benar memutuskan telponnya.
Yuriko....!! apa yang terjadi padamu???!!

* * *

Sudah 3 hari aku di Osaka, pekerjaan juga sudah hampir selesai. Mungkin tidak sampai 1 minggu aku sudah bisa balik lagi ke Tokyo.
Selama tiga hari itu aku tidak bertemu lagi dengan Ryo, hanyan sms-sms Tomohisa yang menemaniku selama di Osaka. Ada keinginan akuk untuk bertemu dengan Ryo lagi sebelum aku harus kembali ke Tokyo.
“Jangan segan untuk menelponku jika ada apa-apa selama kau di Osaka. Ok!!”
Kata-kata itu terngiang ditelingaku, apa aku telpon Ryo saja ? tapi aku khan tidak sedang butuh bantuan apa-apa. Apa dia mau jika aku minta dia untuk menemaniku jalan-jalan di Osaka sebelum aku pulang ?? Tidak, itu konyol... dia khan sibuk.
Huuuh !! kenapa sih aku seperti orang bodoh jika memikirkan hal tentang Ryo? Aku khan sudah lama mengenalnya.

Tidak ada yang bisa aku lakukan, aku tidak berani untuk menelpon Ryo. Lebih tepatnya aku malu. Jadi, kuputuskan untuk kembali saja kerumah Obaasan. Berniat, merapikan barang-barangku saja.
Yaaahh...benar-benar...ke Osaka untuk urusan pekerjaan. No time to have fun in this city.

drrrttt...drrrtttt...drrrtttt..
Oh..Tomohisa lagi kah ?? aku malas menerima telpon darinya. Tapi, chotto...RYO!!!
Ini dari Ryo !! aduh, bagaimana ini ??? dadaku, ada apa dengan dadaku?? Doki-doki tomaranai yo..nande?? heee?? Doushou?? Huwaaaa....
“Ha..hai??” dengan gugup aku menerima telpon itu.
“Konbanwa..” jawab Ryo.. “Yuriko..”
“Konbanwa..” balasku, “Doushite?”
“mm...anoo...konya hima ka ??” tanyanya.
Heeeee?? Buat apa dia tanya aku hima atau tidak ?? jangan-jangan dia ingin bertemu denganku?!....Waaa...tidak-tidak!! Hentikan Yuri!! Itu tidak mungkin.
“aku ingin mengajakmu keluar malam ini” katanya.
“Rrrr...atashi...anoo” ini bukan gugup tapi aku sudah panik.
“Tidak..ini bukan kencan, kau tidak perlu khawatir. Aku Cuma ingin mengajakmu ke festival” Ryo menjelaskan tanpa aku tanya, mungkin dia mengira aku akan berpikir macam-macam.
“maa~ sebenernya aku sedang sedikit sibuk sih..” beeeuuhh....apa yang kulakukan?? Bukannya dari tadi ini yang aku inginkan ???
“demo...mmm...ore...” Ryo terdengar aneh juga,
“demo ?? demo kenapa ?? Ryo?? Kamu tidak apa-apa khan ??” tanyaku khawatir.
“demo..aku sudah ada didepan rumah Obaasan...hehe” jawabnya.
Nani?????
Aku langsung melihat keluar jendela, dan benar sudah ada Ryo disana sedang melambai kearah jendelaku.
Kyaaaaaaaa~~ Gawat !! bagaimana ini ?? Doushio ?? Kami-sama tasukete!!.
Tunggu, kenapa juga aku harus panik seperti ini ?? khan sudah dibilang oleh Ryo kalau ini bukan kencan.
Huuuh..lebih baik aku sekarang bersiap dan keluar menemui Ryo.

Setelah ganti baju, aku keluar menemui Ryo. Tuhan..dia tampan sekali dengan celana jeans dan jaket kulitnya. Aku benar-benar gugup sekarang.
“Hai..kau tak keberatan khan jika aku ajak pergi sekarang ??” tanyanya sopan disertai senyuman yang membuatku meleleh jika aku ini sebuah ice cream.
Kurasa dia tahu jawabnya, karena dia langsung menggandeng tanganku dan menarikku untuk berjalan bersamanya.
Kami bergandengan sepanjang perjalanan, mungkin orang yang melihat kami akan berpikir kalau kami ini pasangan. Pantas Obaasan juga berpikir demikian.

Kami sampai disebuah festival yang dimaksud Ryo, atau bisa dibilang itu seperti pasar malam. Aku cukup, salah aku sangat terhibur. Kami mencoba berbagai macam permainan yang ada disana. Tidak menyangka Ryo orangnya seru juga, selama ini aku pikir dia orang yang serius dan tidak tahu kata bercanda. Tapi, ternyata aku salah. Aku sangat terhibur olehnya malam ini.
Setelah lelah bermain, kami duduk disebuah bangku taman. Ryo membelikanku takoyaki. Kami makan takoyaki berdua ditaman itu.
“Ryo...” kataku, “Iro..iro arigatou ne..hontou ni tanoshikatta~”
“Ii yo..ore mo tanoshikatta..” jawab Ryo, kami saling pandang setelah itu. Entah apa yang ada dipikiran kami. Tapi yang jelas aku sangat kagum dengan sahabat pacarku ini.
“Waaaaa...Mite !! HANABI!!!” teriaknya antusias.
Aku tidak melihat hanabi itu, tapi aku malah memandangi wajah Ryo. Matanya, senyumnya-Tuhan, itu semua indah bagiku. Aku ingin terus memandangnya seperti ini, aku nyaman bersamanya.
“Waaaa...sugeee jaaan!! Darou ??” Ryo melihat padaku yang daritadi terus melihatnya, “Yuri, mitenakatta deshou kimi wa~” ada kekecewaan diraut wajahnya.
“hehe..mita yo..hanabi yori kireeeeii na mono wo mita yo” jawabku
“eeehh ?? Hanabi yori?? Nani ka??” tanyanya heran dan dia melihat sekeliling, mencari apa yang kira-kira lebih indah dari hanabi tadi.
“Kau ngaco! Tidak ada yang lebih indah dari hanabi disini” Ryo masih bingung.
“Masa?? Tapi aku melihatnya...jelas lagi” jawabanku semakin membuat Ryo bingung.
“egao..kimi no egao ga kirei da yo, Ryo...” sambungku.
Ryo hanya terdiam mendengar jawabanku, dia mengalihkan pandanganya dariku. Aku tau apa yang mungkin dipikirkan Ryo saat ini, aku tau itu salah. Tapi aku tidak menyesal mengatakan hal itu. Aku hanya mencoba jujur untuk diriku sendiri.
“hhmmp..sudah larut, sebaiknya aku pulang” kataku membuyarkan keheningan antara kami. Aku bangkit dari duduk-ku, Ryo masih tetap pada posisinya-melihat ketanah.
Aku diam sebentar menunggu respon darinya tapi tidak ada. Akhirnya aku berbalik, meninggalkan dia.
Tapi, ada yang menarik tanganku hingga aku berbalik. Aku belum sempat melihat apa-apa, yang aku tahu..bibirku sudah menempel dibibir seseorang-Ryo.
Ya, kami berciuman lagi. Cukup lama, sampai Ryo yang melepaskan ciuman itu.
“Gomenasai~ aku melakukan hal bodoh itu lagi” katanya sambil memejamkan matnya, kepala kami masih menempel.
“Uun..tidak ada yang salah kali ini” Ryo membuka matanya dan menatapku, “aku menginginkannya, Ryo”.
Ryo semakin dalam melihatku, lalu dia memelukku. Kami berpelukan, erat. Aku nyaman bersamanya. Pelukkanya hangat, aku ingin Ryo terus memelukku seperti ini. Tidak ada yang kami pikirkan saat itu, yang kami sama-sama ingin melakukan ini tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Ryo mangantarku pulang, aku merangkul lengannya sepanjang jalan sampai tiba didepan rumah Obaasan.
“Ja..mou suita..” katanya sambil tersenyum. Itu manis sekali.
“Arigatou~”
Ryo hampir menciumku lagi jika Obaasan tidak memanggilku.
“Yuriko-chan???”
Terkaget oleh panggilan Obaasan membuat kami agak sedikit menjauh.
“Yuriko..ada orang yang mencarimu didalam” sambung Obaasan.
“Orang? Mencariku ?? Dare ??” tanyaku heran.
“Obaasan belum sempat menanyakan namanya, tapi dia mengaku kalo dia itu kekasihmu” jelas Obaasan.
Apa? Kekasihku?? Apa dia ?? Aku melihat pada Ryo dengan tatapan panik, tapi Ryo masih bersikap tenang.
“Yurikoooo~” Tuhaaan, yang kutakutkan benar terjadi, itu Tomohisa. Dia keluar dari rumah Obaasan dan langsung memelukku, aku tidak bisa berbuat apa-apa.
“I miss you, I really miss you, babe” bisiknya.
“Tomohisa, kamu ngapain disini ?” tanyaku yang masih berada dipelukannya.
“Aku sudah bilang khan? Jika pekerjaanku selesai dengan segera aku akan menyusulmu ke Osaka” jawabnya seraya melepaskan pelukannya, dan tersenyum padaku. Senyuman manis namun sangat menusuk hatiku. Apa yang telah kulakukan pada Tomohisa?? Aku tidak berhak menerima senyuman itu lagi.
“Are?? Ryo-chan??” Tomohisa kaget baru menyadari kehadiran Ryo disana.

genre: drama, theme: non-yaoi, rating: pg-13, type: chaptered, fandom: news

Previous post Next post
Up