#45 holiday post: Surakarta Hadiningrat & Mangkunegaran
Trip day 2!
Mau kemana kita? Ke pantai!
Pagi hari sekitar jam setengah sepuluh, akhirnya gw pamit dari rumah Nisa untuk kemudian dianterin ke Stasiun Tugu. Jam sepuluh pas gw sampai dan langsung beli tiket. Gw beli tiket Madiun Jaya cause I’m going to Solo! Nyehehe. Awalnya gw bilang sama Nisa kalau gw mau pulang ke Kutoarjo tapi karena masih pagi gw putusin untuk mampir ke Solo sebentar baru kemudian pulang ke Kutoarjo. Awalnya gw sempet ngajakin Nisa pas nyusun rencana dan Nisa oke-oke aja. Tapi begitu hari H ternyata ada satu dan lain hal jadi Nisa ga bisa ikut. But the show must go on, yegaak? Jadi tancap aja! Hehe.
Setelah pamitan sama Nisa dan cipika-cipiki, gw masuk ke dalam peron stasiun, gw sempet foto-foto dulu. Bukan foto diri, tapi fotoin stasiun dan keretanya :D
Yogyakarta
Relasi kereta: Madiun - Yogyakarta
Madiun Jaya
Ga lama kemudian keretanya berangkat. Perjalanannya cukup lama, sekitar satu jam sepuluh menit dan berhenti di beberapa stasiun. Rutenya Tugu-Lempuyangan-Meguwo-Klaten-Purwosari-Solo Balapan. Sampai Stasiun Solo Balapan sekitar jam setengah dua belas dan jam tiga gw udah harus balik kesini lagi karena harus ngejar kereta untuk ke Kutoarjo. Berarti gw cuma punya waktu sekitar 3 jam saja! Sebentar? Mungkin, tapi karena gw belum pernah jalan-jalan sendirian di Solo waktu segitu agak lama juga. Gw sempet berpikir untuk balik lagi ke Jogja tapi gw batalin. Apa kata dunia nanti? Hehe.
I'm in Solo!
Akhirnya gw celingukan keluar peron stasiun, di sana udah banyak banget tukang becak. Gw ga tau apa-apa sih emang tapi karena ga mau keliatan bego dan takut di tipu banget akhirnya gw keluar stasiun yang agak jauh dulu buat nanya sama orang lokal. Akhirnya ketemu sama bapak separuh baya. Gw ceritain kondisi gw yang Cuma punya waktu 3 jam dan tanya kalau wisata kota yang deket dimana dan bagaimana cara kesananya. Kata bapak itu, gw bisa ke Kraton dan mungkin memepertimbangkan ke Pasar Klewer. Dan berhubung transportasinya sulit karena ga ada bus umum atau angkot di sekitaran Solo, gw lebih baik nyewa ojek buat nganter dan nunggu sementara gw wisata. Dan gw setuju. Akhirnya si bapak ini nawarin temennya buat nganter gw. Awalnya si mas ojek ini minta 75k tapi setelah nego dan nawar, gw harus bayar 40k.
Si mas ojek ini nanya mau kemana aja. Dan gw ceritain kalau gw ga tau apa-apa, akhirnya dia ngasih solusi buat pergi ke Kraton aja. Karena di Solo ini ada dua Kraton dengan dua kerajaan yaitu, Kraton Surakarta dan Pura Mangkunegaran. Gw tahu kalau di Solo ada Kraton Surakarta sama kaya Kraton Jogja, tapi kalau Pura Mangkunegaran baru kali denger. Pas gw tanya apa kedua kerajaan ini sampai sekarang masih eksis sekarang, si mas ojeknya bilang masih ada, sama aja seperti Jogja. Terus gw tanya lagi apa rajanya beda, dan dia jawab iya beda. Yaiyalah! Agak bodoh sih pertanyaan yang ini, hehe.
Dan sampai sini, gw bener-bener ga tau apa-apa soal kedua Kraton itu. Gw ga tau rajanya siapa. Daerah kekuasaannya dimana aja. Totally blank!
Selama perjalanan si ma ojeknya dengan baiknya berusaha menjelaskan ke gw soal Kota Solo. Letak pusat kotanya, landmark yang ada disana, sampai tempat yang recommended di Solo yang bisa gw kunjungi kalau gw ke Solo lagi dan harus punya lebih banyak waktu! Sekitar 10 menit sampailah gw di Kraton Surakarta. Dari luar kelihatannya sih baik-baik aja, jadi masuklah gw. Harga tiketnya murah loh, cuma 10k untuk wisatawan lokal. Setelah masuk, petugasnya mengarahkan gw untuk mengunjungi Pendopo Kraton dulu baru kemudian masuk ke Museumnya.
Gw menolak buat pake guide karena ga punya uang lebih buat bayarnya. Akhirnya gw muter sendiri. Tanahnya berpasir dan bukan tanah seperti biasa. Gw ga terlalu dapet info banyak disini karena ga pake guide dan sepanjang area ga ada papan informasi yang memadai. Karena ga tau apa lagi yang bisa dilihat akhirnya gw ke museum. Di museumnya informasi sedikir lebih jelas, dan dari sini gw tau kalau rajanya bergelar Sunan Pakubuwono. Dan kerajaannya sendiri bernama Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Bandingkan dengan Jogja yang rajanya bergelar Sultan Hamengkubuwono dan bernama Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Sejujurnya gw sedikit kecewa karena disini keadaannya menyedihkan. Kondisinya ga terawat malah terkesan kumuh dan tidak ada informasi yang memadai untuk pengunjung kecuali kita menyewa guide. Akhirnya karena bete dan garing gw fotoin aja semua display di museumnya. Dan setelah sekitar satu jam gw pergi dari sini.
Salah satu sisi Kraton
sisi depan Pendopo
Selanjutnya, gw diantar ke Mangkunegaran. Sampai sini kondisinya dari luar terlihat lebih baik. Lalu gw beli tiket lagi dan harganya tetap sama, 10k. Tapi sampai sini ternyata peraturannya wajib pake guide. Gw sempet kicep juga sih secara bayar guide pasti kan mahal L tapi berhubung udah beli tiket gw lanjut aja deh. Ga lama guide gw yang bernama Agung datang, masih muda jadi gw manggilnya Mas Agung.
Kemudian gw dianter guide buat tur keliling Kraton. Kata Mas Agung, Kraton ini memang relatif lebih kecil makanya di sebut Pura Mangkunegaran. Tapi karena ukurannya, Mangkunegaran jadi lebih baik kondisinya dan terawat.
Pertama gw diantar ke Pendopo Utamanya. Pendopo ini biasa dipakai untuk kegiatan kerajaan seperti latihan menari untuk para anggota kerajaan, sampai acara resmi kerajaan seperti Jumenengan atau upacara naik tahta rajanya. Menurut Mas Agung kalau aja gw dateng besok, gw punya kesempatan untuk melihat para putri kraton latihan menari Bedhaya. Sayang banget L
Pendopo Agung
Bagian depan dari Pura yang sekarang dijadikan kantor
bagian ini sekarang jadi perpustakaan
salah satu sisi pura Mangkunegaran
Sejarahnya, Mangkunegaran adalah sebuah kadipaten hasil perpecahan dari Kerajaan Mataram Islam. Kerajaan ini pecah menjadi dua, yaitu Kesultanan Jogjakarta dan Kasunanan Surakarta. Kemudian dari setiap kerajaan besar ini punya kadipaten sendiri yaitu Mangkunegaran di Surakarta dan Pakualaman di Jogjakarta. Kadipaten ini di kepalai oleh Adipati, ya kalau di sederhanakan semacam panglimanya dari Sultan/Sunan. Mangkunagaran sendiri didirikan oleh Raden Mas Said pada 1757. Raden Mas Said yang terus-terusan memberontak terhadap Belanda akhirnya mendirikan kerajaan sendiri yang bernama Mangkunegaran di pusat kota Solo sekarang ini. Raden Mas Said sendiri bergelar Mangkunegaran I.
Setelah cerita tentang sejarah Mangkunegaran, kami lanjut masuk ke dalam Dalem Ageng, menurut cerita dulunya ini tempat Mangkunegara bertahta tapi sekarang difungsikan sebagai Museum. Di museumnya banyak barang-barang bersejarah dari dinasti ini yang lebih tertata rapih sehingga lebih enak buat dilihat. Sayangnya di Dalem Ageng ga boleh ngambil foto jadi gw ga punya dokumentasi apa-apa deh. Barangnya standar sih, berupa atribut kerajaan dari senjata yang sering di pake Mangkunegaran, buah tangan dari kerajaan lain untuk Mangkunegaran, sampai atribut tari untuk mementaskan Tari Bedhaya. Bedanya antara Bedhaya di Mangkunegaran dan di Surakarta itu ada di jumlah penarinya yang lebih sedikit. Ketika gw kesini, persiapan sendratari kolosal Matah Ati itu lagi dipersiapkan di alun-alun mangkunegaran. Kalau menurut Mas Agung, Matah Ati ini di ciptakan sama Mangkunegaran IV ketika beliau jatuh cinta sama seorang putri Kyai di wilayah Wonogiri yang namanya Matahan, makannya dinamakan Matah Ati. Sekali lagi sangat disayangkan karena gw ga bisa dateng Matah Ati.
Kata Mas Agung, Kerajaan Mangkunegara mencapai masa kejayaannya ketika pemerintahan Mangkunegaran IV dan Mangkunegaran VII. Mangkunegaran IV ini adalah seorang developer handal loh di masanya. Beliau sekolah sampai ke Belanda kemudian kembali buat membangun kerajaannya di Solo ini. Mankunegara IV berhasil membangun pabrik gula Colomadu dan Tasikmadu, kemudian memprakarsai pembangunan Stasiun Solo Balapan.
Beliau ini termasuk orang yang kekayaannya melimpah ruah! Kekayaannya jutaan gulden dan tersimpan di bank-bank eropa dan masih ada sampai sekarang. Konon kalau di kurs-in sekarang jumlah uangnya masih cukup untuk bayar hutang negara. Pas gw tanya apa pihak kraton dan negara ga pernah mengusahakan, katanya sudah pernah tapi pihak eropa melalui perwakilan negaranya selalu mempersulit dan akhirnya sampai sekarang uang Mangkunegaran IV ini ga pernah kembali. Kalau menurut Mas Agung, mungkin ini sebabnya negara eropa terutama Belanda bersikap sangat baik terhadap Indonesia karena mereka tahu aset Mangkunegaran ini sangat besar. Jadi ya sampai sekarang kita dibaik-baikin. Miris? Banget!
Sedangkan Mangkunegaran VII berhasil memajukan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Solo waktu itu melalui usaha perkebunan terutama gula. Setelah hampir satu jam, gw pamit sama Mas Agung ini karena bilang harus segera ke stasiun. Padahal masih ada sisi lain di Pura yang masih belum gw datangi. Wah next time harus kesini lagi! Dan Mas Agung ini juga bilang kalau gw harus ke perpustakaannya buat lihat arsip sejarah kota Solo di masa kerajaan Mangkunegaran.
Sebenernya ada satu dosa yang mau gw akui disini,,,, gw ga bayar guide, bukan bermaksud ga sopan tapi gw ga bawa uang lebih T____T gw janji deh next time ke sini gw bakalan mengganti semuanya. Jangan ditiru ya. Jadi sekarang kalau kalian baca udah tau kan kalau ke Mangkunegaran harus pake guide which means you have to spent more budget for it.
Personally, gw lebih suka Pura Mangkunegaran ini jauuhhhhh. Karena kondisinya jauh lebih baikdan terawat. Lingkungannya bersih dan jauh banget dari kesan kumuh yang gw dapet ketika di Kraton Surakarta. Sayang banget deh karena kedua-duanya sama bagusnya tapi secara kemasan jelas Pura Mangkunegaran ini lebih menang. Tapi yang pasti istana-istana ini cantik. Semoga Pemerintah Kota Solo bisa lebih berbenah lagi ^^
Setelah keluar dari Mangkunegaran, si mas ojek ini nanya mau kemana selanjutnya. Tapi karena udah capek dan takut ketinggalan kereta, plus perasaan bersalah karena ga bayar guide fee akhirnya gw bilang mau kembali ke stasiun aja. Sayang banget sih sebenernya, gw masih bisa mampir sebentar ke Pasar Klewer tapi karena gw ga punya barang yang pengen banget gw cari akhirnya gw milih pulang. Gw pun diantar ke Stasiun Balapan lagi sama mas ojeknya. Dan begitu urusan selesai, mas ojeknya bilang sering-sering lagi main ke Solo nanti di anter lagi. Saking merasa bersalahnya karena ga bayar guide *duh, masih aja* gw sampe lupa nanya nama si mas ojek yang baik hati ini. kali aja kan next time gw bisa make jasanya lagi, hehe.
Walaupun gw sampe kecepetan sekitar setengah jam di stasiun tapi ga papa berhubung gw udah capek juga. Plus rencananya besok gw mau balik ke Jakarta jadi mending ga terlalu capek. Akhirnya gw duduk di ruang tunggu di peron sambil makan makanan kecil. Gw ga sempet makan padahal rencananya mau makan selad solo tapi sekali lagi gw buta informasi. Better be rady for the next time deh ^^
Tepat jam 3, keretanya dateng. Di sepanjang jalan, udaranya panas banget karena gw milih kereta pertama yang posisinya persis di belakang mesin dan keretanya tanpa pendingin udara, wuiiihhh kebayang kan rasanya. Di perjalanan pulang gw mulai nyusun rencana pulang tapi kemudian tante gw sms buat ngebatalin rencana pulang besok karena gw mau di ajak pergi lagi :D kemanaa?? Tunggu kisah saya selanjutnya! HAHAHA
After all, perjalanan hari ini super duper menyenangkan. Terlepas dari kebodohan gw karena ga bayar guide tapi secara keseluruhan sangat menyenangkan buat trip yang tidak direncanakan. Gw mulai merasa kalau travelling itu bagus untuk terapi diri. Gw sih ngerasainnya ketika gw ada di tempat yang asing tanpa satu orang pun yang gw kenal gw dituntut untuk membuat keputusan yang efisien dan efektif. Dan dari sini gw semakin merasa bangga menjadi orang Indonesia, terlebih orang Jawa. Dari sini, muncul semacam perasaan ingin lebih mempelajari lagi lebih dalam tentang Budaya Jawa karena panggilan jiwa *tsaaahh* wish me luck semoga bisa dapet kesempatan lebih banyak lagi untuk bisa belajar Budaya Jawa lebih banyak lagi, syukur bisa ikut melestarikannya ^^
Saya Indonesia dan saya bangga! Merdeka!