[FANFIC] 'WRONG' Series : Series One - Broken [INDONESIAN]

Jul 04, 2011 22:30

WRONG
Their fault is not forgiven yet...

Series One : BROKEN

Pairing : Takaki x Yamada, Chinen x Ryutaro, a little bit hint of YamaChii in the end part.

Warning : SMUT

'...' : perkataan dalam hati.

~~~

Malam gelap. Hari Sabtu malam, ditemani oleh hujan deras, pemuda itu melangkahkan kakinya ke bangunan yang sudah sangat dikenalinya. Familiar.

Jalanan yang berair karena tetesan air tak menghalanginya untuk menapakan telapak kakinya yang dialasi oleh sepatu berwarna hitam legam, senada dengan celana panjang dan kemeja sedehana yang ia pakai dibalik mantel yang menghangatkan tubuhnya itu.

Hatinya sudah mantap. Ia akan ke tempat itu lagi, tempat yang sempat menjadi tempat kesukaannya dulu, tempat yang dulu menjadi candu terbesarnya.

Suara musik terdengar setelah pemuda itu sampai tak jauh dari sebuah bangunan dengan lampu gemerlap itu. Menghela nafas, ia mempercepat langkahnya, mendekati pintu masuk tempat itu.

Di depan pintu, berdiri seorang pria berperawakan tinggi besar, tanpa rasa takut, pemuda itu menjejakan kakinya di depan pria itu.

Tepat sebelum tangan kanannya menyentuh gagang pintu itu, tangan besar si pria menahannya masuk.

“Hey, shortie, how old are you huh?” si pria menyeringai.

Si pemuda mengangkat kepalanya, memandang si pria dengan tajam. “22 tahun, Yamada Ryosuke. Got it?”

Seringai si pria makin lebar. “Silahkan masuk, have fun...” kedipan kecil menyertai perkataan pria itu.

“Cih...” pemuda bernama Yamada Ryosuke itu mendengus. Tangan kanannya membuka pintu itu, membuat dentum musik yang tadi masih samar didengarnya kini serasa menusuk telinga. Matanya mencoba menyesuaikan diri dengan suasana remang-remang yang menyambutnya.

Melepaskan mantelnya dan meletakannya di sebuah rak besar, ia berjalan lagi, kali ini menuju jejeran bangku di depan meja panjang bartender.

Mendudukan tubuhnya yang lelah, ia menundukan kepalanya diantara kedua tangannya, merasakan pusing yang menderu di kepalanya.

“One cocktail, please...” Ryosuke berkata pada bartender itu. Suaranya terdengar aneh di telinganya sendiri.

Segelas kecil minuman keras itu akhirnya diletakkan di depannya. Ryosuke hanya memandanginya, tak percaya akhirnya ia akan meminum minuman seperti ini lagi.

“Yamada Ryosuke? Sudah lama sekali sejak terakhir kali kau kesini...” si bartender tersenyum ketika ia dengan jelas melihat pemuda yang baru saja memesan minuman itu.

Ryosuke hanya mengangguk, lalu meminum minuman di depannya sampai habis.

“Apakah ada sesuatu yang membuatmu datang kesini lagi? Aku kira kau sudah berhenti sejak kau bertemu dengannya...” si bartender berkata lagi.

“Bukan urusanmu untuk apa kau berada disini, Yaotome...” Ryosuke berkata dengan nada dingin.

“Hei hei... kau tidak boleh seperti itu pada teman lamamu, Ryosuke... aku sudah bilang kau boleh memanggilku Hikaru, hm? Apakah kau lupa?” Yaotome Hikaru membalas.

Ryosuke tak menghiraukan Hikaru, kepalanya menoleh ke arah lantai dansa. Musik masih berdentum, manusia-manusia penuh nafsu di lantai dansa itu melenggangkan tubuh mereka ke kiri dan ke kanan, sesekali menyentuh tubuh sang partner yang tersenyum seduktif. Ryosuke menyeringai, lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dari sakunya, meletakkannya di atas meja bartender.

Tanpa berpikir panjang, Ryosuke bangkit dari duduknya, lalu melangkah menuju lantai dansa, tepat di depan sang disc jockey yang terus memutar musik dari mejanya. Matanya memandang sekeliling, melihat puluhan manusia berdiri saring berhimpitan, mencoba menghilangkan segala masalah duniawi.

Ryosuke membiarkan tubuhnya bergerak mengikuti alunan musik yang berdentum kencang, mencoba melupakan masalah demi masalah yang membelit hidupnya yang berkecukupan.

Tak berapa lama, seorang pria menghampirinya, menyeringai ketika ia melihat wajah Ryosuke yang kini tersenyum kecil.

“Hey there, cutie...” suara pria itu terdengar berat dan serak.

Ryosuke tak menjawab, hanya balas menyeringai dan menggoyangkan pinggulnya dengan ritme lebih keras. Si pria terlihat terpukau untuk sesaat, tapi tak lama, karena pria itu seperti terundang untuk ikut melepaskan bebannya dengan pemuda berwajah tampan dan cantik ini.

“You know how pretty are you, hmm?” si pria mulai berani, kali ini memegang pinggul Ryosuke, mencoba menikmati gerakan pemuda bertubuh pendek itu.

“I know...” Ryosuke tersenyum penuh arti.

‘And a pretty one like me shouldn’t be neglected, right?’

Sentuhan lain di bahu Ryosuke.

‘Shouldn’t be the second person...’

Memegang leher porselennya.

‘Shouldn’t be cry...’

Harum parfum yang menguar di lehernya.

‘Shouldn’t be like this...’

Memabukkan.

‘I didn’t do the wrong thing, am I?’

Bibir itu mencium lehernya.

‘I was right. He was wrong...’

Kedua tangan itu memegang erat pinggulnya, sesekali mengusapnya dengan tidak sabar.

‘This was his fault, not mine...’

Bibir merahnya dicium perlahan, tapi kemudian menjadi begitu mendesak.

‘No, this was THEIR fault. Not mine...’

Si pria menjauh, memandangi tubuh Ryosuke dari atas ke bawah sambil menjilat bibirnya. Lalu ia mendekat dan berbisik, “Ayo kita selesaikan ini di tempat lain...”

Ryosuke menyeringai.

‘If this is what you want, then, I will give it for you...’

~~~

Ryosuke tak tahu bagaimana mereka akhirnya berakhir di kamar tidurnya. Di atas sprei krem yang selalu tertata rapih beberapa hari ini. Dengan bau alkohol yang menguar dari tubuh mereka berdua.

Ryosuke tergeletak pasrah di atas ranjang, memperhatikan pria yang bahkan belum ia tahu namanya itu. Memperhatikan mata hitamnya yang dipenuhi oleh rasa inginnya terhadap Ryosuke, memandanginya lagi.

Perlahan, pria itu mendekati Ryosuke, membuka kancing kemejanya satu-persatu, membiarkan helaian baju mereka berserakan di lantai.

Tak lama kemudian, desah nafas mereka terdengar. Si pria mendesah pelan, terus mengambil kenikmatan yang bisa ia dapat dari tubuh ramping dibawahnya, yang sekarang sedang sibuk meracau tak karuan, mencoba mengendalikan nafsu yang sudah menguasai tubuhnya.

‘Aku menjadi seperti ini bukan karena mauku sendiri...’

Pain...

Ryosuke bisa merasakan pria itu bergerak dalam tubuhnya, kasar, dan menyakitkan... tapi ini yang dia mau, dia mau merasakan sakit yang lebih, sakit yang lebih besar dari rasa sakit di hatinya saat ini.

Pleasure...

“Uhng... you-you’re so tight!!” si pria berteriak tertahan.

‘Tidak, jangan bilang begitu... itu hal yang sama dengan apa yang selalu ia katakan padaku setiap malam...’

Tangan Ryosuke mencengkeram seprai ranjangnya yang sudah berantakan, pipinya memerah, mulutnya sedikit terbuka, membuat teriakan tanpa suara ketika yang bergerak di dalam tubuhnya itu mengenai titik itu bertubi-tubi, mengirimkan rasa-rasa kenikmatan ke otaknya.

‘Apa kau melihatku? Apa kau tahu aku bisa menjadi sepertimu? Bisa mendapatkan apa saja yang aku? Apa kau tahu aku tidak butuh dirimu?!’

Dengan seketika, Ryosuke berteriak. Tubuhnya menegang seketika, lalu menumpahkan semua cairan itu ke atas perutnya sendiri. Si pria di atas Ryosuke melenguh, lalu dengan seketika mengikuti Ryosuke, mengeluarkan cairannya jauh di dalam tubuh Ryosuke.

Mereka berhenti beberapa saat. Mengatur nafasnya masing-masing sebelum si pria mengeluarkan dirinya dari dalam tubuh Ryosuke lalu berbaring disampingnya, memeluk tubuh Ryosuke dari belakang-mencoba membawa mereka berdua ke alam mimpi.

Namun Ryosuke tidak terlelap saat itu, matanya sedikit demi sedikit mengeluarkan air mata, sebelum berubah menjadi tangis tanpa suara. Dengan gerakan sedikit kasar Ryosuke menyingkirkan tangan itu dari pinggangnya, merasa jijik dengan orang itu, orang yang sudah ia izinkan untuk menyentuh dirinya.

‘Yuya, kenapa kau membuatku seperti ini?’

Ryosuke merasakannya, cairan pria itu mulai keluar dari tubuhnya, membuat dirinya semakin merasa jijik terhadap dirinya sendiri. Isaknya semakin keras, tapi Ryosuke mencoba untuk menahan suaranya, ia tak mau terdengar seperti gadis kecil yang baru saja ditinggalkan oleh pacarnya oleh si pria yang belum ia ketahui namanya tadi.

‘Aku sudah buktikan... aku juga bisa sepertimu, mendapatkan setiap lelaki yang aku mau...’

Rasa perih itu masih terasa di tubuhnya. Harusnya dia yang membuatku seperti ini. Harusnya dia yang menyebabkan rasa perih ini...

‘Bukan orang lain...’

‘Bukan orang lain yang tidak kukenal...’

‘Harusnya kau yang menciumku...’

‘Tapi mengapa kau lebih memilihnya?’

‘Orang-orang itu bilang kita tidak harus memiliki orang yang kita cintai...’

‘But, why it should this hurt for me?’

‘Kenapa bisa sesakit ini?’

‘Karena aku hanya manusia biasa...’

‘Yang punya keinginan...’

Ryosuke memejamkan matanya, tenggorokannya tercekat. Lalu menghela nafas, merasakan rasa sakit di seluruh tubuhnya. Lalu ia melihat ke arah samping, si pria tadi sudah tertidur pulas, tak memperhatikan partnernya yang masih tersiksa dengan rasa perih.

Ryosuke tersenyum hambar. Lalu perlahan memejamkan matanya, membiarkan alam mimpinya memberikannya sesuatu yang indah, tidak seperti kehidupannya di dunia ini.

~~~

Sinar matahari memasuki kamar bercat putih itu, membangunkan seorang pemuda yang beberapa detik yang lalu tidur terlelap.

Ryosuke membuka matanya, mencoba memfokuskan pandangannya. Kepalanya serasa dihantam batu, dengan sedikit merintih, Ryosuke memegang pelipisnya sendiri, mecoba meredakan rasa pusing itu.

Sedikit gerakan yang dilakukan tubuhnya menambah buruk keadaan. Bagian belakangnya terasa jauh lebih perih dari semalam. Ryosuke menyadari sesuatu, pria itu sudah tak ada di kamarnya lagi-meninggalkannya sendiri setelah ia puas dengan dirinya tadi malam.

Ada secarik kertas di atas meja kecil di samping ranjangnya. Ryosuke mengambilnya, lalu membaca tulisan yang tertulis disitu.

010-153-187-192
Call me if you want more ;)

Kurosaki Izawa

Seketika Ryosuke meremas kertas itu dan melemparnya begitu saja.

‘More...’

‘More?’

“Aku bukan pelacur, bodoh... menjijikan...”

Ryosuke bergumam tanpa ekspresi. Ia lalu berdiri, tanpa mempedulikan keadaannya saat itu. Matanya tertuju pada ponselnya yang tergeletak begitu saja.

15 missed call
9 message received

Perasaan sakit itu kembali menusuk di hatinya ketika ia mengetahui nama itu berada di daftar penelepon di ponsel yang sudah ia tak sentuh sejak kemarin itu.

Takaki Yuya

Air mata itu kembali menetes ketika ia membaca pesan yang masuk itu satu persatu.

Kenapa kau tidak mengangkat telponku?
Yesterday at 04.00 PM

Ryo-chan?
Yesterday at 04.05 PM

Are you mad at me?
Yesterday at 04.08 PM

Aku akan ke rumahmu besok malam... apakah kau tidak sibuk?
Yesterday at 04.20 PM

Still... forgive me if I was doing something wrong, OK? :)
Yesterday at 04.27 PM

‘Yuyan...’

‘Kau masih ingat padaku huh?’

‘Setelah kalian bertukar cincin di depan mataku sendiri?’

‘Setelah kau mengatakan padaku kalau kau menyayanginya?’

‘Jadi aku ini apa?’

‘6 tahun, Yuyan...’

‘I even give my first time to you, do you remember?’

Air mata lagi. Kenapa hanya orang itu yang membuat air matanya mengalir seperti ini? Ryosuke menutup wajahnya sendiri, mencoba menahan air mata yang keluar. Tapi tidak berhasil...

~~~

Chinen dan Ryutaro berlari secepat yang mereka bisa. Menuju mobil mereka yang berada di tempat parkir pusat perbelanjaan itu.

“Apakah kalian Chinen Yuri dan Morimoto Ryutaro? Kerabat kalian yang bernama Yamada Ryosuke ditemukan dalam keadaan tidak sadarkan diri di apartemennya, sekarang ia berada di Rumah Sakit Fujioka...”

Chinen bagai tersambar petir, ia tak bisa merasakan tangannya sendiri saat itu. Yang jelas, ia langsung berlari secepat yang ia bisa, bersama Ryutaro di belakangnya.

Perjalanan ke Rumah Sakit benar-benar saat yang membuat mereka berdua panik. Sahabat mereka, Yamada Ryosuke, Yama-chan, tiba-tiba pingsan dan sekarang berada di Rumah Sakit...

Chinen tak mempedulikan teguran para suster yang sedari tadi ia tabrak, yang ia mau hanya segera sampai ke kamar Ryosuke dan memastikan sahabatnya itu baik-baik saja.

Mata Chinen melebar ketika ia membuka kamar Ryosuke di rumah sakit itu.

‘Takaki Yuya...’

Orang itu, orang yang membuat Ryosuke menangis selama ini, kini duduk di samping Ryosuke yang masih tak sadarkan diri, dengan alat penyuplai oksigen terpasang di hidungnya. Yuya memegang tangan Ryosuke, terlihat seperti tak ingin Ryosuke menderita.

“Kau! Kau yang membuat Yama-chan seperti ini!” Chinen masuk ke dalam kamar itu, lalu menunjuk wajah Yuya dengan kilatan marah di matanya.

Yuya tak berkata apa-apa, hanya diam. Hanya diam melihat Chinen Yuri mendekati Ryosuke dan mengusap pipinya perlahan, ditemani oleh kekasihnya, Morimoto Ryutaro.

“Ia pingsan karena kelelahan. Sepertinya ia tidak makan dengan teratur, alkohol dan obat pengurang rasa sakit yang diminumnya membuatnya bertambah parah...” seorang dokter menjelaskan kondisi Ryosuke.

Chinen memandang dokter itu dengan tidak percaya. Tidak percaya karena Ryosuke menjadi seperti ini. Kemana Ryosuke yang selalu tersenyum? Kemana Ryosuke yang selalu menggodanya ketika ia sedang berdua bersama Ryutaro? Kemana Ryosuke yang dulu?
Pandangan Chinen mengarah ke arah Takaki Yuya yang sedang mengusap rambut Ryosuke pelan.

‘Jangan katakan pada Yuya, aku tidak mau merusak kebahagiaannya...’

Chinen menundukan wajahnya di punggung Ryutaro, tak tahu harus berbuat apa...

~~~

Ne, Yuyan...
Apakah kau tahu?
Aku suka padamu...
Tidak, bukan suka, tapi cinta...
Aku bodoh kan?
Tidak mengatakannya sejak awal...
Karena aku tahu, meskipun kau mencintaiku, tapi cintamu padaku tak akan pernah menyamai cintaku padamu...

Siapa nama pemuda itu?
Pemuda yang kau kenal di Universitas...
Arioka Daiki... Ya...
Sekarang, dia tunanganmu kan?
Selamat ya...
Jujur, aku tidak bisa bilang kalau aku bahagia mendengarnya...
Karena aku... masih mencintaimu...

Aku hanya mencintaimu...
Aku hanya mencintaimu sampai di titik dimana aku mau menjadi apa saja untukmu...
Meskipun aku hanya menjadi ‘kekasih’mu disaat tertentu...
Disaat kau bosan dengan hubunganmu dengannya...
Disaat kau merasa malam-malammu membosankan...
Demo, anata ga hontou ni daisuki desu...

To be continued?

Track list :
- B2ST - On Rainy Night
- SHINee - In My Room
- YUI - Love and Truth
- Justin Bieber - Overboard

A/N : Jangan bunuh saya!! m(=A=)m ini cuma imajinasi gila yang ada di pikiran saya pas ngedenger lagu GD feat TOP yang High High~ tapi yang aneh, kenapa akhirnya jadi angst begini?? =.= Oke, saya gak ngarepin komen, saya aja merinding sendiri pas ngetik fic ini. Dozou ^^

title : wrong, fanfic: hey! say! jump, pairing : chinen x ryutaro, pairing : takaki x yamada

Previous post Next post
Up