[fanfic] Kako (chap 2)

May 16, 2014 22:49

Hikaru mengerutkan alisnya. Rasa gugup mendadak menghampirinya. Ia mencoba membuka sent items sambil berpikir, "Bukankah aku tidak jadi mengirimnya?"

Lalu ia menemukannya. Sebuah pesan yang dikirimkan pukul 11:48 PM. Pesan yang tadinya batal dikirimkan olehnya.

"Bagaimana bisa...?"

--------------------
Kako
SECOND CHAPTER
2010.08.07 07:44 AM

Hikaru bangkit dari tempat tidurnya. Ia menyempatkan diri sejenak untuk pergi ke kamar mandi dan mencuci muka, sebelum akhirnya mencari Fuyumi di dapur.

"Fuyumi-chan... Aku mau bertanya-"

"Aaa, Hikaru, ohayou gozaimasu!" seru Fuyumi semangat. Ia melepas celemeknya lalu menghampiri lelaki yang baru terbangun itu. "Ada apa, Hikaru-kun?"

"Ano... aku tidak bermaksud menuduhmu, tapi..." Hikaru menggulirkan bola matanya. "...Apakah tadi malam kau sempat membuka ponselku?"

Senyum Fuyumi yang tadinya bersemangat mulai memudar. Gadis mungil menundukkan kepalanya perlahan.

Hikaru mendesah. Ia paling tidak tahan melihat seorang perempuan berwajah sedih apalagi sampai menangis di depannya. Hikaru mendekap sosok di hadapannya, barulah gadis itu bicara.

"Gomen Hikaru-kun! Aku memang sempat membuka ponselmu. Tadinya aku hanya ingin melihat jam saja kok, tapi... tanpa sengaja aku salah pencet dan tahunya ada sebuah pesan yang terkirim... Gomen..."

"Tidak apa-apa, tidak apa-apa, aku hanya bertanya saja kok, Fuyumi..." ujar Hikaru, "lagipula itu bukan pesan yang penting..."

Suara Fuyumi kembali meninggi, mulai bersemangat. "Benarkah?"

Hikaru membalas dengan mengangguk.

"Omong-omong, Hikaru-kun... Orang di e-mail itu... Natsuki itu siapa? Dia wanita? Atau laki-laki?"

"Natsuki itu seorang wanita, tapi ia hanya teman SMA-ku saja kok, Fuyumi-chan," jelas Hikaru, "sekarang, orang yang paling kusayangi kan Fuyumi-chan..."

Chu... Bibir mereka menyatu dengan lembut. Tidak terlalu lama hingga Hikaru mendorong tubuh Fuyumi pelan.

"Sudah cukup dulu," bisik lelaki itu, "aku mandi dulu, lalu kita sarapan bersama. Oke?"

Fuyumi mengangguk, sedangkan Hikaru berbalik, meraih handuknya, lalu menuju ke kamar mandi.

~o~
Bohong kalau Hikaru bilang Kondou Natsuki itu hanya sekadar seorang teman SMA. Tentu saja eksistensi gadis itu sangat kuat bagi Hikaru. Masa-masa bersama Natsuki adalah waktu-waktu yang sangat indah. Walaupun terkadang perempuan yang satu itu kelewat suka ngambek atau sangat sensitif, ia juga bisa menjadi sangat orang yang tomboi dan konyol. Lalu, di saat-saat tertentu ia akan menjadi sangat romantis. Kawaii. Yang jelas, mau gadis itu bersikap seperti apapun juga, Hikaru tetap suka padanya.

"Hei, Hikaru, kau sudah memutuskan untuk meninggalkannya. Jadi, jangan lagi muncul di hadapannya!"

Ah. Kalau memikirkan dirinya sendiri, ia pasti ingin membalas pesan Natsuki tadi. Namun, di sisi lain Hikaru memikirkan mantan kekasihnya itu. Ia ingat sekali, pada hari di mana ia memutuskan hubungan mereka, Natsuki memang tidak menangis-wajahnya memerah karena menahan air matanya dengan sekuat tenaga. Padahal akan lebih melegakan bagi Hikaru kalau perempuan itu menangis di hadapannya. Lebih lagi, ia ingin sebuah hukuman untuknya. Apapun. Asalkan itu dapat menghapuskan kesalahannya karena telah menyakiti perasaan orang yang sangat ia sayangi.

Ya, apapun. Meninggalkan Natsuki. Menghilang dari kehidupannya. Bukan pilihan mudah untuk Hikaru, tetapi ia harus menjalani itu. Membiarkan Natsuki menjalani kehidupannya yang baru dan bahagia.

Jangan balas pesan itu.

Lagipula sekarang ada orang lain yang harus ia jaga.

Tapi...

~o~
2010.08.07 03:02 PM

Lama...

Natsuki mengalihkan pandangannya dari monitor PC miliknya menuju ponselnya yang tergeletak begitu saja di atas sofa. Seharian ini ia berputar-putar antara mengerjakan tugas-tugas kuliahnya dan kelanjutan cerita bersambungnya. Namun, di sela-sela kesibukannya berkutat di depan layar kaca, ia menyempatkan diri memandangi ponselnya. Natsuki tahu bahwa objek yang ia tatap tidak memberikan sinyal apapun, entah nyala maupun suara. Tetapi sedikit banyak ia mengharapkan sebuah telepon atau sebaris pesan datang dari orang itu. Hikaru.

"...Ah, untuk apa aku menunggu pesan darinya... Baka. Usahamu untuk membalas pesannya semalaman hanya sia-sia, Natsuki."

♪~

Natsuki hampir terjengkang dari kursinya saat mendengar nada itu. Ada telepon! Ia bangkit dan meraih ponselnya, dengan cepat membuka flip-nya lalu menjawab telepon itu.
Iy
"Moshi moshi..."

"Moshi moshi, Natsuki?" sapa orang di seberang, "malam ini kau ada waktu?"

Natsuki cemberut sesaat. Sang penelepon bukanlah Hikaru, melainkan Kouta.

"Ah, eh, Kouta-kun... Aku tidak terlalu sibuk sih, tapi masih ada tugas yang harus kukerjakan," jawab Natsuki sekenanya, "kalau keluar mungkin aku tidak bisa..."

"Kalau begitu, aku datang ke apartemenmu saja ya? Bagaimana?" sahut Kouta, "maaf kalau aku mengganggumu, sebenarnya aku hanya ingin memastikan keadaanmu saja, habisnya kemarin kau terlihat sangat lesu. Tapi..."

"Aku tidak mengerti bagaimana kisah cinta masa lalumu... tapi aku tidak akan memaksamu melupakannya saat ini juga kok. Aku akan bersabar menunggu. Setidaknya biarkan aku mendampingimu, jadi aku bisa tahu bahwa kau baik-baik saja."

Mendengarnya, Natsuki tersenyum sekilas. Orang ini masih saja baik sekali, pikirnya. Kenapa kau menyia-nyiakan orang sebaik Kouta?

Sudah, anggap saja pesan semalam tidak ada, lupakan perasaanmu terhadap Hikaru, dan jalani hidupmu bersama orang ini.

"Baiklah, datanglah ke apartemenku," ujar Natsuki akhirnya, "nanti akan kubuatkan curry rice." Karenanya, tak lama terdengar suara bersemangat dari seberang. Tidak heran, curry rice kan makanan kesukaan Kouta.

"BENARKAH? Kau baik sekali."

Tidak, kau yang baik sekali, Kouta-kun, ujar Natsuki dalam hati.

"Aku akan datang jam 6. Tunggu ya."

"Iya."

"Sampai jumpa nanti ya."

Tut. Lalu telepon itu terputus. Natsuki menutup kembali flip ponsel clam-shell-nya. Ia menggenggamnya kuat-kuat sembari menarik napas panjang.

...Ah...

...Semangat! Ayo bereskan pekerjaan-pekerjaan ini lalu kita buat curry rice untuk Kouta-kun!

~o~
Ting tong! Bel apartemen Natsuki berbunyi. Itu pasti Kouta. Gadis itu melepas celemeknya lalu menghampiri pintu.

"Na-"

Chu! Sekejap setelah membuka pintu, sebelum sempat mengatakan apapun, Natsuki berjinjit dan mengecup sekilas pipi tamu yang ia tunggu-tunggu tersebut. Setelahnya ia langsung kembali berdiri tegak, memandang lurus Kouta di hadapannya. Wajah pria itu mulai memerah.

"Eh...!"

Natsuki cuma tertawa kecil saja melihat respon orang itu. Maa... Bukan berarti ia tidak tersipu ataupun tidak salah tingkah. Wajahnya memanas sendiri.

Apa aku berlebihan, pikirnya.

"...Ini pertama kali."

Natsuki mengangguk kecil. Lalu, baru ia berbicara, "Ngomong-ngomong, Kouta-kun, aku baru saja mulai memasak, jadi kau tunggu dulu sebentar ya. Masuklah."

Kouta masuk seperti apa yang dikatakan gadis itu. Sementara Natsuki kembali ke dapur dan menyelesaikan masakannya, ia berkeliling di ruang tengah, memperhatikan sekumpulan objek yang berada di sana. Ia memperhatikan satu per satu foto yang dipajang di atas televisi, sampai akhirnya matanya fokus pada sebuah foto dengan frame biru polos, cukup mencolok dibandingkan dengan kebanyakan foto lain di ruangan itu yang menggunakan frame berwarna abu-abu.

Deg.

Ada empat orang di foto itu. Salah satunya Natsuki dan-

"Ne, ne, Natsuki... yang di foto ini... Yaotome Hikaru?"

Natsuki tersentak sesaat mendengarnya. Mengapa pada saat ia sangat termotivasi untuk lebih memperhatikan Kouta, malah nama Hikaru muncul lagi?

"Yang mana? Yang frame-nya biru?" Natsuki berusaha untuk menjawabnya sebiasa mungkin, "iya, di sana ada Yaotome-kun. Kok Kouta-kun tahu Yaotome-kun?"'

"Eh, yah, well... Keluarga Yaotome kan terkenal dalam dunia bisnis. Ayahnya direktur utama perusahaan pengapalan besar di Jepang, kan... " jelas Kouta.

"Di, dia... temanku sejak SMA," tambah Natsuki.

"Oh... Begitu..."

Hening sesaat. Kouta belum menambahkan komentar apa-apa, sedangkan Natsuki tidak ingin bercerita lebih banyak tentang foto itu.

~to be continued~

!fanfic: ongoing

Previous post Next post
Up