Title : Yuto’s part - sequel Gloomy Christmass
Author : Me a.k.a Niku-chan
Pairing : Nakajima Yuto x Chinen Yuri (NakaChii), Yamada Ryosuke x Nakajima Yuto (YamaJima)
Genre : Romance
Rating : PG
Summary : the title is the summary
Yuto's Part
Lamborghini hitam itu melaju dengan kecepatan sedang melintasi jalan raya padatnya salah satu kota besar di Tokyo. Pemuda pemilik nama lengkap Nakajima Yuto itu baru saja usai meeting dengan clientnya sore ini. Suara bip bip yang berasal dari ponselnya yang berada di saku jasnya itu mengalihkan fokusnya dari jalan. Ia hafal dering itu, ia tersenyum saat ponselnya berdering. Ia segera mengeluarkan ponselnya dari saku jasnya tanpa mengurangi kecepatan pada kendaraannya.
“moshi-moshi...” ia memulai percakapan “aku baru saja kembali dari bertemu dengan clientku... “
Sang pengemudi rupanya terlalu asyik berbincang dengan seseorang di telepon, membuat fokusnya tertuju sepenuhnya pada pembicaraannya. Hingga ia tidak sadar bahwa ada seseorang yang melintas didepan jalannya. Membuat sang pengemudi terkejut dan menginjak rem dengan sangat tiba-tiba dan sekuat mungkin untuk membuat laju mobilnya berhenti.
Bunyi kasar yang terdengar bersamaan dengan suara decit antara gesekan ban mobil dengan aspal jalan itu membuat sang pengemudi menjatuhkan ponselnya secara refleks. Lamborghini hitam itu baru benar-benar berhenti saat ban bagian depan mobil menabrak trotoar jalan.
Sang pengemudi setidaknya merasa lega, nafasnya terengah-engah. Namun beberapa saat kemudian ia kembali teringat pada seseorang yang ia lihat tadi, seseorang yang... ia teringat pada sesuatu. Ia kemudian keluar dari mobil untuk memastikan sesuatu.
Sekumpulan orang berdiri mengelilingi sesuatu, namun Yuto dapat melihat dengan jelas apa yang ada ditengah-tengah kerumunan orang-orang itu dari celah-celah kaki. Wajah Yuto seketika membeku, bahkan hangatnya sore hari tak dapat mencairkan darahnya. Yuto tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Seseorang tergeletak dengan darah yang keluar dari kepala belakang seseorang yang ia tabrak tadi. Darah segar itu mengalir membasahi pakaian bahkan aspal jalan. Yuto berjalan mendekati pemuda yang tergeletak dengan kesadaran yang bahkan sudah tidak ada. Tanpa pikir panjang, Yuto segera mengangkat pemuda yang tak dikenalnya itu kedalam mobilnya, ia menghiraukan ucapan-ucapan orang-orang.
Mobil Yuto segera meninggalkan lokasi kejadian, mobilnya melaju dengan kecepatan tinggi menuju rumah sakit terdekat. Kali ini ia menggandakan fokusnya 10x lipat dari sebelumnya. Pemuda asing yang kini tergeletak dengan luka parah dikepala itu harus mendapatkan pertolongan sebelum ia kehilangan darah lebih banyak lagi. Jantung Yuto berdetak 3x lebih cepat dari sebelumnya, ia harus tetap tenang.
“sensei, tolong dia! Tolong selamatkan dia!!” ujar Yuto dengan nada gemetar saat ia memasuki ruang GD rumah sakit sambil membopong tubuh pemuda pendek yang tak sadarkan diri itu. Sejumlah perawat berdatangan sambil mendorong kasur roda untuk membawa korban ke ruang ICCU.
Yuto duduk lemah di kursi ruang tunggu ICCU, hatinya cemas tak karuan. Ia bahkan mengabaikan telfon kekasihnya. Hingga saat ini dirinya pun belum dapat bernapas dengan tenang. Dadanya terasa sesak, bak sebuah batu besar menimpa dadanya. Menekan paru-parunya hingga membuat alveolusnya tak dapat mengembang dan mengempis. Yuto tidak akan tenang sebelum mendapat kabar bahwa pemuda itu baik-baik saja dari dokter.
Lampu yang berada diatas pintu ruang ICCU yang sejak tadi menyala merah itu kini telah redup. Menandakan bahwa pembedahan telah usai dilakukan. Bersamaan dengan itu, seorang pria paruh baya dengan pakaian jubah hijau serta penutup kepala berwarna hijau itu keluar dari dalam ruangan. Yuto segera berjalan mendekati pria itu.
“sensei, bagaimana keadaannya?” tanya Yuto harap-harap cemas, dalam hatinya ada sejuta harapan akan dokter mengatakan bahwa, pemuda itu baik-baik saja
“luka ditubuh korban sangat parah, serta bagian belakang kepalanya membentur sebuah benda dengan sangat kuat dan keras. Tetapi, untung saja anda cepat membawanya ke rumah sakit membuatnya tidak mengalami perdarahan yang cukup hebat.” Ujar sang dokter kepada Yuto
“apakah anda keluarganya?”
Yuto menggeleng lemah. “saya yang menabraknya.” Jawab Yuto pelan, ia menunduk “tetapi saya akan bertanggung jawab atas dia.” Lanjut Yuto buru-buru
“baiklah, ada beberapa hal yang ingin saya bicarakan pada anda. Mari, ikut ke ruangan saya.”
Yuto mengangguk dan mengikuti langkah sang dokter menuju ruangan dokter.
.
.
Yuto duduk seorang diri dibangku di ruang tunggu ICCU. Ia sudah 2 hari berada disana. Korban untuk sementara ini belum dapat ditemui sampai kondisinya normal kembali. Sudah 2 hari juga Yuto tidak pindah dari kursi itu selain ke loket administrasi untuk mengurus pembayaran pengobatan korban. Ia tidak akan pergi bergeser sebelum ia menemui pemuda asing yang ditabraknya kemarin. Yuto juga tidak tahu kemana ia harus memberitahu kepada keluarga korban tentang apa yang dialami korban. Yuto merasa frustrasi. Ia sendiri bahkan lupa akan kekasihnya.
Yuto bangkit dari duduknya saat dokter keluar dari ruang ICCU setelah memastikan keadaan pasien yang terbaring tak sadarkan diri didalam.
“bagaimana keadaannya, sensei?” tanya Yuto cemas. Hanya itu pertanyaan yang keluar dari mulutnya sejak kemarin sore “apakah sudah ada perkembangan?”
Dokter menggeleng pelan. “kondisi fisiknya masih sangat lemah, trauma dikepalanya juga masih sangat parah. Pasien mengalami penurunan kesadaran yang cukup jauh. Saya khawatir jika ini akan berlanjut koma. Kita tunggu sampai besok pagi, jika detak jantungnya dapat normal, ada kemungkinan ia akan segera sadar. Anda berdoa saja, Nakajima-san.” Ujar dokter kemudian memegang bahu kiri Yuto lalu pergi meninggalkan Yuto
“arigatougozaimasu.” Ucap Yuto lirih, kakinya lemas
*flashback
“Tulang sakralisnya patah, dimana kepatahannya itu mengakibatkan fungsi sistem reproduksinya tidak berjalan lagi. Ia tidak dapat melakukan hubungan seksual lagi, karena ia tidak dapat merasakan ereksi lagi.”
Yuto menghembuskan napas pasrah, ia benar-benar merasa sangat berdosa karena merenggut hak seseorang yang tak dikenalnya.
“apakah tidak ada cara lain untuk mengobatinya, sensei?” tanya Yuto penuh harap dan lagi-lagi harapannya harus putus karena dokter hanya menggelengkan kepalanya pelan
Yuto akhirnya diam dan tak terasa air mata telah mengalir di pipinya, berjatuhan membasahi kedua pahanya.
“saya harap anda rela menerima kenyataan ini.”
*end of flashback
Ini sudah memasuki hari ke 7 sejak peristiwa mengerikan yang dialami Yuto. Korban masih belum dapat ditemui, membuat Yuto belum dapat bernapas lega. Yuto masih duduk ditempatnya dengan sejuta harapan bahwa pemuda itu akan segera sadar. Wajah Yuto terlihat lesu, pakaiannya pun terlihat sangat lusuh. Kedua mata yang selalu terlihat cerah itu kini berubah seperti mata panda yang memiliki lingkar hitam disekitar matanya. Ia sudah seminggu ini tidak masuk ke kantor, ia bahkan belum makan apa-apa selain meminum air putih yang diberikan sang suster kepadanya. Ia tidak ingin makan apa-apa sebelum pemuda itu sadar.
“aku sedang ada urusan mendadak. Tolong pegang semua kendali, aku akan mengeceknya saat aku masuk nanti.” Ujar Yuto kala itu saat ia berbicara ditelfon pada asistennya, ia mengalihkan kendali pada asistennya
“... gomen na, Ryo. Aku sedang sibuk, bisakah kita bicara lagi nanti? Aku akan menghubungimu jika urusanku sudah usai.” Click. Yuto lalu mematikan ponselnya, tak ingin berlama-lama mendengar celotehan kekasihnya, saat ini ia hanya ingin memfokuskan dirinya pada pemuda asing yang sedang terbaring tak berdaya diranjang didalam ruang ICCU sejak 5 hari yang lalu. Yuto juga tidak menceritakan hal ini pada siapapun termasuk kekasihnya dan keluarganya. Ia tak ingin semua orang khawatir padanya. Yuto akan menerima takdirnya sendiri.
Dokter yang menangani korban yang Yuto tabrak itu keluar dari ruang ICCU. Kali ini wajahnya sedikit terlihat lebih cerah dari yang kemarin.
“sensei, kare wa?” Yuto sudah tidak mampu melanjutkan kalimatnya, namun dalam hatinya masih ada sejuta harapan akan kesembuhan pemuda asing itu
“kesadaran pasien mulai meningkat tapi kondisinya masih lemah, jadi anda masih belum bisa menemuinya untuk saat ini.” Ujar Dokter dan jelas membuat Yuto mendesah lega
“kapan sekiranya ia sadar?” tanya Yuto
“untuk saat ini saya belum bisa memastikan akan hal itu, kita lihat saja perkembangannya. Saya akan tetap mengontrolnya selama 24 jam secara intensif.” Jelas Dokter
“arigatougozaimasu, sensei.”
“baiklah saya pemisi dulu.” Ujar Dokter kemudian berlalu
.
.
Pemuda yang sudah lebih dari 1 minggu tak sadarkan diri itu kini mulai mendapatkan kesadarannya kembali. Perlahan kedua kelopak matanya membuka, penglihatannya masih samar selain akibat benturan yang kuat juga karena seiring dengan kesadarannya yang meningkat secara perlahan. Kedua matanya mengalihkan pandangannya ke segala arah. Putih. Ruangan ini serba putih. Ia bingung. Dimana ia, sementara kedua matanya terus melempar pandangan ke segala arah memberikan sinyal pada otaknya untuk menerka-nerka keberadaan dirinya saat ini.
Hingga matanya mendapati sebuah benda yang hanya dapat ditemukan disebuah rumah sakit, barulah otaknya mendapatkan jawaban. ‘ini di rumah sakit.’ Pikir pemuda itu
Seluruh tubuhnya masih terasa sakit dan nyeri. Ia bahkan belum dapat menggerakkan seluruh anggota tubuhnya dengan baik. Namun dapat ia rasakan ada sesuatu yang membungkus kepalanya serta mulut dan hidungnya. Ekspresinya masih datar, tak ada tanda-tanda ia akan terkejut saat mengetahui dirinya sedang dalam masa yang tidak baik-baik saja.
Meskipun seluruh anggota gerak pemuda itu masih belum dapat digerakkan, namun kedua bola mata pemuda itu dapat bergerak dengan baik meskipun perlahan. Matanya masih ia arahkan untuk mencari tahu keberadaan dirinya sebenarnya serta mencoba mencari petunjuk tentang apa yang terjadi yang mungkin dapat ia temukan disudut-sudut ruangan.
“dare?” suara lirih yang tertahan karena alat pembantu nafas yang menutupi mulutnya, ia bingung dengan sesosok pemuda yang tertidur sambil terduduk dikursi dengan kepala yang tepat berada ditepi ranjang dengan kedua tangan yang menopangnya. Wajah pemuda yang tertidur itu menghadap kearahnya, membuat ia dapat melihat wajah itu dengan jelas. Ia tidak mengenali wajah itu. Pemuda ini benar-benar asing baginya. Ia masih melihati wajah pemuda asing itu dalam-dalam. Hingga beberapa detik kemudian, pemuda yang tadi tertidur itu membuka kedua matanya tiba-tiba. Pemuda itu terbangun.
“ah! Kau sudah sadar?” tanya pemuda bersurai hitam itu dengan nada bersemangat sambil membetulkan posisinya menjadi duduk tegak, ia lalu bangkit dan bermaksud untuk memanggil dokter
.
.
Yuto kembali masuk ke dalam ruangan dimana pemuda itu dirawat. Ya, pemuda asing itu sudah dipindahkan ke ruang rawat inap dari ruang ICCU sejak kemarin.
“dare?” pemuda yang tak diketahui namanya itu kembali menanyakan pertanyaan yang sama pada Yuto saat Yuto berjalan mendekati ranjangnya
“Na-Nakajima Yuto desu.” Ujar Yuto saat dirinya sudah berdiri tepat disamping ranjang tempat pemuda asing itu terbaring
“kyou wa... doudesuka?” tanya Yuto mengalihkan pembicaraan, sementara pemuda asing itu masih berkutat dengan nama yang disebutkan Yuto tadi dan kini ia juga ikut beralih pada pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Yuto
“genki desu.” Jawab pemuda asing itu dengan nada lemah, dan Yuto masih dapat mendengar suaranya meskipun terhalang alat pembantu nafas yang menutupi hampir setengah wajah pemuda itu. “ano, Nakajima-san...” pemuda asing itu bersuara memanggil nama pemuda yang menjadi orang pertama yang ia lihat serta ia kenal, ya ia lupa akan segalanya termasuk dirinya sendiri.
“hai?” Yuto menatap kedua iris hitam pemuda yang berbaring sambil menatapnya juga
“boku no namae wa?” tanya pemuda itu dengan nada serta tatapan yang serius, membuat Yuto terdiam sejenak untuk berpikir
“ia mengalami amnesia total. Ternyata benturan kuat dikepalanya yang membuat bagian otak besarnya mengalami trauma itu selain mengganggu fungsi kesadarannya juga menyebabkan hilangnya semua ingatannya.” Ujar dokter pada Yuto saat berada diluar ruangan setelah ia memeriksa kondisi pemuda asing yang baru tersadar itu
Yuto kembali merasakan sesak pada dadanya. Kakinya terasa lemas seakan tak mampu lagi berdiri. Ia baru saja lega karena pemuda asing itu tersadar, kini ia sudah harus dikejutkan lagi dengan kenyataan pahit yang membuatnya semakin merasa berdosa. “apakah tidak ada kemungkinan kalau dia dapat mengingat kembali?” tanya Yuto penuh harap
“saya tidak tahu, mengingat benturan dikepalanya cukup fatal membuat kemungkinan untuk mendapatkan ingatannya kembali sangat kecil. Ia bahkan akan sulit untuk mengingat kejadian-kejadian lain setelah ini. Tetapi, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Sebaiknya kita berdoa saja, Nakajima-san.” Ujar dokter mencoba menenangkan Yuto, ia pun mengharapkan hal yang sama dengan Yuto, yaitu kesembuhan serta pasien itu mendapatkan kembali ingatannya
“Nakajima-san?” suara pemuda asing itu mengejutkan Yuto, membuat lamunan Yuto buyar seketika itu juga. Yuto mengembalikan dirinya ke dunia nyatanya saat ini
“ah! Ha-hai?”
“kau... melamun?” tanya pemuda asing itu dengan nada hati-hati
“a! I-ya da.”
“jaa, boku no namae wa?” pemuda asing itu mengulang pertanyaannya untuk yang kedua kalinya
“K-...” belum sempat Yuto menjawab pertanyaan pemuda asing itu, pintu ruangan yang terbuka dan diikuti suara itu membuat kedua orang didalam ruangan itu mengalihkan pandangannya kearah sumber suara
“Yuri!” seorang pemuda cantik dengan tinggi sekitar 172 cm itu masuk dan berjalan cepat mendekati pemuda yang masih berbaring diranjang
‘eh? dare? Yuri?’ pikir Yuto, ia bingung. siapa pemuda ini dan siapa Yuri?
Ternyata bukan hanya Yuto yang memikirkan hal itu, namun pemuda asing yang terbaring diranjang itu juga memikirkan hal yang sama dengan Yuto. Ia semakin dibuat bingung oleh sikap pemuda cantik asing yang datang dan segera memeluknya.
“Yuri, apa yang terjadi?! Mengapa bisa seperti ini?” Tanya pemuda cantik itu pada pemuda yang berbaring di ranjang, pemuda cantik itu bertanya pada pemuda yang berbaring itu namun pertanyaannya tidak mendapatkan jawaban karena pemuda yang ditanya juga tidak tahu.
Terasa basah di dada pemuda asing yang berbaring itu, rupanya pemuda cantik itu menangis. Sementara pemuda yang tidak tahu namanya itu masih diam menahan bingung, ia akan bersuara setelah pemuda asing yang memeluknya itu melepas peluknya.
‘dia ini siapa? Mengapa, aku merasa tenang saat dipeluknya. Lalu mengapa ia menangis?’ hati pemuda asing itu membatin, kedua matanya fokus melihati belakang kepala pemuda cantik yang sedang memeluknya itu
‘mungkinkah, dia pacarnya?’ tanya Yuto dalam hati, ia masih berdiam diri dibelakang pemuda asing yang tiba-tiba masuk itu. Yuto berharap akan ada kejelasan setelah ini.
“ano... chotto ii desuka?” tanya Yuto kemudian
.
.
TBC~
Yatta~ finally I can posting itXD after so looooooooong hiatusXD ohohoho I will more busy on college so maybe I will more often dating with my books than laptop *lol* but humm, I hope I can handle it and dating with both of themXD