FIC: I Love You when I Know I Can't | Chapter Two

Jul 29, 2010 17:53

Sekali lagi ne bukan FF pny saiia, karena q suka m ne ff makany saia ngemis m Author a.ka giselle buat d post dmari

Title: I Love You when I Know I Can’t
Author: Giselle
Length: Chapter (2/15+Epilog)
Genre: AU, Incest, Fluff, Angst, Romance, M-Preg *Later*
Rated: PG-15
Pairing: YunJae (main), Yoosu, Kimin
Warning: BoyXBoy / Yaoi

Chapter 2

”Ayo pergi ke klub malam ini, hyung!”

”Tidak.”

”BBQ di rumahku dan Su, malam ini?”

”Tidak.”

”Ke cafe setelah pulang kantor?”

“Tidak.”

“Kalau begitu, kita ke…”

“Kalian mau kembali bekerja, atau aku harus memecat kalian sekarang juga??” desis Yunho saat melihat kedua dongsaengnya yang berdiri masing-masing di sebelahnya. “Kembali bekerja!!”

“Tidak, sampai kau mau kembali hang out dengan kami.” Jawab yang paling muda dan benar-benar begitu memaksa.

“Dan membuatku harus menyesalinya? Tidak akan.” jawab Yunho dan mulai mengetik sesuatu di notebooknya.

”Bisakah kau berhenti dengan semua pekerjaan konyol ini!!” yang lain mulai mendesah kesal dan menutup notebook itu begitu saja.

”Yah!! Park Yoochun!! Aku belum menyimpan data itu!!”

“Bukankah selama ini, hyung selalu mengatakan kalau pekerjaan ini adalah sesuatu yang konyol??” Yoochun mendesis kesal dan mengabaikan tatapan tajam hyungnya. ”Dengar, hyung! Aku tidak tahu apa yang salah denganmu. Tapi yang pasti, sejak adik kesayanganmu itu datang kemari satu tahun yang lalu, yang aku tahu kau berubah dan kau seperti menjaga jarak dengan kami!”

”Benar!! Bahkan Junsu-hyung dan Kibum mengatakan kau telah berubah drastis!” Shim Changmin menggeleng tidak percaya.

Yunho terdiam lama dan mengetahui kalau itu semua benar.

Apa yang dikatakan Yoochun dan Changmin adalah sesuatu yang tidak bisa dia bantah. Benar dia sudah berubah. Benar dia sudah menjadi orang lain. Bukankah selama tiga tahun pindah ke Korea sendirian, dia juga berubah menjadi Jung Yunho yang lain? Teman-temannya mengenal dirinya sebagai seorang direktur muda yang tampan dan begitu senang pergi bersama teman-temannya setiap malam.

’Dan semua berubah hanya dengan kedatangan satu orang.’

Jung Corp. Perusahaan milik keluarganya yang bergerak dibidang telekomunikasi. Berpusat di London dan dipimpin oleh ayahnya sendiri.

Seoul sebagai salah satu dari cabang di dunia yang sedang berkembang pesat, Mr.Jung mempercayakan anaknya yang masih begitu muda untuk memimpinnya. Hasilnya? Begitu memuaskan dan membuat Jung Yunho mendapat predikat sebagai direktur muda yang mempunyai insting bisnis yang begitu kuat.

Dan kehidupan sendiri di Seoul tanpa keluarganya, membuat dirinya yang sebenarnya lebih senang untuk berdiam saja di rumah menjadi sosok yang selalu hang out bersama teman-temannya, menikmati semua keindahan malam di kota Seoul.

‘Tapi semua berubah hanya dengan kedatangan satu orang.’

”Aku tidak bisa membiarkan Jae sendirian di rumah.” gumamnya begitu saja. Jung Jaejoong, adik laki-lakinya. Sejak kepergiaannya ke Seoul, Yunho mendengar kalau kondisi kesehatan Jaejoong yang memang lemah semakin parah. Tapi kenapa? Selama dua tahun sebelumnya, dia bersyukur bisa pergi meninggalkan Jaejoong. Tapi nyatanya, adiknya itu datang sendiri ke Seoul, memaksanya kembali menjadi Jung Yunho yang selama ini dikenal adiknya.

”Brother-complex.” desah Changmin sambil berjalan ke arah tempat duduk di depan meja Yunho. “Sehari saja kau meninggalkan adikmu tidak apa kan, hyung?”

“Bagaimana saat kau pulang terlambat kemarin?” tanya Yoochun dan menyadari ekspresi Yunho perlahan berubah menjadi begitu sedih, dan terlihat menyesali akan percobaan konyolnya. “Jangan bilang kalau kau menyesalinya?”

“Well, aku benar-benar menyesalinya.” Desah Yunho dan menatap Yoochun dengan sedih. “Aku hampir saja membuatnya membenciku.”

“Itu hal yang wajar jika kau bersaudara. Apa kau mau selamanya menjaga adikmu, bahkan setelah kau menikah, hyung? Tidak! Adikmu harus mulai dewasa, dan kau harus mulai meninggalkan sifat brother-complexmu!” sahut Changmin dan tanpa ragu menunjuk wajahku, membuat Yoochun berdehem kecil. Menyadari kesalahannya, Changmin menarik kembali tangannya dan menunduk malu.

“Kau hampir lupa kalau Yunho adalah bosmu dan hyungmu, Min.” Changmin menjawab Yoochun hanya dengan mengangkat bahunya dan menampilkan senyum terbaiknya pada Yunho.

“Aku tidak akan bisa melakukan itu.” Yunho menarik napas panjang. Kenangan lama itu terlintas begitu lambat di pikirannya, dan dia sedang berusaha menghapus ingatan itu. Yoochun dan Changmin terpekur lama ketika melihat ekspresi Yunho. Mereka tahu alasannya, dan hal itu benar-benar menyakitkan. Wajar kalau hal itu membuat Yunho begitu sedih dan tidak bisa mengabaikan Jaejoong begitu saja.

”Setidaknya...” sahut Yoochun dengan suara lembut dan menepuk bahu Yunho.
”... kembalilah hang out dengan kami, hanya satu malam saja pun tidak apa, paling tidak itu membuktikan kalau kau masih peduli pada kami, hyung!!.”

”Tidak.”
tanpa ragu dan begitu serius, Yunho menjawab dan melanjutkan pekerjaannya. ”Kembali ke ruangan kalian sebelum aku memanggil petugas keamanan.”

Sambil mendesah panjang, Yoochun dan Changmin berjalan pelan meninggalkan ruangan Yunho.

”Selama satu tahun ini kita benar-benar gagal. Siapa sebenarnya adik Yunho-hyung itu, sehingga membuat dia begitu berubah?” desah Changmin dan hampir menyerah, namun dia terlonjak kaget saat Yoochun meneriakkan sesuatau saat mereka masuk ke dalam lift yang kosong. ”Yah! Hyung! Jangan membuatku kaget!!”

”Mianhe... Hanya saja aku berhasil mendapatkan sebuah ide.” jawabnya dengan sebuah cengiran yang lebar di wajahnya.

”Kita tidak perlu memaksa Yunho-hyung pergi hang out dengan kita. Tapi kita yang pergi kepadanya untuk hang out.”

”Maksudmu?” tanya Changmin mengerutkan kening dan membiarkan Yoochun berbisik pelan di telinganya, dan tepat saat pintu lift terbuka. Dengan mulut yang terbuka lebar, mereka berjalan menuju koridor tempat ruangan mereka berada. Dimana Yoochun sebagai Manager Marketing Senior dan Changmin di bagian Humas, dan ruangan mereka berada di lantai yang sama.

“Sejak kapan kau begitu jenius, hyung? Aku pikir hanya aku orang yang paling jenius diantara kita semua...” Changmin berdecak kagum dan mulai menepuk bahu Yoochun bangga.

”Aku senang kau belajar banyak dariku.”

”Shim Changmin! Kau mau aku lempar keluar dari jendela di lantai delapan ini!” teriak Yoochun dan memukul kepala belakang Changmin.

”Aish! Iya, iya... Aku tahu aku salah. Mungkin kita bisa mengajak Bummie atau Su-hyung?”

”Ide bagus! Aku akan menghubungi Su!”

”Dan aku akan menghubungi Bummie...”

Dan mereka pergi begitu saja ke dalam ruangan mereka. Kembali bekerja, atau lebih tepatnya merencanakan ide mereka.

__Hari Sabtu yang Sepi di Apartemen YunJae__

”Ayolah, hyung... Bangun!! Kau sudah berjanji akan pergi belanja denganku hari ini!!” Jaejoong mulai memukul Yunho yang masih tertidur begitu tenang di tempat tidurnya. Kepalanya ditutup bantal seluruhnya, dan selimut tebal menutupi seluruh tubuhnya. Jaejoong sudah bertarung dengan Yunho yang tidur cukup lama, dan dia masih belum bangun juga.

“Hyung!! Bangun!! Jangan sampai aku menyiram dirimu dengan air!!” desah Jaejoong dan menatap punggung Yunho yang menghadapnya.

“Ngg… Biarkan…. Aku… Lima… Lima menit lagi…” erang pria yang lebih tua itu, dan kali ini dia balas melempar Jaejoong dengan sebuah bantal.

”Yah!! Hyung!! Kau sudah melanggar janjimu!!” Jaejoong yang hilang kesabaran tidak menghentikan otaknya bekerja.

Sebuah ide... sebuah ide... Yaps!! Sesuatu yang bisa membuat hyungnya bangun dengan segera, dan bersiap untuk pergi. ”Hiks... Hiks... Kau... Jahat... Hyung!! Aku... membencimu....”

Yunho masih ingin tidur. Dia pulang cepat, tapi bekerja di rumah sampai jam satu malam. Hanya saja, mendengar tangisan Jaejoong, dan kata ’benci’ membuat matanya terbuka dengan cepat, dan dalam sekali lompatan, dia sudah duduk di tempat tidurnya dan menggapai Jaejoong yang masih terisak dan menutupi wajahnya dengan tangan.

”Omo... Jae-ah... Kenapa kau menangis?? Ok, ok... Aku bangun. Kita akan berangkat sekarang. Tapi jangan menangis, ok?? Aku salah... tapi jangan membenciku, honey...” Yunho membawa Jaejoong ke dalam pelukannya dan membelai pelan rambut Jaejoong yang hitam dan lembut.

”Kalau begitu cepat mandi dan sarapan!!” mendengar suara yang dingin itu membuat Yunho melepas pelukannya dan merinding saat melihat senyum horor dari adiknya.

”Kau... Kau sudah menipuku!!” desah Yunho dan membiarkan Jaejoong tertawa kecil dan berlari keluar dari kamar Yunho. ”Dia tidak pernah tidak berhasil membuatku khawatir dan tertawa dalam waktu yang sama...” gumam Yunho dan tersenyum kecil. Perlahan dia bangun dari tempat tidurnya dan berjalan ke kamar mandi untuk mempersiapkan dirinya untuk belanja yang akan begitu melelahkan dan membosankan.

”Sudah menentukan pilihan?” Yunho menatap Jaejoong yang masih saja melirik dua buah sepatu boot yang baginya tidak jauh berbeda.

”Entahlah, hyung. Menurutmu mana yang lebih bagus? Boot berwarna hitam yang sedikit tinggi ini, atau boot pink dengan aksen tali-tali ini?” Ini pertanyaan kesepuluh kalinya sejak mereka berada setengah jam yang lalu di dalam toko sepatu ini.

Dan ini sudah kesepuluh kalinya Yunho menggeleng tidak mengerti. Hal pertama yang tidak dia suka saat menemani Jaejoong belanja.

1. Terlalu banya memilih.

“Kenapa kau memilih yang pink untuk pilihan terakhirmu? Tidakah warna itu terlihat untuk perempuan?”

”Well, aku sudah cukup banya memiliki yang warna hitam. Tidak apakan mencoba yang lain? Tapi hyung benar juga… Yang pink tidak terlalu bagus kalau aku pakai. Warna ini tidak akan cocok dengan semua warna pakaianku. Dan sedikit tidak terlalu nyaman. Sedang yang hitam, aku lebih suka karena sedikit tinggi, dan sebenarnya aku sudah lama mencari model seperti ini. Hanya saja…”

2. Jaejoong terlalu banyak menjelaskan hal yang tidak ingin dia dengarkan.

“Jadi kau memilih yang mana?”

Dia terdiam sejenak dan berpikir. ” Yang hitam.” Thanks God!! Jerit Yunho dalam hatinya dan memanggil penjaga toko untuk membungkus sepatu boot hitam itu. “Tapi aku ingin yang pink juga…” desah Jaejoong saat mereka sudah keluar dari toko itu dan berjalan ke arah butik.

“Jangan habiskan waktumu, nak. Kau sudah terlalu lama bergumul dengan sepatu-sepatu itu. Dan sekarang, aku harus menghabiskan waktuku kembali di dalam butik itu… mungkin ada baiknya aku duduk di café saja…”

“Hyung!! Jika kau berani kabur, aku tidak akan segan-segan menghajarmu, dan kau tidak dapat makan malam hari ini!!” Jaejoong cemberut dan masuk begitu saja ke dalam butik langganannya.

“Selamat pagi, Mr. Jung.” Seorang penjaga toko menyapa Yunho yang hanya mengangguk singkat dan berjalan mendekati Jaejoong yang sudah mengamati beberapa potong sweater.

“Ayolah, Jae… Aku hanya bercanda. Baik, aku akan duduk di sana. Kalau kau butuh apa-apa, atau menanyakan pendapatku, aku ada di sana.” Yunho menarik napas panjang dan duduk di sebuah sofa yang sengaja di siapkan untuk pelanggan. Jaejoong yang mengamati ekspresi lelah Yunho hanya tertawa kecil dan menikmati hukuman yang dia berikan pada Yunho karena membiarkan dia menunggu selama delapan jam.

”Aku menikmatinya...” gumam Jaejoong saat mengambil dua potong sweater dan membandingkan kedua pakaian itu dengan seksama. ”Hyung... mana yang bagus menurutmu, sweater putih ini, atau...”

Dia berhenti saat melihat Yunho berdiri dari sofanya dan tengah berbicara dengan dua orang pasangan tua. Beberapa kali pasangan itu berbicara sesuatu, dan hal itu membuat Yunho hanya tersenyum kecil dan mengangguk beberapa kali.

”Mungkin rekan bisnisnya...” Merasa tidak bisa pergi ke sana dan mengganggu mereka, Jaejoong memutuskan untuk melihat-lihat sendiri sweater yang dia mau.

”Putih bagus, hanya nanti terkesan kotor. Coklat bagus, tapi aku terlalu banyak punya warna ini. Hitam kurang, karena bahannya kurang bagus, tapi modelnya bagus.” Jaejoong terdiam sesaat mendengar perkataannya sendiri. Dia baru menyadari kalau ternyata dia itu orang yang suka memilih-milih. ”Urrghh!! Aku tidak bisa memutuskan!!” desah Jaejoong dan mengembalikan sweater itu ke tempat semula.

”Wah... Coba tebak, siapa yang aku lihat.” mendengar suara tinggi perempuan ini membuat bulu kuduk Jaejoong berdiri dan dia begitu malas melihat mereka sekarang. Dengan malas, Jaejoong berputar dan dia memang tidak salah. ”Apa yang kau lakukan di butik mahal ini?” seru Tiffany dan menatap Jaejoong dari atas ke bawah.

Tiffany di sana dengan teman satu gengnya, dan Choi Siwon and the genk’s juga di sana. Bukankah hari berbelanja yang buruk?

“Pagi, Jaejoong-ssi…” sapa Siwon dengan senyum yang mengembang lebar. Jaejoong tidak bisa mengabaikan senyum itu selain balas tersenyum dan mengangguk. Tiffany melihat itu dan mendengus kesal.

“Hentikan itu. Yang aku tanya, kenapa kau berada di sini?” Tiffany bertanya kembali sambil berkacak pinggang dan menatap sinis Jaejoong.

“Belanja? Kau pikir untuk apa aku di sini? Memasak?” dengus Jaejoong dan menunjukkan sweater yang telah dia letakkan tadi, dan tahu-tahu mengambil yang coklat.

Tiba-tiba saja tawa meledak di bagian Tiffany cs, kecuali Siwon cs. ”Orang sepertimu belanja di butik mahal seperti ini?” ejek Tiffany dan kali ini berdecak kesal menatap Jaejoong. ”Atau mungkin kau berniat mencuri?”

”Yah, Tiffany! Hentikan! Kau tidak bisa menuduh Jaejoong-ssi seperti itu!” sela Siwon dan tahu-tahu menarik Tiffany menjauhi Jaejoong.

”Lepaskan aku, Siwon!!”

”Lepaskan saja, Siwon-ssi.” kata Jaejoong dengan suara pelan, menahan kesabarannya. ”Orang yang tidak tahu apa-apa memang selalu seperti itu. Dia tidak pernah menggunakan otaknya sebelum berbicara.” Jaejoong balas mengejek dan berjalan ke arah kasir.

”Yah!! Jung Jaejoong!!” teriak Tiffany yang berhasil lepas dari cengkraman Siwon dan berlari ke arah Jaejoong untuk menamparnya. Saat Tiffany berhasil menahan tangannya, gadis itu memutar dengan cepat tubuh Jaejoong dan bersiap menamparnya, tapi tangannya berhenti begitu saja. ”Siapa kau berani menghentikan aku!!” teriak Tiffany lebih keras dan menatap pria tinggi dengan wajah dingin menatapnya.

“Aku rasa kau tidak berhak untuk menampar seseorang di tempat umum seperti ini…” jawab pria yang mencengkram tangan Tiffanya lebih keras lagi, membuat gadis itu meringis.

“Hyung… Lepaskan saja…” Jaejoong menggapai tangan Yunho dan memaksa hyungnya melepaskan cengkramannya. “Biarkan saja, hyung. Lebih baik kita pulang…” Yunho terdiam selama beberapa saat dan menatap mata Jaejoong yang berharap agar dia segera melepaskannya.

”Ayo kita pulang.” Yunho mengambil sweater di tangan Jaejoong dan memberikannya pada salah seorang penjaga toko yang terlihat bingung.

Yunho membawa Jaejoong dengan menggenggam tangannya dan menariknya keluar dari mall itu. ”Kau harus menjelaskan sesuatu padaku, Jung Jaejoong.”

Mendengar hal itu, Jaejoong hanya menarik napas panjang dan menunggu apa yang akan terjadi padanya nanti.
~~To Be Continue~~

thanks for reading,..
leave me ur lovely comment,ne!!!

pg-15, yunjae, genre:angst, fanfic, gendre:angst, genre:incest

Previous post Next post
Up