FIC: I Love You when I Know I Can't | Chapter Three

Aug 07, 2010 18:43

Ne tag kase chap 3, tx again for Giselle, ne^^

Title: I Love You when I Know I Can’t
Author: Giselle
Length: Chapter (3/15+Epilog)
Genre: AU, Incest, Fluff, Angst, Romance
Rated: PG-15
Pairing: YunJae

Chapter 3:
”Hyung... Lepaskan tanganku!!” desah Jaejoong saat dia hanya bisa mengikuti Yunho yang menyeretnya masuk ke dalam apartemen mereka. Mereka berjalan ke arah ruang keluarga, dan Yunho melempar Jaejoong begitu saja ke sofa. Dia hanya bisa meringis kesakitan dan tidak bisa berbuat banya selain diam dan tidak berani melihat mata Yunho yang dingin.

”Siapa gadis itu?” sebuah pertanyaan dengan nada dingin dan tidak bersahabat. Jaejoong tidak berani menjawab ataupun memandang abangnya. Dia menunduk begitu dalam dan sangat ketakutan. Dia tidak percaya akan melihat sosok dingin Yunho lagi setelah sepuluh tahun yang lalu. Dan perasaan ketakutan dan dibenci merasuk ke seluruh dirinya. Dia lebih senang dibenci oleh orang lain daripada Yunho. ‘Orang lain tidak mengerti aku… Hanya Yunho-hyung…’

“Hanya… Teman satu sekolah.” Jawabnya dengan suara pelan dan masih tidak berani mengangkat wajahnya.

”Teman sekolah yang ingin menghajarmu?” Yunho bertanya kembali dan tetap dengan nada dingin.

“Tidak… Gadis itu hanya…”

“Jae.” Jaejoong menelan perkataannya, saat perlahan wajahnya terangkat oleh karena Yunho memegang dagunya dan kali ini wajah mereka hanya beberapa centi jauhnya. Dia melihat mata Yunho yang tidak terlihat dingin lagi. Tapi begitu sayu dan merasa kecewa. ”Lebih baik kau kembali ke London.”

”TIDAK!!!” jerit Jaejoong dan berhasil melompat dari sofa tempat dia duduk dan melingkarkan tangannya di leher Yunho. “TIDAK, TIDAK, TIDAK!!! Kau tidak bisa membiarkan aku kembali ke sana!! Tidak akan!! Aku tidak mau!! Aku tidak mau... aku...”

”Sshh... Jae, jae... Tenanglah...” Yunho perlahan membelai kepala Jaejoong dan berharap dia bisa lebih tenang. ”Baik, baik... Aku tidak akan mengembalikanmu ke London.” Desahnya saat mendengar Jaejoong mulai terisak. Apa yang salah dengan dirinya? Dia ingat sekali kalau 10 tahun yang lalu, jika melihat Jaejoong menangis, dia tidak akan begitu sedih. Dan sekarang, setiap mendengar tangisan laki-laki ini, perasaan bersalah dan kesal selalu menghantuinya. ’Aku menyebutnya, dihantui rasa bersalah...’ pikirnya dalam hati.

”Kau... Berjanji... Hyung...??” isaknya dan menatap mata Yunho.

”Tapi berjanjilah, kau akan menceritakan padaku kalau ada orang yang mengganggumu. Itu saja yang aku mau, Jae... Cukup kau bersikap jujur padaku, maka aku tidak akan memulangkanmu ke London.” bisik Yunho sambil tetap berusaha menenangkan Jaejoong.

Dia hanya mengangguk pelan dan tidak melepaskan pelukannya. Menyadari kalau Jaejoong masih begitu sedih dengan kalimat ’Kembali ke London’ membuat Yunho membiarkannya saja, dan duduk di sofa, sedang Jaejoong duduk di pangkuannya dan menyandarkan kepalanya di bahu Yunho. Dia masih bisa mendengar suara isakan yang pelan dan dia kembali menenangkan Jaejoong dengan memberikan bisikan-bisikan pelan pada adiknya.

Lalu, suara tarikan napas pelan terdengar dan teratur menyadarkan Yunho kalau Jaejoong sudah tertidur. ”Kau selalu tertidur jika berada dalam pelukanku.” gumamnya dan kembali mengelus rambut Jaejoong. Dia mengamati seluruh wajah indah adiknya. Terlalu disayangkan untuk di lewatkan. Perlahan, tangannya menyusuri seluruh lekuk-lekuk wajah Jaejoong. Mulai dari matanya yang besar, hidungnya yang mancung, bibirnya yang terbentuk begitu indah dan merah, mengundang dirinya untuk menikmati setiap bagian bibir itu...

’Ding, dong....’

”What the hell!!” jeritnya, dan tepat saat itu, mata Jaejoong terbuka. Mereka saling pandang satu sama lain selama beberapa saat, sebelum akhirnya suara bel terdengar lagi. ”Bangun, Jae-ah. Aku mau melihat siapa tamu kita.” Jaejoong mengangguk pelan dan meloncat dari pangkuan Yunho. Dia berjalan meninggalkan Yunho menuju dapur.

Setelah Jaejoong pergi, Yunho dengan langkah malas berjalan menuju pintu depan. Entah karena dia malas, atau apapun itu, dia tidak ingin melihat siapa sang tamu melalui intercome. Jadi, dia langsung membuka pintu apartemennya begitu saja. Mungkin jika salesman, dia bisa saja memaki orang itu dan langsung menutup pintu tepat di depan hidung sang salesman.

”Siang, hyung...” matanya membelalak lebar saat melihat empat orang laki-laki berdiri di sana dan memasang senyum terbaik mereka. Dan dia membanting pintu itu dengan cepat.

Yunho menundukkan kepalanya dan masih berpikir. Dia bermimpi atau tidak? Suara bel terdengar lagi, dan akhirnya dengan ragu, dia membuka pintu itu dan membantingnya kembali saat melihat kalau orang-orang tadi masih sama dan tetap tersenyum dengan lebar.

“Kenapa denganmu, hyung?” Tanya Jaejoong saat berjalan keluar dari dapur dan mendapati hyungnya seperti sedang bermain dengan pintu depan apartemen mereka. “Siapa mereka?”

“Bukan siapa-siapa.” Jawabnya cepat dan menarik Jaejoong menjauhi pintu depan. Hanya beberapa orang salesman. Kau tidak perlu khawa...”

”Hyung!! Kami tahu kau di dalam!! Jangan berpura-pura tidak melihat kami!! Kau sudah membuka pintu dua kali, dan jangan menganggap kami ini salesman!!” sebuah suara nyaring dan tinggi terdengar dari luar. Mendengar hal itu, Jaejoong melepaskan tangannya dari Yunho dan berjalan menuju intercome.

Dia melihat empat orang pria berdiri di depan pintu apartemen mereka, dan terlihat begitu kesal dengan apa yang dilakukan oleh Yunho barusan. ”Hyung! Mereka teman-temanmu!!”

”Oh, kau tidak akan berharap bisa mempunyai teman seperti mereka.” desah Yunho dan berusaha menarik Jaejoong pergi.

”Hyung!! Kau mengabaikan temanmu begitu saja? Ayolah, hyung... Biarkan saja mereka masuk...” sahut Jaejoong dan berlari membuka pintu, mengabaikan teriakan Yunho.

”Jung Yun...” seorang pria berbadan tinggi menelan kata-katanya saat melihat yang membuka pintu adalah Jaejoong. Wajahnya menunjukkan ekspresi kosong dan begitu terkejut sama dengan tiga orang pria yang lain.

”Mmm... Selamat siang...” sapa Jaejoong pelan dan menunggu reaksi keempat orang itu.

”Kita salah apartemen aku rasa...” sahut yang paling pendek dan menarik tangan pria yang paling tinggi itu pergi.

”Yah!! Kenapa dengan kalian bereempat!!” desah Yunho akhirnya muncul dari belakang Jaejoong sambil melingkarkan tangannya di leher Jaejoong. ”Ayo masuk.” Katanya akhirnya dan menarik Jaejoong ke belakang. Keempat orang itu masih berdiri di sana dan ragu untuk masuk. ”Tadi kalian yang memaksa masuk! Sekarang apa lagi!!”

”Oh.. Yeah..”
”Ka... Kami masuk...”
”Ayo, Su...”
”Hah? Oh, yeah...”

Melihat tingkah konyol mereka, Yunho hanya menggeleng pelan dan menyeret Jaejoong diikuti yang lain ke ruang keluarga. Jaejoong tidak mengerti apa yang terjadi dan sesekali melirik ke belakang, mendapati kalau mereka berempat menatapnya dengan pandangan menyelidik.

“Kalian mau meminum sesuatu?” Tanya Jaejoong saat mereka berempat dan Yunho sudah duduk di sofa.

“Siapkan teh saja, Jae.” Mendengar itu, dia mengangguk pelan dan berjalan meninggalkan kelima orang itu.

”Siapa orang itu, hyung?” tanya Changmin dan melompat mendekati tempat duduk Yunho.

”Dia pacarmu, hyung?” kali ini Yoochun bertanya dan menatap menyelidik pada Yunho.

”Dia masih SMA aku rasa...” tambah Kibum dan memperhatikan kearah mana Jaejoong pergi tadi.

”Tidak mungkin! Hyung! Kau mempacari anak SMA!!” jerit Junsu, tapi mereka langsung diam saat melihat ekspresi dingin Yunho, ekspresi yang biasanya mereka lihat kalau sang direktur itu ingin mengambil alih suatu keadaan, dan menutup mulut orang-orang yang terlalu banyak bicara.

”Tenanglah!” desah Yunho dan meletakkan tangannya di dahinya. ”Pertama, sebelum aku menjelaskan sesuatu, aku ingin tahu dari mana kalian tahu alamatku yang baru.”

”Gampang, data perusahaan.”

”Huh? Ingatkan aku untuk memasukkan data itu ke data rahasia. Kedua, apa alasan kalian datang kesini?”

”Hanya ingin bertemu dengan hyung...”

Yunho menarik napas panjang dan tidak sanggup lagi berkata-kata. Dia berselenjor di sofa tempat dia duduk dan menggeleng lambat. ”Kapan kalian bisa membuatku tidak stress satu hari saja...”

”Hyung, kau tidak apa-apa?” Yunho langsung duduk dengan tegak saat mendengar suara Jaejoong yang pelan. ”Kau lelah, hyung?” tanya Jaejoong sambil meletakkan beberapa gelas teh dingin. ”Apa kau sakit?” Jaejoong selesai meletakkan gelas-gelas itu dan memandang wajah Yunho dengan penasaran.

”Umm... Aku tidak apa-apa. Kembalilah ke kamarmu, aku ada pembicaraan penting dengan mereka.” mendengar hal itu, Jaejoong mengangguk pelan dan tersenyum lembut padanya. Yunho membalas senyum itu dan matanya mengikuti langkah Jaejoong yang sudah meninggalkan mereka berlima.

”Kau tidak pernah tersenyum selembut itu pada kami.” desah Junsu dan diikuti anggukan yang lain.

”Huh!! Hentikan itu. Jadi, apa yang ingin kalian ketahui?” tanya Yunho dan tahu kalau hal ini akan sangat panjang.

”Siapa laki-laki tadi? Tidak mungkin kalau dia...”

”Ya. Dia adik laki-lakiku. Aku menjadi brother-complex karena dia. Puas?” sahut Yunho dan menunggu pertanyaan lain.
”Well, aku tidak tahu maksudmu dengan adik laki-laki artinya seperti...” Changmin terdiam selama beberapa detik dan menyambung lagi. ”Aku tidak tahu kalau adik laki-lakimu seperti perempuan. Dia cantik, tidak seperti laki-laki yang biasa...”

”Dia laki-laki, Min. Jangan sampai kau memuji dia cantik di depannya. Dia akan membuatmu menjadi musuhnya seumur hidup.” sambung Yunho. ”Ada pertanyaan lain?”

”Lalu kenapa kau harus pindah? Aku pikir mansion tempatmu sebelumnya cukup besar, dan lebih bagus. Dan kau mempunyai banyak pembantu di sana.” tanya Yoochun.

”Jae tidak suka tempat yang banyak orang.” jawabnya sambil memainkan jarinya.

”Dia yang memintamu pindah?”

”Bukan ’dia’, Kibum. Tapi Jaejoong. Bukan, tapi aku sendiri yang memutuskan.”

”Kalian sangat akrab kelihatannya.” kata Junsu dan menunjukkan senyum terbaiknya pada Yunho. Mendengar hal itu, Yunho hanya mengangkat bahunya dan tidak memberikan reaksi lain. “Jam berapa sekarang?”

“Jam enam sore.”

“Kalau begitu, ayo berangkat hyung.” Kata Changmin dengan cengiran lebar dan menarik Yunho berdiri. “Kau akan mengikuti kami apapun yang terjadi.”

“Ayo kita berangkat!!”

“Yah!! Kalian tidak akan berani!! Lepaskan aku! Aku tidak bisa pergi meninggalkan Jae seperti ini!!” teriak Yunho dan bergeliat dari genggaman Changmin dan Yoochun, dan dia berhasil melepaskannya. “Kalian yang pergi sebelum aku memanggil petugas keamanan!”

“Hyung… Satu malam saja! Kami berjanji kita akan pulang sebelum jam sembilan malam. Dan kita tidak akan sampai mabuk... Ayolah, hyung. Hanya satu malam saja... Kalau tidak, kami akan meminta izin kepada Jaejoong...” tanpa menunggu jawaban, Junsu berlari mencari ruangan yang mungkin saja menjadi kamar Jaejoong.

”Yah!! Kim Junsu!! Kemari kau sebelum...” langkahnya berhenti saat merasakan tangan Changmin, Yoochun dan Kibum menahannya. ”Kenapa dengan kalian bertiga!! Lepaskan aku!!”

”Cepat cari, Su!!” teriak Yoochun saat menyadari kalau Junsu beberapa kali salah masuk kamar, sampai akhirnya dia menemukannya.

”Aku menemukannya!!” tepat saat itu, Yunho berhasil lepas dari genggaman ketiga pria itu, dan berlari menuju kamar Jaejoong.

”Kim Junsu, kau...” suaranya tertahan saat melihat Junsu berhenti di depan pintu dan melihat kamar yang gelap itu. Dia melihatnya dan mendapati kalau Jaejoong sudah telentang di tempat tidurnya dan tertidur dengan wajah malaikatnya. Perlahan, Yunho masuk ke kamar gelap itu dan menutupi tubuh Jaejoong dengan selimut.

”Hyung...” panggil Junsu dengan berbisik. Yunho yang tidak bisa berbuat banyak hanya berjalan pelan mendapati mereka yang berdiri di depan pintu. ”Karena Jaejoong sedang tidur, ini waktu yang tepat untuk kita pergi sekarang.”

”Kalian masih belum menyerah?’
New think grow rich daniel alexander
”Hanya malam ini saja, hyung! Ayolah!!” desah Yoochun dan memohon dengan sangat. Yunho tidak tahu harus bebuat apa. Jika dia meninggalkan Jaejoong sekarang, dia tahu kalau itu sangat buruk. Tapi dia sebenarnya sangat ingin pergi dengan teman-temannya sekarang. ”Tinggalkan saja pesan untuknya.” Yunho terdiam selama beberapa detik. Tapi akhirnya dia mengangguk juga.

Keempat orang itu tersenyum lebar dan menarik Yunho. “Aku kita bersenang-senang!!!”

Melihat mereka berempat yang bersemangat, Yunho hanya bisa tersenyum. Tapi hati kecilnya mengatakan kalau ini akan menjadi sangat buruk. Tapi apa?? Seburuk apa memangnya yang bisa terjadi??

‘Urrgh!! Biarkan saja. Hanya malam ini, Yunho… Hanya satu malam saja, dan semua selesai.’
__Jaejoong POV__
”Berhenti mengikutiku!!” mataku menatap anak laki-laki yang lebih besar dan tua dariku. Dia menatapku dengan mata sinis dan berjalan meninggalkan aku. Dengan langkah pelan dan sesekali hampir jatuh, aku masih mengikutinya dan memanggil namanya. Laki-laki itu berhenti lagi dan lagi-lagi tatapan sinis itu diarahkan padaku. ”Kau tidak mengerti apa yang aku katakan? Berhenti mengikutiku!!” kali ini dia mendorongku sampai aku jatuh ke lantai.

Mataku mulai basah dan tangisan keras terdengar memenuhi rumah besar itu. Omma tidak ada di rumah. Hanya aku dan laki-laki ini saja. Dia masih menatapku dengan sinis, dan tanpa mempedulikan aku dia melangkah pergi.

Tiga tahun kemudian...
Aku mengikuti laki-laki itu lagi. Aku berusaha mengejar punggungnya, dan aku berhasil, walau itu karena aku tersandung sesuatu, membuat tanganku refleks memeluk tubuhnya dari belakang. Laki-laki itu berhenti berjalan dan memutar tubuhnya menghadapku. Kami saling pandang sesaat, dan aku menunggu reaksinya. Perlahan, wajah dinginnya berubah menjadi senyum yang lebar dan dia mengacak rambutku. ”Apa yang kau lakukan di sini, Jae? Ayo kita pergi...” katanya sambil menarik tanganku. Aku balas tersenyum dan senang dengan perlakuan lembutnya padaku. Aku mencintainya...

Delapan tahun kemudian...
Aku merasakan pukul yang keras di pipiku. Pukulan keras dan berhasil membuatku jatuh ke tanah yang kotor. Mereka tertawa, dan kali ini mengambil sebuah tongkat kayu panjang dan memukul tubuhku sekaligus. Aku menjerit dan berteriak, memohon kepada mereka untuk berhenti. Tapi pukulan itu semakin keras saja, membuatku tidak bisa bergerak lagi, dan pasrah.
”Mana abangmu yang akan melindungimu? Mana? Hahaha...” tawa mereka dan sebuah tendangan keras tepat di perutku. Aku menjerit, dan mereka tertawa lebih keras. ”Ayo pergi. Aku bosan melihat wajahnya...” Dan akhirnya mereka pergi.

”Hyung... Kau kemana? Aku merindukanmu...” isakku saat merasakan sakit yang makin keras di seluruh tubuhku. Pandanganku mulai kabur dengan air mata. Luka-luka ditubuhku begitu menyakitkan. Tapi tidak sesakit perasaan sakit hati yang memenuhi hatiku. ”Aku mencintaimu... Aku membutuhkanmu, hyung... Yunho-hyung...” isakku dan menutup mataku dengan kuat. Biarkan... Biarkan aku bisa bersama hyung lagi... Aku mencintainya... Jangan tinggalkan aku hyung... Jangan....
__End POV__

”Hyunggg!!!” Jaejoong berteriak histeris dan langsung bangun dari tidurnya. Keringat yang banyak membasahi bajunya, dan ketakutan memenuhinya. Matanya berkelebat mencari sesuatu di ruangan gelap itu. Napasnya tidak teratur, matanya membulat dan jantungnya berdegup begitu kencang. “Hyung… Kau dimana, hyung…” gumamnya pelan dan berdiri dari tempat tidurnya. Dia hampir saja jatuh, tapi berhasil bertahan dengan berpegangan pada meja belajarnya, tapi alhasil membuat semua barang-barang di mejanya terjatuh.

Termasuk sebuah kertas yang sudah dilipat dengan sangat bagus, pesan bahwa Yunho sedang pergi.

“Hyung…” dia mulai terisak, dan langkahnya begitu lunglai. Sudah berapa kali dia hampir terjatuh. Perasaan sakit dan ketakutan memenuhi tubuhnya. ”Ti.. tidak... O.. Obatku...” dia melangkah ke dapur dan mencari di setiap laci di dapur itu. Membuang semua isinya dengan tangan gemetar dan begitu lemah. Akhirnya, setelah menemukannya, dia berjalan untuk mengambil gelas. Tapi tangannya terlalu lemah.

Gelas itu jatuh dan hancur menjadi kepingan-kepingan kecil. Jaejoong berjalan berusaha menjauhi pecahan kaca itu, tapi dia langsung terjatuh di dekat meja makan. Tubuhnya gemetar dan perasaan takut semakin memenuhi dirinya. ”Hyung... Kau dimana... Hyung...” Lalu, perlahan matanya tidak sanggup terbuka lagi, dan dia pingsan.
”Kami akan meminta maaf padanya, hyung.” desah Yoochun saat melihat Yunho mulai bersikap gugup saat mereka masuk ke dalam lift menuju lantai apartemen Yunho. Sekarang sudah jam 10 malam, dan Yunho tidak tahu setan apa yang membuatnya bisa begitu lama berada di dalam pub itu.

”Kalian memang harus melakukannya!!” teriaknya dan setelah pintu lift terbuka di lantai 9, Yunho berlari menuju apartemennya diikuti yang lain. Yunho membuka pintu apartemennya dengan begitu khawatir. Apartemen itu begitu gelap. Dia hanya bisa melihat cahaya dari arah dapur. Dengan cepat, dia berlari menuju dapur itu dan terkejut saat melihat semua barang-barang di dapur sudah terlempar kemana-mana dan sebuah gelas pecah ada di sana.

“Jae…” desisnya, dan matanya beralih ke arah meja makan dan begitu shock saat melihat Jaejoong pingsan di sana dengan wajah pucat. “Jaejoong… Jaejoong…” jeritnya dan berlari menuju kearah adiknya yang tertidur itu. “Cepat panggil dokter!!” teriaknya sambil mengangkat Jaejoong menuju kamarnya.

Changmin yang begitu terkejut relfeks mengambil handphonenya dan menelepon seorang dokter. Yunho khawatir saat melihat Jaejoong. Wajahnya begitu pucat, dan Yunho menyadari kalau Jaejoong sedang menggenggam sesuatu. Dia mengambil botol obat itu dan tidak kaget saat melihat itu adalah obat penghilang rasa sakit. Hanya saat-saat tertentu Jaejoong akan memakai obat itu.

Ini salahnya karena meninggalkan Jaejoong… Ini salahnya karena mengabaikan adik laki-lakinya itu. ”Maaf, Jae... Maafkan, hyungmu yang bodoh ini... Maaf...” Yunho merasakan sesuatu yang bening membasahi wajahnya.

Well, Jung Yunho... Ini masuk ke dalam seribu kesalahan yang pernah kau lakukan pada adikmu. Bersiaplah untuk penyesalan seumur hidup...

Ghamsahamnidaa for Reading, Leave me your lovely comment, ne^^

pg-15, yunjae, genre:angst, fanfic, gendre:angst, genre:incest

Previous post Next post
Up