Title: I Love You when I Know I Can’t
Author: Giselle
Length: Chapter (10/?)
Genre: AU, Incest, Fluff, Angst, Romance
Rated: PG-15
Pairing: YunJae
Chapter 10:
Jaejoong merasa begitu berat untuk membuka matanya. Kepalanya berdenyut kuat, matanya terasa begitu perih, tubuhnya terasa begitu dingin, dan seperti ada sesuatu yang lain-selain selimut-yang sedang menutupinya. Perasaan lelah dan malas membuatnya merasa tidak perlu untuk membuka matanya. Hanya saja, rasa penasaran tetap saja selalu menang.
Kelopak matanya terbuka perlahan, dan ternyata tidak terlalu sulit saat kamarnya masih lumayan gelap karena lampu tidak menyala dan tirai untuk menyambut pagi ini masih tertutup. ’Sejak kapan aku ada di kamar?’ pikiran itu melintas dengan cepat dan begitu tiba-tiba di benaknya. ’Aku ingat kalau aku masih berada di ruang tamu karena...’ ingatan selanjutnya cepat-cepat dia hapus. Dia memutuskan untuk tidak pernah menangis lagi. Untuk apa dia menghabiskan air matanya hanya untuk sesuatu yang tidak bisa dia peroleh?
Saat tubuhnya ingin segera bangkit, sesuatu yang berat seperti menindih tubuhnya. Jaejoong menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, dan dia merasakan sesuatu yang bidang dan hangat menjadi bantalnya. Dia ingat kehangatan apa ini. Hidung mencoba menangkap aroma dari ’bantal’ tempat dia menyandarkan kepalanya. Dia ingat aroma manly ini. ”Yunho-hyung...” gumamnya parau dan tangannya yang bebas perlahan berjalan melingkar memeluk pinggang hyungnya.
Kenapa Yunho bisa ada di sini? Apa yang terjadi semalam? Pikiran itu memenuhi kepalanya, tapi kembali dia menghapus pikiran itu. ’Aku tidak peduli. Kenapa tidak aku nikmati saja? Lagipula, aku sebentar lagi akan kehilangan kehangatan ini, kan?’ batinnya dan makin kuat memeluk pinggang Yunho dan menguburkan kepalanya di dada bidang pria itu.
”Jae...” suara berat dan sedikit parau itu membuat Jaejoong mengangkat kepalanya hanya untuk mendapati sosok Yunho yang masih memeluknya dan setengah sadar saat matanya sesekali tertutup. ”Kau sudah bangun?” Jaejoong menjawab dengan mengangguk pelan. Kesunyian yang menenangkan dan tidak canggung membuat mereka lebih tenang dalam pelukkan satu sama lain. ”Kau pingsan kemarin malam dan aku mendapati dirimu pingsan di dekat telepon. Kenapa kau bisa pingsan?” kali ini Yunho membawa Jaejoong ke dalam posisi duduk dan mendudukan Jaejoong di pahanya. ”Ada masalah?”
Dia memindahkan tangannya ke leher Yunho dan menguburkan kepalanya di leher pria itu. Kehangatan ini, keintiman ini, kedekatan ini... Jaejoong akan merindukan semua itu. Seandainya waktu berhenti, seandainya dunia ini hancur dalam jam, menit dan detik ini, membiarkan saja mereka tertidur panjang dan membiarkan dirinya tidak jatuh ke dalam kesedihan berkepanjangan ini. ”Entahlah. Aku tidak ingat.” dia menjawab dengan gumaman pelan.
”Kau juga demam dan aku tidur bersamamu karena kau mengigau kemarin malam...” suara Yunho menggantung begitu saja. ’Aku mencintai hyung...’ Kata-kata itu kembali memenuhi pikirannya. Mungkinkah dia harus menanyakan hal itu pada Jaejoong? Apa reaksinya? Dia tidak berani dan begitu ragu untuk menanyakan hal itu secara langsung. ”Kau ingat apa yang kau katakan semalam?”
Jaejoong terdiam selama beberapa detik, membuat Yunho begitu gugup. “Mm.. Tidak. Apakah aku mengatakan sesuatu yang aneh?” Jaejoong serius dia tidak mengingat sama sekali. Baginya hal yang biasa kalau orang demam dan mengigau. Tapi yang membuat dia penasaran, apa yang dia katakan semalam sampai membuat Yunho menanyakan hal itu.
”Tidak begitu penting sebenarnya. Kau hanya... Menggumamkan hal-hal aneh dan tidak aku mengerti. Itu saja.” Yunho berbohong lagi. Kali ini dia mendesah panjang ketika merasakan anggukan pelan dari Jaejoong. Kenapa begitu berat untuk mengungkapkan yang sebenarnya? Apa yang membuat dia begitu takut? Harga diri? Rasa malu? Apakah hanya itu? Bagaimana dengan reaksi Jaejoong? Mungkin itu yang menjadi ketakutan terbesarnya.
”Hyung, kau tidak pergi ke kantor?” mendengar hal itu, kepalanya berputar untuk melihat jam weker kecil di dekat meja belajar Jaejoong. Dan anehnya, dia tidak terkejut ketika melihat jam itu sudah menunjukkan jam setengah tujuh. Mereka sudah hampir terlambat sekarang. Pergi ke kantor, bahkan mengantar Jaejoong ke sekolah.
”Kau masih sakit, aku rasa. Lebih baik kita di rumah saja. Aku akan menelepon sekolahmu dan kantorku. Aku tebak, kau pasti lebih senang berada di rumah.” Dia menyeringai ketika melihat senyuman jahil dari Jaejoong. ”Atau kau lebih senang kalau kita jalan-jalan keluar? Mungkin ke taman bermain, atau ke pantai.”
”Aku akan menyukai hal itu.” Jaejoong melepaskan pelukannya dari Yunho dan tersenyum lebar. Senyum yang berhasil membuat perasaan Yunho melambung tinggi dan begitu tertarik dengan mata lebar dan gelap dari adiknya. ”Aku akan bersiap-siap!!” sahut Jaejoong yang melompat dengan senang dari tempat tidur dan berlari menuju kamar mandi di kamarnya.
’Senyuman terakhirnya untukku.’ Batinnya sambil bangkit dari tempat tidur dan melangkah keluar kamar. ’Setidaknya, biarkan aku menikmati saat-saat terakhir kami bersama.’
~~~~~~~~~~~~~~
”Kau yakin kau tidak merasa sakit?” Yunho ragu untuk berangkat ketika Jaejoong duduk di mobil dengan jaket tebal, sebuah topi rajutan, dan sebuah masker. Dia yakin sekali kalau Jaejoong masih sakit, dan dia ini tidak baik bagi kesehatannya.
”Mm... Hanya jaga-jaga saja. Lagipula, musim gugur seperti ini cuaca tidak mendukung, kan?” tutur Jaejoong dan mulai memakai sabuk pengamannya. Yunho masih ragu selama beberapa detik, tapi akhirnya mulai menyalakan mesin mobil dan perlahan mobil itu mulai menjauh dari gedung apartemen mereka.
Kesunyian yang tidak canggung memenuhi kondisi mobil itu. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Mengisi waktu 25 menit itu dalam diam, menikmati kesunyian dengan pikiran masing-masing, dan tidak perlu memikirkan masalah masing-masing.
“Kita sampai.” Sahut Yunho setelah menghentikan mobil di tidak jauh dari pantai yang sepi, sunyi dan terlihat begitu dingin. Hanya melihatnya sudah membuat Yunho merinding. “Jae, lebih baik kita ke tempat lain saja…”
“Ungg!! Aku sudah lama tidak ke pantai! Jadi biarkan aku menikmatinya hari ini!!” erang Jaejoong, dan tanpa menunggu Yunho, dia berlari keluar dari mobil. Yunho hanya menggeleng dan dengan lebih santai, dia melangkah keluar dari mobil. Seperti dugaannya, udara benar-benar begitu dingin dan membuatnya menggigil. Matanya mencari sosok Jaejoong yang sudah berlari mendekati ombak yang menderu dengan kuat dan cepat.
”Jae!! Jangan terlalu jauh!!” teriaknya, tapi orang yang dimaksud tidak mendengarkan dan hanya tersenyum lebar dan bermain-main dengan air laut setelah melepaskan sepatu boot-nya. Melihat pemandangan itu membuat hatinya terasa begitu hangat. Jaejoong sudah lama tidak tersenyum begitu lebar. Sejak kejadian yang terus terjadi berturut-turut seperti ini, seolah-olah terjadi dengan sengaja, hubungan mereka terasa semakin jauh.
”Hyungg!!! Aku ke sini!!!” teriak Jaejoong dan melambaikan tangannya ke arah Yunho.
Sisanya, mereka bermain dengan senyum dan tawa yang sudah lama tidak mereka lakukan. Bermain air, berteriak-teriak histeris, dan hari-hari seperti itu sudah begitu lama tidak terjadi dalam hidup mereka. Kesenangan ini, senyum ini, kebahagian ini... ’Aku pasti akan merindukan semua ini.’ Batin mereka dalam hati dan berusaha membuang jauh semua kesedihan itu. Hanya sekali ini... Hanya sekali ini waktu mereka untuk bisa menikmati kedekatan ini.
”Kau lelah, Jae?” tanya Yunho ketika mereka sudah begitu lelah bermain dan hanya duduk di atas pasir dan memandang ombak yang sedang bermain-main bersama angin. Jaejoong perlahan menyandarkan kepalanya di bahu Yunho seraya menggeleng pelan. Tapi dia bisa mendengarkan desahan napas panjang.
”Tidak. Aku hanya merasa kalau waktu berjalan begitu lambat.” desahnya dan mulai memainkan jari-jarinya. ”Apakah hyung percaya kalau mesin waktu itu ada?”
”Mesin waktu?” matanya memandang Jaejoong bingung sebelum akhirnya dia tertawa kecil. ”Entahlah. Aku tidak pernah melihatnya dan tidak pernah mendengar tentang penemuan itu. Hal seperti itu hanya ada di film.”
“Dan hyung percaya kalau suatu saat benda itu ada?”
Yunho terdiam selama beberapa saat, membiarkan saja mereka tenggelam dalam suara ombak yang memecah pantai, sebelum akhirnya dia menjawab. ”Aku hanya bisa berharap.” Mereka terdiam kembali. Perlahan Jaejoong mengubah posisinya menjadi bergelung pada tubuh Yunho ketika dia merasa angin semangin kencang menyapu wajahnya. ”Apa aku bilang? Lebih baik kita pulang saja.”
”Tunggu sebentar... Biarkan seperti ini...” Mendengar itu, Yunho tidak bisa berbuat banyak. Tangannya hanya bisa melingkar di bahu Jaejoong dan menariknya lebih mendekat. Lagi-lagi mereka terdiam, dan lagi-lagi mereka menikmatinya. Mungkinkah saat-saat seperti ini bisa menghilang begitu tiba-tiba? Sama seperti angin yang menyapu semuanya yang ada dan membiarkan saja mereka duduk tanpa bisa menikmati kenangan-kenangan lama itu?
’Doushite... Kimi wo suki ni natte shimattan darou... Donna ni toki ga nagaretemo kimi wa zutto... Koko ni iru to, omotteta noni... Demo kimi ga eranda no wa chigau michi...’
Akhirnya, yang menghancurkan momen mereka adalah sebuah handphone. Yunho memberikan tanda kepada Jaejoong untuk menunggu sebentar ketika dia harus berjalan menjawab telepon yang begitu menganggu baginya. Dia mengerutkan alis ketika melihat siapa yang menelepon. “Kenapa, Chun? Aku sedang mengambil waktu liburanku sekarang!” desis Yunho saat mengetahui yang meneleponnya adalah Yoochun.
Jaejoong memandang Yunho, memperhatikan ketika perlahan ekspresi Yunho berubah menjadi ekspresi serius yang selalu dia tunjukkan ketika sedang bekerja. ’Masalah di kantor?’ ”Ayolah... Itu hanya masalah kecil! Aku tidak merasa kalau...” suara Yunho terpotong ketika Yoochun dari ujung sana melanjutkan dan suaranya terdengar begitu khawatir, memaksa dan gugup. ”Apa benar-benar serumit itu?” Yoochun menjawab dari ujung sana. ”Tapi aku...”
”Tidak apa, hyung. Lebih baik kau pergi saja ke sana. Mungkin setelah itu kita bisa pergi makan siang?” sahut Jaejoong dengan senyum kecil dan bangkit berdiri. ”Aku tahu kalau hyung begitu mengkhawatirkan kondisi kantor. Lebih baik kita ke sana dan selesaikan masalah itu.” Yunho tidak bisa memberikan reaksi lain selain tersenyum. Well, dia merasa Jaejoong mulai dewasa sekarang. Tapi karena apa?
”Baiklah, aku akan ke sana. Berapa lama? Setengah jam lagi.” suara teriakan histeris terdengar dari Yoochun. ”Yah!! Aku ada di pinggir kota sekarang! Mengebut?? Dan akhirnya aku berakhir di rumah sakit? Bermimpilah Park Yoochun!!” dan Yunho akhirnya memutuskan sambungan. Mereka sudah duduk di dalam mobil dengan tenang dan memakai sabuk pengaman masing-masing dan bersiap-siap untuk berangkat menuju Jung Corp.
~~~~~~~~~~~~~~
”Apa yang sedang terjadi?” sahut Yunho sambil tetap berjalan mendekati Yoochun dan Changmin yang berdiri di depan pintu utama Jung Corp. Ketika melihat direktur mereka itu, Yoochun dan Changmin langsung menggumamkan ’Akhirnya datang juga’ dan dengan tiba-tiba menarik Yunho. ”Apalagi ini!! Kenapa begitu terburu-buru!!”
”Maaf, hyung!! Tapi ini benar-benar begitu mendadak dan genting! Semua orang tidak bisa melakukannya! Hanya kau yang bisa, hyung!!” sahut Changmin dan menyeret Yunho mendekati lift, menunggu sampai lift itu terbuka.
”Tapi jangan sampai tergesa-gesa seperti itu!! Aku membawa Jaejoong di sini!!” kedua pria itu lantas mengerutkan alis dan berputar ke belakang, dan begitu terkejut saat melihat seseorang yang sedang berdiri dengan wajah begitu penasaran dan bingung. ”Jae, kau bisa menunggu di mobil? Aku yakin ini tidak akan memakan waktu lama.”
”Oh.. Baiklah...”
”Tidak usah!!” kali ini Yoochun memotong dan berjalan mendekati Jaejoong yang terkejut dengan tindakan pria yang masih asing baginya. ”Tidak apa-apa hyung. Lebih baik kalau Jaejoong-ah menunggu saja. Aku yakin masalah ini akan menyita waktumu cukup lama. Lebih baik kalau dia ikut saja.” tanpa Jaejoong dan Yunho sadari, Yoochun sedang memberi tanda pada Changmin, dan pria tinggi itu segera mengerti.
”Benar!! Yoochun-hyung benar! Lebih baik kalau Jaejoong-ah ikut saja. Hyung, mungkin kau bisa membawa Jaejoong-ah ke kantin, membelikan sesuatu padanya? Aku akan pergi dengan Yunho-hyung ke ruangannya.” dan tanpa menunggu jawaban dari kedua belah pihak, mereka sudah berpisah. Tepat saat itu, kedua pintu lift terbuka. Changmin menyeret Yunho ke lift sebelah kiri, dan Yoochun menyeret Jaejoong ke lift sebelah kanan.
”Apa yang terjadi sekarang!!” desis Yunho saat pintu tertutup dan Changmin sudah menekan tombol lantai 10. ”Katakan padaku! Apa kalian sedang merencanakan sesuatu?” matanya menyelidik dan memperhatikan Changmin yang tersenyum gugup dan menepuk bahu Yunho pelan.
”Tenanglah, hyung. Kami bukan merencanakan sesuatu. Kami hanya ingin kau membantu masalah perusahaan. Itu saja.” tapi Yunho sekilas melihat cengiran Changmin. Pasti ada sesuatu yang sedang terjadi sekarang. Tapi dia tidak bisa menebaknya. Mungkin lebih baik dia menunggu dan memastikan apa masalah sebenarnya.
Di sisi lain, di lift Yoochun dan Jaejoong.
”Mm...” Jaejoong mengeluarkan suara bingung sambil memperhatikan Yoochun ragu-ragu. Yoochun memutar kepalanya menghadap Jaejoong, menebak apa yang ada dalam pikirannya. ”Nama anda...”
”Oh! Maaf, aku lupa memperkenalkan diri. Namaku Park Yoochun, Manager Marketing Senior. Kita sudah pernah bertemu sebelumnya, tapi aku lupa memperkenalkan diri.” Jaejoong mengangguk kecil dan menyadari kalau Yoochun masih tersenyum padanya, seolah-olah ingin mengetahui ada hal lain yang ada dalam pikirannya.
”Ada hal lain selain masalah kantor kan, Yoochun-ssi? Kalian sedang merencanakan sesuatu untuk Yunho-hyung kan?” tanya Jaejoong dengan suara rendah dan menyadari kalau pria yang lebih tua itu menatapnya dengan ekspresi terkejut.
”Kau bisa menebaknya?” Yoochun menggeleng pelan dan memperhatikan Jaejoong yang hanya mengangkat bahu. ”Tenang saja, Jaejoong-ah. Kau pasti akan segera tahu.” Pintu lift terbuka, dan Yoochun membawa Jaejoong berjalan pergi meninggalkan lift. Mereka berjalan di koridor yang sepi dan sedikit gelap. Perasaan ragu-ragu dan khawatir membuat Jaejoong ingin sekali berlari pergi meninggalkan Yoochun dan mencari tempat untuk bersembunyi. ”Kita sampai.”
Mereka berhenti di depan sebuah pintu kayu, yang benar-benar tidak terlihat seperti sedang menuju kantin. Lebih terlihat seperti tempat penyimpanan barang-barang. ’Ya ampun! Pria ini akan mengurungku di dalam sini!!’ batinnya dan membuatnya benar-benar ketakutan sekarang. Ketika Yoochun perlahan membuka pintu itu, kakinya bersiap-siap untuk segera berlari, mungkin berteriak juga lebih baik?
”Chunnie!!! Kau terlalu lama!!” suara tinggi dan memekik membuat Jaejoong mengurungkan niatnya untuk kabur. Matanya membelalak lebar ketika melihat orang-orang yang berkumpul di dalam ruangan besar dan mereka seperti sedang sibuk dengan sesuatu, sepertinya ada sebuah perayaan. ”Jaejoong-ah? Adik Yunho-hyung?” pria dengan wajah manis mendekati mereka berdua dan menggenggam tangan Yoochun.
“Yeah. Yunho-hyung sedang jalan dengan Jaejoong-ah. Aku rasa Jaejoong bisa membantu kita.” senyum jahil Yoochun dalam sekejap menular ke pria yang berwajah manis itu. “Jaejoong-ah, perkenalkan. Kim Junsu, pacarku.” Junsu mengulurkan tangannya dan tersenyum lebar.
“Aku pernah bertemu sebelumnya kan?” Jaejoong mengangguk kecil dan memperhatikan ruangan yang lumayan besar itu, mencoba mencari tahu perayaan apa yang sedang mereka siapkan ini. “Kau penasaran tentang ini?” mendengar itu membuatnya mengangguk kecil, dan lagi-lagi senyum kecil tersungging di bibir kedua pria yang baru dia kenal itu.
“Hyung!!! Aku sudah menyiapkan… Jaejoong-ah?” kali ini pandangan mereka beralih ke arah seorang pria yang lebih pendek dan memegang sebuah kain berwarna merah.
“Jaejoong-ah, pria ini namanya Kim Kibum. Pacar dari Shim Changmin. Pria yang tadi mengantar Yunho-hyung, kau ingat?” sahut Yoochun saat memperhatikan Jaejoong membalas uluran tangan Kibum dengan tersenyum tipis. Ahh, dia ingat pria tinggi itu. Tapi bukan itu yang menjadi pokok pikirannya sekarang. Yang ingin dia tahu, apa yang sedang terjadi sekarang.
”Bolehkah aku tahu acara apa ini?” pertanyaan Jaejoong lagi-lagi membuat ketiga pria itu menyeringai lebar. Matanya memperhatikan ketika Junsu memegang salah satu sisi dari kain yang sedang Kibum pegang. Perlahan, mereka menarik kain itu, membuatnya terbuka lebar dan menunjukkan apa yang tertulis di kain itu.
”Kami merayakan hal ini.” sahut Jaejoong dan menepuk bahunya pelan. ”Dan aku yakin, kau sebagai adik dari Yunho-hyung pasti akan sangat cocok untuk membantu kami dengan semua ini.” senyum lebar Yoochun membuatnya merinding. Jantungnya berdegup kencang dan dia menggigit bibirnya begitu kuat.
’Tidak... Jangan lagi...’ isaknya dalam hati sambil berusaha tersenyum pada ketiga pria yang memandangnya dengan senyum lebar mereka. ’Jangan lagi...’
~~~~~~~~~~~~~~
”Aku tidak melihat ada yang salah di sini.” gumam Yunho ketika memeriksa sebuah laporan yang ada di tangannya. Tangannya mulai mengambil berkas lain dan kembali memeriksanya. Tidak ada yang salah, dan semua berjalan dengan mulus tanpa kendala. Jadi apa yang terjadi sebenarnya?
”Tidak mungkin! Kami yakin pasti ada sesuatu...” suara Changmin tertahan ketika pintu diketok dan terbuka pelan. Wajah Yuri muncul di sana, dan seperti mengisyaratkan sesuatu pada pria tinggi itu. ”Mm... Aku akan mencari di berkas lain. Tunggu sebentar hyung...” dan setelah itu, dia ditinggalkan sendirian di ruangannya.
”Aku mencium sesuatu yang aneh di sini.” gumamnya dan kembali memeriksa berkas-berkas itu. Pikirannya kembali ke Jaejoong. Benar, kemana Yoochun membawa adik laki-lakinya itu? Kenapa begitu lama? Seharusnya Jaejoong sudah ada di dalam ruangannya sekarang. Pintu diketok kembali, dan kali ini dia menduga kalau akhirnya Yoochun bersama Jaejoong muncul. Tapi tidak sesuai dengan dugaannya. ”Ara-ah?”
”Yun-ah.” sahut wanita itu dan berjalan pelan mendekati Yunho yang berdiri di depan mejanya. ”Ada masalah? Katanya ada sedikit masalah dalam kontrak kita.” mata mereka bertemu selama beberapa detik, dan dengan cepat menghindari satu sama lain. Ingatan tentang ciuman mendadak itu kembali muncul dalam benak mereka.
“Masalah?” Yunho berusaha bersikap profesional dan kembali memasang wajah serius. Dia tidak boleh memasukkan masalah pribadi ke dalam pekerjaan. “Siapa yang mengatakannya?”
“Mm… Seseorang dari karyawanmu.”
Mereka terdiam selama beberapa saat. “Shit!! Semuanya sudah direncanakan!!” desis Yunho, dan melangkah cepat menuju pintu depan. Ara yang tidak mengerti berusaha mengejar Yunho dan mencengkram tangannya, hanya untuk menahan pria itu.
“Bisakah kau menjelaskan sesuatu? Aku tidak mengerti apa yang sedang terjadi sekarang.” sahut Ara yang begitu penasaran dengan ekspresi serius Yunho.
”Mereka...”
”SELAMAT ATAS PERTUNANGANNYA!!!!!!!!” sontak, semua seperti terhenti. Yunho dan Ara menatap kerumunan orang-orang yang sudah berdiri di depan pintu, dengan sebuah kue besar, spanduk merah yang berisi ucapan selamat, dan apa pun itu yang biasanya ada di ketika sedang merayakan sesuatu. Tapi masalahnya, Yunho sadar kalau tidak ada yang perlu dirayakan saat ini.
”Selamat hyung!! Kami benar-benar senang akhirnya kau mempunyai pasangan.” ucap Yoochun yang sudah berdiri di sampingnya dan menepuk bahunya.
”Selamat Mr. Jung... Aku sangat senang dengan pertunanganmu.” Yuri tersenyum lebar pada Yunho seraya memberikan sebuket bunga pada Yunho dan Ara yang masih berdiri mematung.
”Hyung... Kami ucapkan selamat!!!” Kali ini Junsu, Kibum dan Changmin berteriak bersama-sama. Selanjutnya dia bisa mendengar ucapan selamat dari karyawan yang lain.
”....Ini...”
”Apa hyung?? Kau mengucapkan sesuatu?”
”SIAPA YANG MENYIAPKAN SEMUA INI!!!” suara teriakkan yang keras, dan berhasil membuat semua orang terdiam. Wajahnya memerah dan kekesalannya sudah mencapai ubun-ubun. Rasanya dia bisa saja membuat semua orang di perusahaan ini di pecat hari ini juga.
”Nngg... Mr. Jung DongWoon?” itu yang dikatakan oleh Changmin, dan membuatnya berteriak histeris.
“KELUAR!!! KELUAR SEMUANYA!!! JANGAN SAMPAI AKU MELIHAT SEMUA KEKACAUAN INI LAGI!!” semua karyawan tahu, mereka cukup diteriaki satu kali, dan mereka akan melakukannya. Semua akhirnya pergi, meninggalkan Yunho yang berusaha mengatur napasnya dan Ara yang masih berdiri mematung di tempat dia berdiri tadi. ”Beritahu aku...” katanya dengan napas tersengal. ”Kapan... Pertunangan ini diputuskan? Aku bahkan belum memberikan jawabanku...” desis Yunho dan memandang Ara sinis, membuat wanita itu ketakutan.
”Aku tidak tahu. Tapi... DongWoon ahjussi mengatakan kalau semuanya akan jadi dalam waktu singkat.” ucap wanita itu takut-takut, dan ketakutannya semakin nyata ketika Yunho kembali berteriak. ”A... Aku akan pergi sekarang...” dan tanpa menunggu jawaban Yunho, Ara pergi.
”Pria tua itu... Dia sengaja melakukan hal ini!!” desisnya dan melempar tubuhnya ke sofa di ruangannya. ”Dia tahu... Aku tidak akan bisa membantahnya!!” dia merasa matanya mulai basah, dan ketakutan menyapu seluruh tubuhnya. Ketakutan akan apa yang terjadi pada dirinya jika ayahnya tahu kalau dia menolak dan kesal akan pertunangan ini.
Tapi yang jelas, satu hal yang ingin dia ketahui bagaimana reaksi Jaejoong. Itu alasan utama kenapa dia kesal. Hanya itu, dan dia tidak bisa menjelaskan dengan kata-katanya sendiri. Dia takut dengan reaksi Jaejoong. ”Sekarang dimana anak itu...” desisnya dan makin kuat mencengkram tepi-tepi sofa itu. ”Jae... Seandainya kau tahu perasaanku yang sebenarnya...” Yunho tidak bisa menahan dirinya untuk menangis sekarang. Perpisahan semakin jelas untuk mereka berdua lihat. Berpisah, apakah hanya itu akhirnya pilihan mereka?
~~~~~~~~~~~~~~
Jaejoong membasahi wajahnya dengan air ketika dia berdiri sendirian di dalam kamar mandi. Dia masih berada di dalam Jung Corp, dan dia juga berhasil menghindar dari permintaan Yoochun, Junsu dan Kibum.
“Bisakah kau berdiri paling depan dan kau yang pertama sekali mengucapkan selamat kepada pasangan itu?”
Dengusan pelan keluar dari bibirnya. Untuk apa dia memberikan selamat ketika dia tahu kalau dia harus menatap orang yang paling dia cintai bersama orang lain. Memikirkan hal itu lagi-lagi membuatnya menangis. Matanya kembali basah oleh air mata dan isakkan pelan terdengar jelas di dalam kamar mandi itu.
Mereka tidak punya alasan untuk bersama lagi. Pertunangan itu akan menjadi perpisahan mereka untuk selama-lamanya. Karena dia tahu, suatu saat, cepat atau lambat perasaan ini harus mengambang juga. Meninggalkan semuanya dan harus membuatnya menderita dengan semua kesedihan ini. Tapi haruskah dengan jalan perpisahan?
’Berpisah? Haruskah berpisah? Hanya itukah pilihan kami? Tahukah hyung kalau aku mencintaimu begitu dalam? Kenapa aku tidak punya kesempatan menjadi orang yang mendampingimu selamanya? Apa karena status konyol ini? Seandainya aku bisa membuang semuanya...’
*To Be Continue*
A/N: Kpanjangan kah??? Jgn mrah y... tngan author na nie yg jhil!! please, jgn mrah, ok??^^
Tmbhan, author nkat posting crta di winglin dlam b.ing!!!XD
ILUwIKIC(jdul ff nie) udah ada di winglin dlam b.ing... please check it, n klu b'knan tngglin komen jg gpp koQXD... Tp grmmar Q bruk bgt... Klu ada reader yg b'knan jd beta Q, plis blank ja... Q t'rma dgn tngan t'buka koQ... oh y, jgn da yg mrah klu da kta2 yg slah... blum smpat d priksa chap ne...
Comment please^^
credit@artsyasiancrew.co.nr especially LustLikeUnlike · Comment ·
Share