Fic : I Love U When I Know I can't Eleven

Feb 07, 2011 19:05


Okay,time to update,mianhae saia org sibuk jd susah bwt onlen ^^
lets check it out,dear....*padahal tinggal copy duank hahahaah*

Title: I Love You when I Know I Can’t

Author: Giselle

Length: Chapter (11/?)

Genre: AU, Incest, Fluff, Angst, Romance

Rated: PG-15

Pairing: YunJae


Chapter 11:

__FLASHBACK__

”Umma...” Yunho berlari kecil dan menerobos masuk ke dalam mansion besar keluarganya. Beberapa pelayan yang sedang bekerja tersenyum kecil dan membungkuk memberi salam. Dia baru saja pulang dari sekolahnya dan begitu tergesa-gesa menemui ibunya. Seorang pria tua muncul tiba-tiba dan membuatnya terjungkal jatuh karena menabrak orang yang lebih tua dan lebih besar darinya. ”Aucchh...”

”Oh, saya minta maaf, tuan muda Yunho.” pria tua itu dengan sigap membantu Yunho berdiri dan merapikan pakaiannya. ”Saya tidak melihat anda tadi.”

”Tidak apa-apa paman John. Aku yang salah karena berlari di tengah rumah.” laki-laki kecil itu tersenyum lebar dan mendapatkan tepukan pelan di kepalanya. ”Paman John, apakah kau melihat umma?”

”Nyonya besar? Saya ragu, mungkin nyonya sedang berada di ruang kerja Tuan besar.” jawab kepala pelayan itu sambil mencoba mengingat.

”Terima kasih, paman John!! Sampai nanti!!” Yunho kembali berlari melewati koridor mansion yang luas itu. Senyum lebar mengembang di wajah anak-anaknya dan dia begitu bersemangat, membuat semua pelayan tidak bisa mengabaikan senyum itu. Kakinya berhenti di depan sebuah pintu kayu yang mewah dengan ukiran-ukiran unik dan selalu berhasil membuatnya ingin kembali ke dalam ruangan itu. Tanpa merasa perlu mengetok pintu ruangan itu, tangan kecilnya membuka pintu besar itu perlahan, dan pertama kali yang dia temui adalah tumpukkan buku-buku yang tertata rapi di dalam rak-rak buku yang begitu banyak dan nyaris menyentuh langit-langit ruangan besar itu.

Matanya menjelajah ruangan itu selama beberapa saat dan kembali tersenyum ketika melihat punggung seorang wanita yang sedang melihat dari jendela besar di ruangan itu. Setengah berlari, dia memeluk wanita itu dari belakang. ”Umma... Aku mendapatkan nilai seratus untuk pelajaran matematika. Aku sudah berusaha keras, dan aku sudah belajar keras seperti yang umma katakan.” dia menunggu selama beberapa saat reaksi dari wanita itu.

Tapi ini tidak biasanya. Yang dia ingat, ibunya akan segera memeluknya, menciumnya dan memuji dirinya. Tapi wanita ini tidak memberikan reaksi sama sekali. Yunho kecil hanya merasakan tubuh ibunya bergetar dengan sangat kuat, dan isak tangis pelan bisa dia dengar. Perlahan tangan kecilnya pergi meninggalkan pinggang ibunya dan bergeser sedikit untuk melihat apa yang terjadi. Dan dia begitu terkejut saat melihat mata ibunya sudah basah oleh air mata. ”Yunnie...” ucap ibunya parau ditengah isak tangis itu.

”Ya, umma...” sahutnya dengan hati hancur begitu melihat ibunya menangis. Ini kali pertama dia melihat ibunya menangis. Dan perasaan sedih dan penasaran meliputinya dan sangat ingin bisa menghapus air mata ibunya dan mengetahui alasan wanita itu menangis.

”Jangan pernah...” erang ibunya pelan, ketika udara begitu diperlukan ditengah air mata yang terus mengalir tanpa henti. ”Jangan percaya... appamu lagi...” dan terakhir tapi bukan akhir segalanya, ibunya jatuh berlutut dan memeluknya begitu erat. Tangisan ibunya pecah di sana. Tangisan yang begitu pilu dan membuat Yunho perlahan ikut menangis

~~~~~~~~~~~~~~

”AKU MEMINTA PENJELASANMU!!!!” teriak Solbi keras dan setengah menangis sambil melempar beberapa lembar foto di atas meja. Matanya memerah dan membengkak karena terus menangis. Tapi yang membuatnya semakin sedih, saat harus mendapati suaminya hanya duduk dengan tenang tanpa menunjukkan ekspresi gentar sama sekali. ”APA MAKSUD DARI FOTO-FOTO INI!!!”

”Wanita itu temanku. Kami bertemu dan kami memutuskan untuk berbicara bersama.” jawab DongWoon datar dan benar-benar tidak peduli dengan apa pun yang diucapkan istrinya. ”Solbi... Kau terlalu khawatir. Aku tidak memiliki hubungan lebih dari berteman dengan wanita ini.” DongWoon menekankan kata-kata itu dan memperhatikan wajah Solbi yang memerah karena kesal dan dadanya yang naik turun hanya untuk menahan amarahnya.

“AKU TIDAK PERCAYA!! MENEMUI TEMAN LEBIH DARI DUA KALI?? FOTO-FOTO INI MENUNJUKKAN KALAU KALIAN SUDAH BERTEMU LEBIH DARI DUA KALI!!!” wanita itu sudah tidak bisa menahan amarahnya lagi. Perasaan sakit hati, kecewa dan terluka menjadi alasan utama baginya untuk marah. Dia tidak bisa lagi mempercayai DongWoon. Pria ini sudah melukainya lebih dari segala hal yang sebelumnya pernah pria ini lakukan.

”Apa masalahmu, Solbi?” desah DongWoon panjang tanpa mengganti ekspresi tenangnya. ”Aku juga sering melakukan pertemuan dengan rekan bisnis wanita lebih dari dua kali, dan sebelumnya kau tidak pernah semarah ini. Dan apa yang membuatmu sampai sekesal ini?”

”WANITA ITU HAMIL, DONGWOON!!! HAMIL!!!”

Kali ini DongWoon terdiam dan Solbi berusaha mengatur napasnya. Melihat suaminya yang sudah terdiam, baginya semua ini sudah jelas. ”Bayi dalam kandungan wanita itu... Bayi itu... Dia anakmu kan?? Kalian sudah berselingkuh di belakangku, kan??” sambil tetap berusaha mengatur napasnya, dia memperhatikan ekspresi DongWoon yang kini mengeras dan terlihat sedikit gugup. Dan bagi Solbi, akhirnya semua jelas. ”Aku akan pergi. Kelihatannya sepuluh tahun ini tidak berhasil membuatmu bisa mencintaiku sepenuhnya. Aku akan pergi bersama Yunnie.”

”Kau tidak boleh membawa Yunho pergi.” Suara yang dingin dan begitu keras membuat suasana di ruangan besar itu semakin mencekam. “Yunho akan menjadi penerus Jung Corp. suatu saat nanti.”

“Kau bisa memakai anak dari wanita itu.” dengus Solbi dan memutuskan untuk berjalan keluar dari ruangan itu. Tapi langkahnya tertahan ketika sebuah tangan kuat dan besar mencengkram tangannya terlalu kuat, membuat wanita itu meringis kesakitan. ”Lepaskan aku!!! Kau tidak berhak menahanku pergi!!!”

”Jangan coba-coba membawa Yunho pergi. Aku tidak akan membiarkan ahli warisku pergi dan hanya menjadi orang yang tidak berguna di masa depan kelak!!” suara dingin DongWoon nyaris membuat Solbi mengurungkan niatnya, tapi dia tidak bisa selamanya seperti ini. Suatu saat, cepat atau lambat, dia memang harus pergi meninggalkan suaminya dan membawa Yunho pergi.

“Umma….” Suara tangisan tiba-tiba membuat perkelahian pasangan itu terhenti sesaat hanya karena mendapati seorang anak laki-laki kecil berlari mendekati mereka dan berusaha melepasakan Solbi dari DongWoon. “Appa!! Lepaskan umma!!” Yunho berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan tangan DongWoon, tapi apalah artinya kekuatan dari seorang anak kecil.

“John!!!” teriak DongWoon, dan dalam tidak sampai satu menit, pria tua itu muncul dengan sigap dan sekilas wajahnya terpaku pada posisi keluarga kecil itu. Rasa iba ketika melihat sang nyonya besar sedang menatap sedih anak laki-lakinya, sang tuan muda yang berusaha melepaskan cengkraman ayahnya, dan sang tuan besar yang begitu sombong dan merasa dirinya yang paling benar. “Bawa Yunho pergi dari tempat ini, dan kurung di dalam kamarnya. Jangan sampai Yunho keluar dari kamar kecuali dia harus bersekolah, dan empat orang bodyguard harus ada di sampingnya, dan jangan biarkan Solbi menemui Yunho!!”

”Ba.. Baik tuan besar!” perintah sang kepala keluarga tidak bisa dibantah, sekalipun hati kecilnya tidak tega melakukan semua itu. Kakinya dengan cepat mendekati perkelahian keluarga itu, menarik Yunho yang berusaha lepas dari cengkraman tangannya, dan menarik anak laki-laki itu pergi menjauh.

Yunho mulai menangis lagi ketika John membawanya menjauh dari ruangan kerja DongWoon, ketika mereka baru berjalan beberapa langkah, sebuah suara tamparan keras dan teriakan terdengar nyaris di seluruh mansion besar itu. John makin tidak sanggup ketika mendengar tangisan sang tuan muda semakin keras, dan dia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa.

Kepala pelayan itu hanya tahu beberapa hal. Pertama, keluarga ini sedang berada di ambang kehancuran. Kedua, cepat atau lambat, Nyonya besar Solbi harus pergi dari rumah ini. Ketiga, dia harus melindungi tuan muda Yunho. Jangan sampai anak ini harus mengalami trauma dengan semua perkelahian ini. Tapi yang dia harapkan hanya satu. Jangan sampai keluarga ini harus hancur.

~~~~~~~~~~~~~~

”Nyonya, ada seorang tamu.” mata Solbi terbuka cepat ketika dia sedang duduk santai di halaman belakang rumahnya yang luas. Pipinya yang putih mulus menunjukkan bekas tamparan yang membiru dan terlihat begitu menyakitkan. Matanya bengkak dan ekspresi sedih masih tidak hilang di sana. John begitu iba melihat penderitaan sang nyonya besar.

”Aku akan segera ke sana.” jawab wanita itu parau dan bangkit dari tempat duduknya dan berjalan tergopoh-gopoh menuju ruang tamu. Tapi yang mengejutkan di sana adalah, ketika dia melihat siapa yang berdiri di sana. ”Kau...”

Wanita dengan sebuah baju terusan putih dan sedang duduk dengan nyaman, ditambah perut yang membuncit, sekitar lima bulan, bangkit berdiri dengan cepat dan membungkuk pelan. ”Selamat siang, Mrs. Jung.” sapa wanita itu dengan senyum tipis. Solbi yang melihatnya hanya mendengus pelan dan memasang wajah menuduh dan jijik pada wanita hamil itu.

”Apa yang kau lakukan disini? Aku kira kau sudah puas setelah menghancurkan kehidupan pernikahanku.” tutur Solbi sarkastrik dan tidak memperdulikan ketakutan wanita yang lain. ”Kau ingin aku bercerai dengan suamiku?”

”Tidak seperti itu.” sahut wanita itu cepat. ”Aku hanya ingin menjelaskan sesuatu...”

”Tidak ada yang perlu dijelaskan. Aku sudah muak dengan semua ini!!” jerit Solbi akhirnya setelah dia menahan dirinya untuk tidak berteriak. ”Kau dan DongWoon sama saja!! Apa yang kalian mau? Aku pergi dari rumah ini? Dan setelah itu kalian akan berpesta pora karena aku sudah pergi? Itu yang kalian mau? Baik, aku akan melakukannya!!”

Solbi sudah tidak sanggup lagi bertahan dengan penderitaan ini. Dia muak, dan dia begitu takut untuk menjalaninya lagi. Setelah sepuluh tahun bertahan dengan pernikahan paksaan dengan DongWoon, akhirnya harus berakhir dengan perceraian. Tidak. Dia tidak harus melakukan perceraian, karena semua itu hanya membuatnya semakin sedih dan larut dalam sakit hati tidak berkepanjangan. Satu cara saja, dan semuanya akan selesai.

Dia berlari dengan cepat menuju ruang kerja DongWoon. Mengunci pintunya, dan tertawa histeris. Kakinya berlari cepat menuju meja kerja suaminya dan membongkar setiap laci-lacinya, sebelum akhirnya dia menemukan yang dia cari. Perlahan, dengan tangan gemetar, Solbi membawa benda itu ke kepalanya dan menahan napasnya selama beberapa saat. “Maaf, Yunnie, umma harus pergi meninggalkanmu sendirian…” jarinya menarik pelatuk pistol itu perlahan, dan yang terdengar adalah suara letusan keras, dan matanya perlahan tertutup. Perpisahan yang cepat dan dia tidak perlu menderita lagi setelah ini.

~~~~~~~~~~~~~~

“Yunho…” Dia tidak menggubris tangan besar dan kuat yang mencengkram bahunya dengan begitu kuat. Dia tidak peduli dengan gerimis yang tidak berhenti turun sejak tadi pagi. Dia juga tidak peduli dengan tanah yang kotor yang membasahi jas hitamnya. Semua orang telah pergi. Semua orang yang menangis, berpakaian hitam, dan orang-orang yang sudah meletakkan bunga tanda belasungkawa. “Ayo kita pulang…”

“Biarkan aku di sini…” sahutnya pelan dan menyentuh batu nisan yang terukir dengan indah di tanah itu. ’Telah beristirahat dengan tenang, Jung Solbi di sini.’ Itu isi batu nisan itu. Mungkin dia masih terlalu kecil dengan semua hal ini. Tapi tidak jadi masalah. Dengan hal-hal sebelumnya, membuatnya dirinya semakin mengerti, dan membuatnya tahu dia harus bersikap seperti apa sekarang. Ibunya tidak pernah beristirahat dengan tenang. Kematian yang tragis, dan dia yakin kalau istirahat dengan tenang bukan kata-kata yang cocok. ’Istirahat dengan penuh rasa benci dan dendam’, itu lebih cocok kelihatannya.

”Ayo kita pulang, Jung Yunho!!” DongWoon dengan kasar menarik Yunho pergi meninggalkan pemakaman itu. Dia bersyukur Yunho tidak banyak melawan. Lebih baik Yunho menjadi anak yang pendiam daripada terus menangisi kepergian ibunya. Lebih baik Yunho membencinya daripada menjadi anak yang terus mengalami trauma. Lebih baik Yunho menjadi seperti dirinya, walaupun dia tidak sepenuhnya ingin Yunho menjadi seperti itu.

~~~~~~~~~~~~~~

Yunho tidak mengubah ekspresinya ketika pesta pernikahan kecil itu sedang berlangsung. Dia lumayan terkejut ketika melihat ayahnya tersenyum begitu lebar selama pernikahan itu. Senyum yang tidak pernah ayahnya tunjukkan pada dia dan ibunya dulu. Dan wanita itu, sekarang menjadi Jung SoHee, begitu beruntung menjadi orang yang bisa memiliki pria dingin itu, pria yang sebenarnya memilki kehangatan yang begitu dalam.

Dia memperhatikan perut SoHee yang begitu besar dan dibalut dengan gaun pernikahan putih. Delapan bulan. Tiga bulan setelah Solbi meninggal, pernikahan ini terjadi begitu saja. Senyum tipis dan dingin terbentuk di bibirnya. ’Semua ini seolah-olah sudah direncanakan dengan begitu baik.’

”Yunho-ah, kau tidak apa-apa? Dari tadi kau tidak menyentuh makanannya sama sekali. Apakah tidak sesuai dengan seleramu?” SoHee tersenyum lembut padanya ditengah resepsi pernikahan di halaman belakang mansion Jung. Semua tamu begitu bersenang-senang dengan acara ini. Tapi tentu saja, kecuali Yunho. Dan hal ini membuat SoHee khawatir.

”Tidak. Aku tidak apa-apa.” hanya itu jawabannya sebelum dia bangkit dari kursinya dan berjalan meninggalkan SoHee. Dia begitu ingin melihat bagaimana anak yang akan lahir nanti. Mungkin dia bisa membalaskan dendam ibunya lewat anak itu? Pikiran jahat muncul dalam benaknya. ’Tidak apa-apa menunggu selama beberapa waktu. Karena setelah itu akan memuaskan diriku dengan balas dendam ini.’

~~~~~~~~~~~~~~

”Hyung...” dia benci ketika mendengar suara kecil, pelan dan lembut itu. Dia benci ketika dia harus memutar tubuhnya dan mendapati dirinya harus berhadapan dengan wajah cantik itu. Dan dia begitu benci harus melihat ekspresi wajahnya yang begitu berharap penuh padanya.

“Jangan memanggilku ‘hyung’!! Aku bukan hyungmu, dan aku benci melihatmu! Menyingkir dariku!!” teriak Yunho dan berjalan pergi meninggalkan anak yang mulai menangis itu. Tapi kenapa hati kecilnya begitu sedih mendengar tangisan itu. ’Urrgh!! Hentikan Yunho! Dia itu adalah orang yang membunuh ibumu! Untuk apa kau merasa kasihan!!’ batinnnya dan berusaha tidak mendengar suara tangisan yang makin keras itu.

~~~~~~~~~~~~~~

Yunho kesal melihat sikap manja Jaejoong. Dan karena kesal, akhirnya dia menuangkan segelas air yang ada di tangannya, membuat sekujur tubuhnya basah. Tawa rendah keluar dari bibirnya ketika Jaejoong mulai menangis dan menggigil kedinginan. Beberapa pelayan yang melihat keadaan itu segera membawa Jaejoong pergi ke kamarnya.

’Itu lebih baik! Aku muak melihat wajah anak itu!’ senyum kecil tersungging di bibirnya karena puas sudah membuat Jaejoong menangis. Tapi semua tidak berhenti sampai di situ.

Dua hari kemudian, dia harus bergumul dengan perasaan bersalah. Jaejoong sakit. Dan itu karena dirinya. DongWoon dan SoHee akan pulang beberapa hari lagi. Dan dia tidak bisa membayangkan bagaimana reaksi DongWoon ketika tahu apa yang telah dia lakukan pada Jaejoong.

”Jaejoong...” bisiknya ketika dia perlahan membuka pintu kamar itu. Ruangan itu gelap, dan suara napas yang berat dan terdengar begitu kesakitan membuatnya semakin bersalah. Yunho masuk dan berjalan mendekati tubuh yang tergolek lemas di atas tempat tidur king-size itu. Jaejoong tertidur dengan tubuh yang penuh keringat, kompres di dahinya, dan wajahnya begitu merah karena demam.

Matanya memperhatikan ruangan besar itu, dan sedetik itu juga perasaan bersalah dan menyesal memenuhi perasaannya. Bagaimana mungkin anak usai 7 tahun harus tinggal di dalam kamar besar seperti ini, dan tidak ada ornament-ornament yang menunjukkan kalau ini kamar anak usia 7 tahun?? Kamar ini malah begitu menakutkan dan dia yakin kalau Jaejoong selalu ketakutan dan kesepian ketika berada di dalam kamar ini.

Tangannya berjalan menyusuri wajah Jaejoong. Begitu panas, dan perasaan kasihan makin dalam meliputinya. ”Jaejoong... Maafkan aku sudah bersikap kasar padamu selama ini...” Tidak Jung Yunho!! Kau tidak boleh meminta maaf seperti ini! Ini bukan seperti dirimu yang seharusnya balas dendam akan kematian ibumu! Ini bukan kau! Cepat pergi dari kamar terkutuk ini dan...

”Yunho hyung...” mendengar suara parau itu membuat pikirannya kembali pecah. Matanya mendapati kalau Jaejoong sudah bangun dengan napas tersengal dan terlihat begitu kesakitan. ”Kau menemaniku??” Dia ragu harus menjawab apa. Karena setelah itu yang dia rasakan adalah genggaman kuat di tangannya. ”Aku mohon... Jangan tinggalkan aku... Aku tidak ingin hyung membenciku... Please hyung...”

”Tidak akan, aku tidak akan meninggalkanmu lagi.”

Dan setelah itu, pikiran untuk membalas dendam sudah terhapus dari pikirannya. Detik itu juga, dia memutuskan bahwa yang harus dia lakukan adalah menjaga Jaejoong. Hanya itu saja, dan semua perasaan kesal ini bisa dia hapus dengan begitu mudah.

__END FLASHABACK__

Malam semakin larut. Kedua insan itu bergulat dengan pikiran masing-masing. Mereka benci harus melakukan perpisahan. Tapi mereka sendiri tahu kalau suatu saat perpisahan itu akan datang. Mereka dua orang yang tidak bisa bersama. Dan selalu ada orang yang menjadi perantara mereka untuk berpisah. Cepat atau lambat, perasaan ini harus mereka kubur. Kesalahan mereka, mencintai orang yang mereka tahu tidak boleh mereka cintai.

”Selamat tinggal...” ucap mereka berdua parau. Mata mereka nanar dan begitu sedih. Perpisahan semakin dekat, dan tinggal menghitung jam saja sepertinya.

”Aku akan pergi.”

*To Be Continue*

yunjae, genre:angst, fanfic, genre:incest

Previous post Next post
Up