Title: I Love You when I Know I Can’t
Author: Giselle
Length: Chapter (15/15 + Epilog)
Genre: AU, Incest, Fluff, Angst, Romance
Rating: PG-15
Pairing: YunJae
Chapter 15:
Hari pernikahan....
”Cantik sekali....” Ara tersenyum tipis dan memperhatikan ibunya dan SoHee yang tersenyum lebar ketika melihatnya selesai dengan semua persiapan untuk pernikahan ini. Gaun putih panjang yang mengembang ke bawah, sebuah cadar putih yang menutup wajahnya, dan sebuah karangan bunga di tangannya. Dia cantik... Tentu saja. Apalagi ketika make-up yang lembut menyapu setiap sudut wajahnya, dan rambut panjangnya digulung keatas dan beberapa hiasan rambut yang membuat sang mempelai wanita benar-benar mempesona.
”Terima kasih umma, ahjumma...”
”Aku tidak sabar ketika kalian akhirnya akan mengucapkan janji setia di gereja dan akan segera menjadi suami istri...”
Malah sebenarnya hal itu yang paling ingin Ara hindari. Matanya memperhatikan ketika jam di dinding berdetak menunjukkan kalau tinggal beberapa menit lagi pernikahan akan dilangsungkan. Dadanya berdetak kencang dan tidak henti-hentinya dia berdoa agar sesuatu terjadi dan pernikahan ini bisa dibatalkan begitu saja.
Ya, Ara sekarang menyesal dengan sikapnya. Dia sadar kalau dia telah menghancurkan dua hati dan dua hati itu kini sedang terluka dengan sangat berat. Ingin sekali meminta maaf, tapi semua sudah terlambat. Tinggal menghitung menit, dan akhirnya dia akan menyandang nama Jung.
’Ayolah... Kau pasti bisa melakukan sesuatu...’ keluhnya dalam hati dan matanya tidak berhenti menatap jam di dinding ruang tunggu mempelai wanita. Ara mengangguk pelan ketika SoHee dan ibunya pamit ingin memberi salam kepada beberapa tamu. Sekarang, dia sendiri di ruang tunggu itu. Ara bangkit berdiri dengan pelan, berusaha tidak menghancurkan gaun putih yang membalut tubuhnya. Dia harus melakukan sesuatu. Tentu saja memang harus... Dia tidak boleh menikahi Yunho. Dia tidak bisa menghancurkan hati Yunho dan Jaejoong. Mereka harus bersama. Tapi bagaimana caranya...
”Aku akan pergi ke ruangan Yunho. Aku akan menjelaskan semuanya...” gumam Ara tiba-tiba. Terlalu tiba-tiba lebih tepatnya. Perlahan, Go Ara membuka pintu ruang tunggunya dan menyadari kalau koridor ruang tunggu gereja itu begitu sepi. Tidak ada siapa-siapa. Well, kelihatannya dia akan berhasil. ”Ruang tunggu Yunho kalau tidak salah... Di ujung koridor...” dan dengan langkah cepat, tapi tetap hati-hati untuk tidak merusak gaun pernikahannya, Ara menyusuri koridor itu, berdoa agar dia belum terlambat. Semoga saja... Semoga saja semuanya memang belum terlambat, sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi.
~~~~~~~~~~~~~~
Yunho tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat di cermin. Seorang pria tampan berdiri di sana. Mulai dari atas sampai ke bawah, katakan saja SEMPURNA. Dengan rambut coklatnya yang disisir kebelakang, sebuah jas putih, vest coklat dan kemeja putih, celana putih, sepatu putih... Well, kapan seorang Jung Yunho tidak terlihat sempurna??
Tapi Jung Yunho sekarang tidak menyukai penampilannya. Dia benci penampilan ini, dan dia benci akan dirinya sendiri sekarang. Matanya hanya memandang jam dinding sekilas, karena tahu semua akan terjadi terlalu cepat.
Jaejoong... Jarak mereka berdua kali ini begitu jauh, dan nyaris tidak bisa dia raih lagi. Ketika jarak itu nyaris bisa mereka hapuskan, kali ini semakin jauh... malah terlalu jauh. Kelihatannya harapannya kali ini sudah hilang.
Yunho berbalik dari kaca besar di ruang tunggunya dan berjalan mendekati meja kecil di ruangan itu. Sebuah amplop dan kertas berada di sana, terbuka dan nyaris robek, ketika Yunho pertama kali membaca surat itu. Surat perpisahan dari Jaejoong untuknya. Mungkin kalian bisa menebak apa isi surat itu. Tentu saja... Hanya kata perpisahan, betapa Jaejoong mencintainya, betapa dia menyesal dengan perpisahan ini, dan apapun itu. Tapi kesimpulan yang bisa Yunho ambil, tentu saja itu adalah akhir dari hubungan mereka.
”Kelihatannya ada mempelai laki-laki yang sedang bersedih...”
Sudah lama atau tidak terlalu lama dia tidak mendengar suara ini. Yunho memutar kepalanya untuk memastikan siapa yang berada di ujung pintu. Well, tebakannya tentu saja tepat. Pria itu berdiri di sana dengan sebuah setelan jas hitam dan senyum tipis yang menghiasi wajahnya. Perlahan, pria itu masuk dan menutup pintu dan berjalan mendekati Yunho. ”Apa kabar?”
”Hey, Leeteuk-ssi...” sahut Yunho lelah dan balas tersenyum tipis. Dokter itu hanya mengangkat bahu dan duduk dengan nyaman di sofa di ruang tunggu itu.
“Aku tidak terkejut ketika seminggu yang lalu aku mendapatkan surat undangan pernikahanmu. Mungkin aku bisa menebaknya.”
”Kau cukup mengenal keluarga kami, kan?” Yunho menarik sebuah kursi dan duduk di sana. Kembali Leeteuk mengangkat bahu dan tersenyum tipis. ”Aku pikir kau masih ada di Seoul.”
”Well, aku tidak bisa melewatkan pernikahan keluarga yang selama ini berada di bawah penangananku, kan?”
”Kenapa menemuiku di sini? Apakah ada pembicaraan khusus?”
”Tidak juga. Hanya bertanya-tanya. Kemana perginya pasien tetapku.”
Yunho terdiam di tempat dia duduk dan mata mereka berdua bertemu selama beberapa detik. ”Aku mengerti...” desah dokter itu panjang akhirnya. ”Aku tidak akan bertanya-tanya lagi. Aku hanya penasaran saja. Lagipula, aku tidak berpikir kalau kalian akan berpisah sebenarnya...”
Mendengar kalimat terakhir membuat Yunho mengangkat alisnya penasaran dan memperhatikan ketika Leeteuk hanya duduk dan memandang keluar dari jendela besar di belakang sofa tempat dia duduk. ”Kau mengetahui sesuatu kan, Leeteuk-ssi?”
”Aku? Tentu saja tidak.” jawabnya pelan dan tersenyum tipis. ”Aku bukan mengetahui sesuatu Yunho-ssi... Tapi aku mengetahui segala sesuatu.”
”Dan mengenai apakah itu? Apakah benar-benar begitu penting?”
”Lumayan...”
Mendengar jawaban itu membuat Yunho tiba-tiba saja merasa kesal. Leeteuk sedang bermain-main sekarang. Yeah, dokter itu sedang bermain-main dengan dirinya. “Pergilah, Leeteuk-ssi. Aku sedang tidak ingin bermain-main.”
Leeteuk terdiam di tempat dia duduk dan memperhatikan ketika Yunho dengan ekspresi lelah menatapnya dan seolah memberikan bahasa isyarat untuk menyuruhnya pergi. “Maaf, Yunho. Aku bukan bermaksud bermain denganmu.” Sahutnya pelan dan berjalan mendekati tempat Yunho duduk dan menepuk bahunya perlahan. ”Aku hanya... Merasa kasihan dengan dirimu karena harus menikah dengan orang yang tidak kau cintai.”
Well, dokter ini benar-benar tahu cukup banyak. Yunho mengangkat kepalanya cepat dan memandang tidak percaya ekspresi iba Leeteuk. “Ba-bagiamana kau tahu?”
“Aku sudah mengatakan padamu… Aku tahu banyak hal.”
”Tapi...”
”Ok, now... Yunho-ssi. Listen to me, ok?” Leeteuk menarik nafas panjang dan berjongkok di depan Yunho yang masih duduk dan menyentuh kedua tangannya. ”Mungkin aku memang bukan seorang dokter psikolog... Tapi kau harus percaya kalau keluarga kami sudah bertahun-tahun dipercayai sebagai dokter pribadi keluargamu, dan aku mempunyai semua catatan medis tentang keluarga kalian.”
”Dan...”
”... dan sebelum aku masuk ke topik yang sebenarnya, aku hanya ingin bertanya. Kau dan Jaejoong-ssi saling mencintai kan?”
”Well... Kelihatannya kau memang tahu segalanya.”
”Bukan hanya itu, Yunho-ssi... Aku tahu lebih daripada itu!! Aku tahu sebuah fakta yang bisa membuat kalian bersama untuk selamanya!!” desak Leeteuk, seolah memaksa Yunho untuk berpikir cepat dan menduga apa yang selanjutnya akan keluar dari bibirnya. Tapi tidak ada, dan Yunho bertambah bingung, terlihat dari ekspresinya.
“Fa-fakta?? Fakta apa? A-aku masih tidak mengerti…” sahut Yunho pelan dan bimbang. Leeteuk menarik nafas panjang dan bangkit berdiri. Kali ini dokter itu mengambil sebuah amplop coklat dari dalam jas hitamnya dan memberikannya pada Yunho. “Apa ini?”
“Baca, dan kau akan mengerti.”
”Shit!! Leeteuk, jangan bermain-main denganku!! Langsung ke intinya saja!!” jerit Yunho dan melempar amplop itu ke lantai dan memandang Leeteuk yang tiba-tiba saja berjalan mendekatinya dan mencengkram kedua bahunya dan balas menatapnya tidak sabaran.
“Kau dan Jaejoong tidak ada hubungan darah!!”
~~~~~~~~~~~~~~
“Kau dan Jaejoong tidak ada hubungan darah!!”
Satu kalimat itu cukup membuat seorang Go Ara berjalan kembali ke ruang tunggunya. Cukup... Semua ini sudah terlalu banyak baginya. Dia tidak peduli lagi dengan apa yang akan terjadi. Ohh... Matanya terasa sangat panas dan sesuatu yang basah memenuhi kelopak matanya.
”Ja-jangan menangis bo-bodoh...” isaknya pelan sambil berjalan lunglai di koridor menuju ruang tunggunya. ”Ja-jangan menghancurkan make-up mu... Ha-hanya masalah ke-kecil... Hanya masalah kecil...”
Apakah Ara tidak terlihat kasihan kali ini??
~~~~~~~~~~~~~~~
”Hentikan bermain-main denganku.”
”Huh? Aku sedang serius, Jung Yunho. Kau pikir kalau aku tidak menyadari kalau kalian saling mencintai sejak dulu, sejak pertama kali aku mengambil alih pekerjaan ayahku, aku tidak akan menolong kalian!! Aku bisa saja merahasiakan ini, karena Mr. Jung memang sengaja menyembunyikan hal ini!!”
Semua keluar dengan bebas dari bibir Leeteuk, meninggalkan bekas sendiri di hati Yunho. Dia dan Jaejoong tidak bersaudara? Ayahnya memang sengaja merahasiakan ini? ”Tapi... Kenapa... Bukankah SoHee... Lalu ibuku...” pikiran Yunho seolah tidak bisa fokus pada satu titik. Tidak, Jung Yunho bukan orang yang seperti ini. Dia tipe orang yang bisa dengan cepat fokus pada sesuatu... Bukan seperti Jung Yunho yang ini, orang yang tiba-tiba saja tidak bisa lagi memikirkan apa yang ingin dia katakan.
”Solbi, ibumu, meninggal dengan cara bunuh diri. Tapi lebih daripada itu, semua karena salah paham!! Saat itu, SoHee hamil, tapi bukan dari DongWoon.”
Yunho tetap duduk dalam kegalauan hatinya. Dia tidak bisa memberikan komentar sama sekali, dan memandang lantai dengan tatapan kosong, sedang pikirannya berusaha mencerna apa yang sedang dibicarakan oleh Leeteuk. ”Lanjutkan...” bisiknya, tapi cukup membuat Leeteuk kembali membuka mulutnya.
”DongWoon memang mencintai SoHee. Tapi dia tahu kalau saat itu SoHee sedang mengandung anak dari suaminya yang telah meninggal. Percayalah, ayahmu saat itu bukan bermaksud untuk menceraikan Solbi. Dia hanya ingin membantu SoHee dengan memberikannya pekerjaan dan tempat tinggal. Tapi Solbi memandang semua kejadian itu dari sudut pandangnya, dan kematian Solbi tidak bisa dielakkan lagi.”
”Salah paham? Jadi semua ini salah paham? Kau tidak bercandakan, Leeteuk?? Semua ini benarkan?” sahut Yunho cepat dan berjalan meninggalkan bangkunya dan mengguncang tubuh Leeteuk. Dokter itu mengangguk mantap dan terlihat begitu serius dengan apa yang baru saja dia katakan.
”Memang hanya salah paham. Tapi kau juga tahu, dimana-mana salah paham selalu menghasilkan hal-hal yang buruk.” Yunho melepaskan cengkramannya dari Leeteuk dan terjatuh lemas ke sofa. Ekspresi yang tadi sangat cerah itu perlahan berubah menjadi ekspresi sedih dan kecewa, membawa tanda tanya pada Leeteuk. ”Aku pikir fakta baru ini bisa membuatmu bersemangat.”
”Bersemangat?” tawa palsu mengalir bebas dari bibir Yunho. Mata coklatnya seolah berubah menjadi hitam karena kekesalan, kenapa kebahagiaan selalu terasa manis diujung tapi berakhir dengan pahit dibelakang sana? Dia tidak pernah bisa merasakan kebahagiaan dalam waktu yang sangat panjang kelihatannya. ”Apa gunanya kau memberitahukan hal ini sekarang, Leeteuk-ssi? Kau tahu kalau sebentar lagi aku akan menikah.”
“Mm… Well, kau bisa saja kabur kan?”
”Dan membuat keluargaku malu? Tidak akan. Keluarga Jung mempunyai kebanggaan yang terlalu tinggi.”
”Oh man.. Kau sudah menghancurkannya sejak kau pertama kali jatuh cinta pada adikmu sendiri, yeah, walau bukan adik kandung sebenarnya.”
”Dan aku tidak tahu kenapa pikiran ini muncul begitu tiba-tiba. Tapi aku tidak bisa membuat Ara menanggu terlalu banyak kesedihan dari semua hal-hal buruk yang sudah aku lakukan pada wanita ini. Dia terlalu baik sebenarnya.”
Leeteuk terdiam ketika memperhatikan Yunho sibuk sendiri dengan pikirannya. Pria ini terlalu baik. Kenapa memikirkan orang lain ketika dia mempunyai kesempatan untuk berbahagia? Apakah dia tidak pernah belajar kalau dunia ini begitu keras, dan untuk tipe seperti Jung Yunho akan sangat mudah untuk dimusnahkan dari dunia ini.
”Lakukan yang menurutmu itu terbaik bagimu. Aku di sini hanya untuk memberitahukan fakta yang ada. Tapi Yunho-” Leeteuk menahan kalimat yang ingin dia keluarkan, dan berjalan mendekati pria yang masih duduk dengan wajah sedih itu. Melingkarkan lengannya dan memeluknya begitu kuat dan nyaris membuat Yunho tidak bisa bernafas. ”-sekali-kali pikirkan tentang kebahagiaanmu juga.” dan akhirnya Leeteuk pergi meninggalkan Yunho sendirian.
Yunho menatap nanar pintu tempat Yunho pergi. Pria itu tidak tahu apa yang ada di pikirannya. Yunho sudah begitu muak dengan kesedihan yang ada di dunia ini. ”Aku sudah terlalu kecewa dengan kata ’kebahagiaan’, Leeteuk-ssi...” gumamnya pelan dan menguburkan kepalanya di telapak tangannya sambil berusaha meredam kekecewaan dalam hatinya.
~~~~~~~~~~~~~~
Lonceng bel gereja seolah menghancurkan setiap sendi-sendi tulangnya. Berdiri di depan altar kudus ini seolah membuat setiap lapisan kulitnya meleleh. Memandang tamu-tamu ini nyaris membuat dia pingsan di tempat. Tapi yang lebih menyakitkan adalah ketika melihat Ara berjalan masuk ke dalam gereja.
Dengan gaun putih itu, tentu saja dia terlihat begitu cantik dan mempesona. Cadar putih itu tidak akan bisa menyembunyikan kecantikkan gadis itu. Tapi lebih dari itu semua, dia nyaris menangis ketika tahu kalau yang akan dia nikahi bukan orang yang dia cintai. Jung Yunho harus berakhir dalam penderitaan.
”-sekali-kali pikirkan tentang kebahagiaanmu juga.”
Dan semua terjadi otomatis begitu saja. Yunho yang sedari tadi berdiri dalam kegugupan akhirnya tersenyum. Matanya menjelajahi setiap sudut gereja itu dan menemukan Yoochun, Junsu, Changmin dan Kibum ada di sana, tersenyum padanya sambil memegang sebuah handycam dan kamera. Di kursi paling depan sebelah kanan, tempat keluarga mempelai laki-laki, DongWoon dan SoHee duduk dengan senyum yang mengembang lebar. Perasaannya, atau apa pun itu, dia yakin melihat SoHee menangis.
Dan akhirnya sang mempelai wanita beserta ayahnya sudah berdiri di depannya. Seperti setiap pernikahan tradisional di gereja, ayah Ara meletakkan tangan anak perempuannya di atas tangan Yunho, mencengkramnya pelan dan memberikan senyum ’aku-percaya-padamu’ kepada Yunho. Dan pernikahan ini akhirnya resmi di mulai.
”Aku mengerti Yun-ah.” Yunho menahan nafasnya selama beberapa saat dan memutar kepalanya menatap Ara yang berdiri mantap di depan sang pastor yang sedang bersiap-siap dengan pengucapan janji setia pernikahan ini. Tapi wanita itu hanya menunjukkan ekspresi yang tidak akan bisa Yunho pahami.
”Sebelum kita memulai pernikahan sakral ini, apakah ada yang tidak bersedia jika kedua insan ini bersatu?” sang pastor mulai membuka suaranya, tapi tentu saja, tidak akan ada yang memberikan reaksi dengan kalimat itu. Yunho hanya tersenyum tipis, berusaha membayangkan jika ada orang yang memang tiba-tiba saja datang dan menjerit kalau pernikahan ini memang seharusnya tidak terjadi.
”Kalau begitu, kita akan segera memulai pernikahannya. Kita berkumpul di sini untuk melakukan sebuah pernikahan sakral...” dan bla, bla, bla. Yunho tidak terlalu menangkap apa yang sang pastor bicarakan. Pikirannya melayang. Kenapa tidak langsung ke janji setia? Lebih cepat lebih baik bagi jiwa dan pikirannya sendiri.
”Jung Yunho, apakah kau berjanji akan setia kepada istrimu dalam suka dan duka, dalam kesenangan dan kesakitan, sampai maut memisahkan kalian?”
”Saya bersedia.” Yunho nyaris saja tertawa detik itu. Tidak terlalu berat juga. Kenapa selama ini dia berpikir kalau mengucapkan dua kata itu akan terasa begitu sulit? Sangat mudah... Malah dia nyaris saja mengucapkan kata itu berulang-ulang.
”Go Ara, apakah kau berjanji akan setia kepada suamimu dalam suka dan duka, dalam kesenangan dan kesakitan, sampai maut memisahkan kalian?”
”Saya...”
~~~~~~~~~~~~~~
”Pernikahannya sekarang kan?” Jaejoong memutar kepalanya dan menemukan ekspresi khawatir HyoJoo. Jaejoong hanya tersenyum tipis dan mengangguk pelan. ”Kau tidak ke sana?”
”Aku lebih memikirkan tentang acara ini.” sahutnya pelan dan kembali membaca script dialog di tangannya. Mereka berdiri di atas sebuah panggung di auditorium yang sangat besar. Di setiap sudut tempat itu selalu ada orang yang begitu sibuk dengan persiapan pentas besok. Tirai merah besar, kostum-kostum, peralatan untuk pentas, bagi Jaejoong semua terlihat begitu menarik untuk diperhatikan.
“Aku akui kau mencintai panggung dan dunia sandiwara ini.” HyoJoo mengikuti Jaejoong yang duduk di tepi panggung untuk beristirahat. ”Tapi aku lebih tahu kalau kau lebih mencintai pria bernama Jung Yunho. Lebih dari hidupmu sendiri, Jae.”
”Berhenti membicarakan dia, HyoJoo. Hanya besok, dan aku akan pergi meninggalkan kota yang menyedihkan ini.”
Ah, tapi Jaejoong sadar dengan apa yang sudah dia katakan. Kapan dia bisa melupakan pria yang sudah memiliki kunci hatinya itu? Mungkin ketika dia memutuskan untuk mati. ’Aku merindukannya...’
~~~~~~~~~~~~~~
”Maaf. Aku tidak bisa.” Semua orang bersedekap tidak percaya. Suasana khidmat di gereja dalam detik itu berubah menjadi riuh. Semua memandang seseorang yang berdiri di depan altar itu tidak percaya, termasuk Yunho yang seolah merasa kalau Ara sudah mengucapkan kata paling salah di dunia, kata paling tabu dan paling tidak boleh diucapkan saat pernikahan ini.
Yunho berusaha mengambil kesempatan dengan mengedarkan pandangannya. DongWoon dan SoHee tidak kalah kaget dengan semua orang, tapi tentu saja diatas semua itu yang paling terkejut adalah orang tua Ara. Termasuk ibunya yang nyaris saja pingsan.
”Kenapa, Ms. Go? Apakah ada yang salah dengan pernikahan ini?” sang pastor berusaha bersikap rasional dan memperhatikan ketika Ara menarik nafas panjang dan menarik paksa cadar yang menutup wajahnya, dan melempar begitu saja buket bunga di tangannya. Kembali orang-orang bersedekap tidak percaya.
”Aku ingin mengatakan kalau... Kalau pernikahan ini tidak seharus terjadi. Tidak!! Semua ini benar-benar salah. Aku tidak bisa... Aku tidak bisa menikahi pria ini!!” Ara tidak segan-segan menunjuk Yunho, yang membelalak matanya dan tidak bisa mengatakan apa-apa lagi.
”Ara-ah...”
”Dengar Yun-ah...” desah Ara pelan dan membawa kedua pipi Yunho kedalam tangannya, membuat mata mereka bertemu selama beberapa saat dan Yunho bisa melihat air mata di sana. ”Kau berhak bahagia. Tentu saja kau berhak bahagia. Ini waktunya kau mencari kebahagiaanmu sendiri... Aku mencintaimu, tapi aku tahu kalau kita tidak akan bisa bersama. Aku harap kau bisa berbahagia dengan orang yang kau cintai.”
”Ara-ah.” Yunho kembali terdiam ketika merasakan wanita itu memeluknya dan membasahi jas putihnya. Tidak masalah. Dia bahkan tidak segan balas memeluknya dan membisikkan kata terima kasih berulang-ulang di telinga wanita itu.
”Jung Yunho!! Apa yang sedang terjadi sekarang?” mereka melepaskan pelukan itu ketika mendengar teriakkan DongWoon. Baru kali ini Yunho merasa tidak takut mendengar teriakkan ayahnya. Dia tidak takut, dan balas menatap ayahnya sendiri.
”Aku hanya melakukan apa yang harus aku lakukan. Dan aku tidak ingin kalau hidupku harus berakhir dalam sebuah kesalah pahaman, sama seperti yang terjadi pada ibuku.” Di sana DongWoon terdiam, dan tidak bisa memberikan reaksi sama sekali. Kali ini Yunho mengalihkan pandangannya ke arah SoHee yang bingung dengan apa yang sedang terjadi. ”SoHee, walaupun sampai sekarang aku masih tidak bisa menerimamu, tapi aku hanya ingin mengucapkan terima kasih. Terima kasih untuk semua kebaikannmu.”
'Terima kasih untuk sudah melahirkan Jaejoong. Orang yang pertama kali bisa aku cintai dengan tulus.' tambahnya dalam hati.
”Terima kasih, Ara. Aku tidak tahu apa yang bisa aku lakukan tanpamu.” Yunho kembali menatap Ara dan mengecup pipi wanita itu cepat, dan merasakan rasa asin di sana. Yunho tersenyum tipis dan mengusap air mata itu dengan menggunakan jarinya.
Bebas. Akhirnya Yunho bebas. Lebih daripada itu, dia akhirnya bisa menemui orang yang paling dia cintai di dunia. Kaki panjangnya tidak ragu untuk berlari menuju pintu keluar gereja. Tapi yang mengejutkan adalah ketika melihat siapa yang ada di depan sana.
”Leeteuk-ssi?” gumamnya bingung, dan mengedarkan pandangannya, melihat Yoochun, Junsu, Changmin dan Kibum. ”Kalian... apa yang kalian lakukan?” Tapi Yunho kembali terdiam ketika Leeteuk memberikan sebuah kunci di tangannya. ”Ini..”
”Pergilah, kejar cintamu. Kau pantas bersama Jaejoong.”
”Selamat berbahagia, hyung...” sahut mereka berempat kompak dan membuka pintu pengemudi di mobil sport hitam miliknya.
”Aku yakin kau akan segera menemuinya...”
Dan detik itu, Yunho sudah melaju cepat meninggalkan halaman gereja. Kebahagian ada di depannya. Dan tidak akan ada yang bisa merebut kebahagiaan itu. Tidak dengan siapa pun yang ada di dunia ini. Tenang saja... Dia akan segera datang dan menjemput sang pemilik kunci hatinya.
”Leeteuk-ssi... Apakah kau masih tidak ingin memberitahu apa yang sedang terjadi sekarang?”
Opps, kelihatannya Yunho sudah menemukannya.
Mobil menepi dengan begitu tiba-tiba. Membuat laki-laki yang berada di kursi penumpang belakang menjerit kecil. Apakah dia sedang bermimpi? Sambil melepaskan sabuk pengamannya, Yunho memutar tubuhnya kebelakang dan berusaha meyakinkan dirinya kalau apa yang akan dia temui nanti bukan mimpi. Tapi memang bukan mimpi. Orang itu ada di sana, duduk dengan tenang, tapi yang membuatnya sedikit berbeda adalah kain hitam yang menutupi matanya.
”Ya ampun!! Kenapa begitu tiba-tiba!!” jerit Jaejoong dan otomatis membuka kain hitam yang menutupi matanya. Dia nyaris memarahi dan menjerit kepada Leeteuk, tapi bibirnya terasa begitu kelu ketika melihat siapa yang sedang mengendarai mobil. ”Yunho-hyung...”
”Jae...”
Kedua saling menatap tidak percaya. Air mata memenuhi kebahagiaan mereka. Tidak peduli dengan kondisi kalau mereka masih berada di mobil, kedua berpelukkan sangat erat, erat dan dipenuhi dengan rasa rindu. ”Kita akan selalu bersama... Itu janjiku padamu, Jae... Apapun yang terjadi kita tidak akan pernah berpisah. Kau percaya padaku, kan?”
”Aku percaya... Aku juga berjanji tidak akan meninggalkan hyung lagi... Aku mencintaimu, hyung...”
”Aku juga mencintaimu...”
’Aku mencintaimu ketika aku tahu aku tidak bisa... Itu hanya pikiranmu kan? Siapa yang tahu? Karena aku tahu kalau akhirnya aku bisa mendapatkan orang yang paling aku cintai di dunia... I Love You cause I Know I Can Love You....’
__THE END__
Epilog---------> Next ^^