Gadis Berkerudung Merah (Indonesia fic)

Oct 01, 2010 11:24

author : peiluvjae
Genre : humor, fantasy
length : one-shot (1,116 words)

A/n: this fic was written in Indonesia laguage. this is a non yaoi fic. Actually this fic didn't have any pairing because i made it just for fun dedicated to my beloved 'daughter'. so this fic really random. XD just read it for fun, okay? ^^v

Gadis berkerudung merah


Not-a-long-long-time ago in the not-far-far-away forest tinggallah seorang gadis kecil bersama mamanya di sebuah gubuk yang imut.
Nama gadis kecil itu adalah Achen, begitulah dia dipanggil sejak masih dalam kandungan mamanya, Yan the Great. Namun seiring waktu ia dijuluki Achen the Red oleh para penghuni hutan karena sejak kecil achen selalu memakai mantel merah dan juga kerudung merah, maklum itu satu-satunya yang bisa dibuatkan mamanya dengan alasan malas. Tapi Achen anak yang berbakti jadi ia pun tidak pernah mengeluh.
Suatu hari, saat Achen pulang ke gubuk dengan keranjang penuh buah-buahan hutan, Yan the great memanggilnya.
"Ada apa, mama?" tanya Achen sambil meletakkan keranjang di atas meja kayu dan menghampiri mamanya.
"Achen sayank, nenekmu jatuh sakit. beliau sekarang sedang istirahat di tempat tidur." kata mamanya.
"Benarkah? Kasihan nenek, sudah tua." kata Achen dengan sedihnya.
"Benar. Maukah kamu membantu nenek? Do me a favor please, dear." kata mamanya yang berdarah indonesia-inggris.
"Tentu saja, mama. Apa yang harus Achen lakukan?" tanya Achen dengan bersemangat. Benar-benar anak berbakti.
"Mama sudah menyiapkan obat. Masukkan lah obat itu dalam keranjangmu bersama buah-buahan dan antarkan ke tempat nenekmu."
"Oke, mama." Achen mulai bersiap-siap. Ia memasukkan obat ke dalam keranjangnya seperti yang disuruh dan menutupnya dengan sehelai kain merah. (Sisa kain saat membuat kerudungnya)
"Mama, Achen pergi sekarang." Ia menenteng keranjangnya dan menghampiri Yan the great.
"Hati-hati y, nak. Di hutan menuju tempat nenek banyak hewan licik, kamu harus berhati-hati terutama pada serigala." pesan mamanya.
"Baik, mama." Achen cipika cipiki sama mamanya.
Dengan keteguhan hati untuk membawakan obat dengan selamat pada neneknya, Achen memulai perjalanannya. Ia membuka pintu gubuk.
"Tunggu Achen!" seru mamanya dengan tergesa-gesa.
"ada apa,ma?" Achen berbalik.
"Jangan lupa pulang petik lah pisang di perjalanan untuk mama." pinta Yan the Great dengan senyum manisnya. (Hueekk)
".....Baik, ma. Achen pergi." tapi sebelum melangkah keluar, ia berbalik lagi, "sebelum Achen benar-benar berangkat, apa ada yang ingin mama pesan lagi?" Benar-benar anak berbakti.
"Hmmm...kalo ketemu gerobak burger di tengah jalan, minta tolonglah penjualnya untuk membuat pisang yang kau petik jadi pisang bakar. Cokelat tabur yang banyak ya, nak." tambah Yan the great.
"Baik, ma. Cokelat yang banyak." ujar achen sambil mengangguk tanda mengerti.
Setelah itu Achen benar-benar berangkat menuju gubuk neneknya. Perjalanan ke gubuk nenek biasanya memakan waktu sekitar 20-30 menit. Tapi bila naik becak, hanya butuh 10 menit. Sayang hari ini tidak ada becak yang nongkrong jadi mau tak mau achen harus jalan kaki.
Di tengah perjalanan, Achen berhenti untuk memetik pisang. Beruntung hari masih pagi jadi ia tidak takut akan bertemu dengan penghuni pohonnya, si kunti yang rambutnya acak-acakan. Ia selalu heran kenapa si kunti tidak pernah menyisir rambutnya. Apa ia tidak punya sisir? Hmm...
Setelah memetik pisang, ia melanjutkan perjalanan. Achen bertemu dengan gerobak burger seperti yang diharapkan mamanya. Ia menghampiri penjualnya yang sedang duduk di atas batu.
"Abang penjual burger?" tanya Achen tidak percaya soalnya yang ada di hadapannya adalah seorang pria tampan gagah perkasa.
"Iya, namaku Yunho si penjual burger." Pria itu berdiri, tubuhnya sangat tinggi sampai achen harus mendongak melihatnya.
"Yunho? Wow.." Achen terkesima, namun lehernya capek terus melihat ke atas.
"Ada apa, gadis kecil?" Yunho memamerkan deretan giginya yang putih kinclong.
"Tolong buatkan pisang bakar ya. Ini pisangnya." Achen memberikan pisangnya pada Yunho.
"Oke, kalo begitu harganya 5ribu ya."
"Hah? Kenapa hargany tetap 5 ribu? Achen kan pake pisang sendiri?"
"Meskipun ini pisang yang kau petik sendiri, tapi aku tidak bisa pilih kasih itu tidak adil untuk pisang jualanku, jadi harganya tetap." Yunho menjelaskan.
"Baiklah benar juga katamu. Kalau begitu Achen akan balik untuk mengambilnya. Sekarang Achen harus melanjutkan perjalanan, tidak bisa berlama-lama."
"Oh, kamu mau kemana?"
"Ke gubuk nenekku. Beliau sedang sakit jadi Achen bawakan obat."
"Wah, kamu anak yang berbakti. Hati-hatilah pada serigala." Yunho mengingatkan.
"Baik." Dengan begitu Achen melanjutkan kembali perjalanannya.
Tanpa sepengetahuan mereka, seorang serigala dari tadi menguping pembicaraan mereka. Serigala Yoochun sangat licik. Begitu mendengar cerita Achen, serigala itu langsung mendapat ide.
"Hehehe...aku akan mendahuluinya ke tempat neneknya dan menyamar." ujar Serigala Yoochun dengan senyum sinisnya.
Achen terus berjalan dan akhirnya sampai juga ke gubuk neneknya. Ia masuk dan meletakkan keranjang di atas meja.
"Nenek? Nenek Changmin!" Achen berteriak memanggil neneknya.
"Nenek disini, nak..." terdengar suara parau dari arah tempat tidur.
Achen segera menghampiri neneknya tanpa curiga.
"Nenek, kenapa rambut nenek beda dengan kemarin?" tanya Achen melihat rambut neneknya yang agak panjang.
"Nenek baru saja extension, nak." sahur neneknya, sebagian wajahnya ditutupi selimut.
"Lalu kenapa warnanya beda juga?"
"Nenek sekalian nge-cat. sudah bosan dengan warna yang putih." sahut neneknya lagi dengan tawa parau yang agak mengerikan.
"Oh...kenapa nenek semakin pendek? Kaki nenek harusnya sangat panjang."
"Karena...AKU BUKAN NENEKMU!" si Serigala yang menyamar menerkam Achen.
"Kyaa~! Tolong tolong tolong!" suara jeritan Achen terdengar sampai keluar gubuk.
Seorang pemburu yang kebetulan lewat berhenti ketika mendengar teriakan dari dalam gubuk nenek Changmin. Karena khawatir ia menerobos masuk sambil mengacungkan senapan.
"S-STOPP..!!!" maaf bahasa inggrisnya pas-pasan.
"Om Junsu! tolong!" seru Achen ketika melihat pahlawannya tiba.
"Hei, Yoochun! Lepaskan dia!" Tanpa ba bi bu, Junsu menembakkan pelurunya ke arah si Serigala.
"AArgGH!" pelurunya mengenai wajah serigala dan menebarkan bau busuk. Tidak tahan dengan baunya, si Serigala memuntahkan isi perutnya, termasuk nenek Changmin.
"Nenekkk!" achen berlari menolong neneknya.
"Ada apa ini?!" Dokter yang ingin memeriksa nenek Changmin tiba.
"Dokter Jaejoong!" Achen membantu dokter membaringkan Changmin di tempat tidur.
Sementara itu, Serigala Yoochun sudah kabur. Junsu si pemburu tidak sempat mengejarnya.
"Tolong ambilkan obat." pinta dokter Jaejoong.
Achen segera mengambilkan obat dari mamanya. Nenek Changmin meminumnya dan langsung sembuh seketika.
"Obat ini sangat mujarab. Kamu dapatkan dari siapa?" tanya Dokter Jaejoong penasaran.
"Dari mama, dok." sahut Achen apa adanya.
Karena nenek sudah sembuh dan hari mulai gelap, Achen memutuskan kembali ke gubuknya. Junsu si pemburu juga sudah kembali ke pondoknya sementara dokter Jaejoong berniat menemui Yan the great.
Di perjalanan kembali, Achen kembali menemui Yunho penjual burger. Pisang bakarnya sudah jadi dari tadi dan sekarang sudah dingin.
"Siapa namamu cantik?" goda Yunho sambil mengedip-ngedipkan matanya pada Jaejoong.
"Geez, saya ini laki-laki, goblok." Jaejoong menyahut dengan ketus.
Achen membayar pisang bakarnya dan Yunho langsung cabut dengan gerobaknya karena (tatapan mematikan dari Jaejoong) hari sudah gelap.
"Pisang itu untuk siapa?" tanya dokter Jaejoong.
"Untuk mama. Beliau nitip pisang bakar."
Begitu sampai di gubuk, Achen berlari masuk mencari mamanya. Melihat Achen pulang, Yan the Great merasa senang dan memeluk anaknya.
"Nenek sudah sembuh, ma." ujar Achen.
"Syukur lah. Mana pisang mama?" tagih mamanya.
Saking asyik menikmati pisang bakarnya, Yan the Great tidak menyadari kehadiran dokter Jaejoong yang sedang menatapnya dari tadi.
"Mama, ini dokter Jaejoong yang membantu nenek." ujar Achen.
Yan the Great barulah sadar ada tamu. Apalagi setelah melihat siapa yang datang ia merasa malu sekali.
"Maaf, dokter."
"Tidak apa-apa, saya Jaejoong." ujar dokter Jaejoong dengan senyum 1000000 mega wattnya.
"Saya Yan the great."
Achen mengamati kedua orang dewasa di hadapannya sambil tersenyum. Akhirnya ia akan punya seorang papa. Hihihi...

<3~And they live happily ever after~<3

Really random. Lol
Comment please? thanks for reading! =)

humor

Previous post
Up