[Indonesian] Jealousy

Jun 12, 2016 09:12

Title: Jealousy
Characters: Tosan Galih/Bayu Aji
Rating: T

A/N: Masih hasil crosspost #NulisRandom2016 dari Facebook. Tulisan pertama tentang TosanAji dari buku ketiga Trilogi Keris Tiga Naga. Dibuat dadakan karena lagi salty abis liat foto terbaru iskandar Widjaja. lol. *muse Tosan dalam diri ini cemburuuuu* Pardon my lame Deutsche, anyway.

Tosan tidak pernah tahu kalau dia bisa cemburu.

Tosan tidak pernah cemburu. Pada pacar-pacarnya, pada istrinya, pada Aji. Tosan tidak pernah cemburu, apalagi pada orang yang jelas-jelas telah menjadi masa lalu pasangannya. Dia lebih sering bersikap getir atau mellow di saat orang lain akan meledak dalam kecemburuan.

Sampai hari ini.

Semua ini gara-gara video yang tanpa sengaja dia temukan di ruang santai keluarga Mahendra-Schmidt di Jerman. Tosan sedang berkunjung ke rumah orangtua Aji saat kuliahnya masuk masa liburan musim dingin dan Aji juga baru datang kemarin dari Austria. Sekarang kekasihnya itu sedang pergi membeli perlengkapan pesta Natal bersama ayahnya sementara Tosan memutuskan untuk tinggal di rumah membantu ibu Aji memasak--yang ternyata justru mengusir Tosan keluar dari dapur dan menyuruhnya bersantai. Dan membuatnya menemukan video ini.

Tosan memutarnya karena di sampul CD tertulis "Aji 30. Geburtstags Party" yang, walau dengan kemampuan Bahasa Jermannya yang masih pas-pasan, dapat dia mengerti sebagai video pesta ulang tahun Aji yang ke-30. Selama bersama dengannya, Aji tidak pernah membuat pesta ulang tahun. Mereka lebih sering merayakannya berdua atau bersama Aga dan yang lain, tapi tidak pernah ada pesta ulang tahun. Melihat tulisan "pesta ulang tahun" membuat Tosan penasaran.

Video itu dibuka dengan obrolan kasual biasa di dalam bar yang riuh. Aji duduk di sofa setengah lingkaran bersama teman-temannya, bersandar pada Delmira dan bicara pada Alvi dengan gaya flamboyannya yang biasa. Tosan menikmati melihat Aji membaur dengan teman-temannya seperti ini. Di Indonesia, dia hampir selalu bertengkar dengan Wara setiap kali mereka berenam berkumpul.

Lalu kumandang lagu selamat ulang tahun terdengar. Mata Aji membelalak dan duduknya berubah tegak. Senyum di bibirnya terkembang begitu lebar dalam keriangan yang polos, Tosan ingin menciumnya.

Setidaknya sampai Tosan tahu siapa yang datang membawa kue ulang tahunnya.

Dia akan selalu mengenali rambut pirang itu di mana pun, juga alis tebal dan hidung bengkok yang membentuk wajah yang pernah sekali dia tonjok habis-habisan. Lukas. Mantan pacar Aji tepat sebelum Aji berpacaran dengan dirinya.

Di dalam video, Aji berdiri dan memandangi Lukas dengan pandangan kagum yang begitu nyata selama lagu ulang tahun dinyanyikan, dan begitu selesai, Aji meniup semua lilin di atas kue ulang tahunnya lalu memeluk dan mencium laki-laki itu mesra.

Tosan merasa dadanya bergemuruh.

"Oh, itu video ulang tahunnya Aji, ya. Dia suka sekali sama video itu." Tosan berusaha memulaskan senyum ketika melihat ibu Aji masuk ke ruang keluarga. "Semua sahabat kuliahnya, minus Aga, datang ke pesta ulang tahun itu. Dia sempat ngambek karena Aga tidak bisa datang, tapi ceria lagi waktu Aga bergabung dengan mereka di Skype. Tuh."

Tosan mengalihkan pandangannya ke layar televisi dan melihat Lukas bicara sesuatu tentang hadiah dalam Bahasa Jerman dan kemudian menyerahkan sebuah tablet pada Aji yang berisi video call dari Aga melalui Skype. Aga masih begitu muda di sana, belum terkena segala masalah dengan keris itu, tersenyum dan melambaikan tangan ceria, mengucapkan selamat ulang tahun pada Aji. Aga sebelum bertemu Wara.

Juga Aji sebelum bertemu dirinya. Aji saat masih bersama Lukas.

"Aji tidak pernah bikin pesta seperti itu di Indonesia," komentar Tosan, hanya demi mengalihkan pandangan dari layar yang kembali menunjukkan Aji dan Lukas berciuman.

"Ini juga surprise dari teman-temannya. Aji sendiri, walau dasarnya makhluk pesta, tapi tidak pernah menginginkan pesta ulang tahun. Biasanya kumpul-kumpul dengan teman-temannya saja sudah cukup. Oh, ini juga ada foto-fotonya sampai satu album sendiri. Mau lihat?"

Tosan mengangguk sopan. Dibiarkannya ibu Aji beranjak ke lemari di sudut ruangan sementara matanya terus terhujam pada sosok Lukas dan Aji yang semakin lengket. Ketika ibu Aji kembali, Tosan menghentikan video tersebut, untungnya saat menunjukkan wajah Catherine yang sedang tertawa. Bukannya wajah Lukas.

Dengan telaten, ibu Aji menunjukkan satu-persatu foto pesta ulang tahun yang sebagian juga terekam di video. Aji berpose manyun bersama Mira, berjoget bersama Dimitrich, menggendong Vanya. Lalu berciuman dengan Lukas. Lalu duduk di pangkuan Lukas sambil mengacungkan tanda 'peace', tangan Lukas di pahanya. Lalu bersandar mesra di bahu Lukas seperti cara Aji selama ini bermanja padanya.

"Sepertinya ini waktu Aji dan Lukas masih berpacaran?" tanya Tosan, berusaha meringankan nada suaranya.

"Oh iya benar." Ibu Aji menelengkan kepalanya. "Saking lamanya mereka bersahabat, Ibu bahkan sampai lupa kalau mereka pernah juga berpacaran. Dibandingkan denganmu, saat dia pacaran dengan Lukas dia nyaris tidak pernah cerita tentang apa pun, makanya Ibu sampai lupa."

Kali ini senyum kaku Tosan sedikit mencair. "Aji sering cerita tentang saya?"

"Setiap hari!" Frau Schmidt tertawa. "Setiap hari saat chat atau Skype, dia pasti cerita tentangmu. Tosan seksi sekali lah, Tosan kalau malu-malu imut banget lah, Tosan gagah sekali pakai baju seragam polisi, Tosan membelikan makanan ini-itu...." Perempuan berparas Jawa itu tersenyum lembut pada Tosan. "Saat itu, Ibu tahu kalau Tosan adalah orang terbaik untuk Aji."

Tapi Tosan tidak akan pernah bisa membuatkan pesta ulang tahun kejutan untuk Aji, pikirnya. Tosan tidak akan bisa mencium Aji di tempat umum di Indonesia. Bahkan di Jerman sekalipun seperti sekarang, karena pada dasarnya Tosan adalah pribadi yang tertutup. Tosan yang membuat seorang fully out gay seperti Aji masuk lagi ke dalam lemari dan bersembunyi. Hanya demi bersamanya.

"Ma, aku cuma bisa dapat daging ayam turki. Sisanya cuma tinggal ini dan daging babi sementara Tosan nggak boleh makan ba--"

Aji terhenti di ambang pintu keluarga, mata tertuju pada layar televisi, menyadari video apa yang sedang diputar, lalu melihat ke arah album foto yang ada di pangkuan Tosan. Lalu, matanya membelalak.

"Tosan.... kamu--"

"Aji, helfen Sie mir, tragen diese Taschen! [Aji, help me carry these bags!]"

"Ah, lass es mich tun, Herr! [Ah, let me do it, Sir!]" jawab Tosan, lalu segera berlari keluar dari ruang santai, melewati Aji yang memanggilnya begitu saja.

Tosan membantu ayah Aji memasukkan belanjaan mereka, kemudian meminta izin untuk membeli rokok. Dia berlalu begitu saja tanpa memakai jaket.

"Tosan! Tosan, wait! Meine Liebe!" panggil Aji. Suara kakinya yang berderap menandakan dia menyusul Tosan, tapi Tosan terus berjalan. Berjalan dapat mengurangi rasa dingin. Berjalan juga dapat mengurangi gemuruh tidak mengenakkan di dadanya.

Jaket musim dingin tebal membungkus Tosan dari belakang sebelum punggungnya ditabrak oleh Aji.

"Jaketmu, Hon."

Tosan tersenyum dan mengucapkan terima kasih saat Aji membantunya memakai jaket. Uap napas Aji mengembus hingga ke telinganya, tapi Tosan tidak bisa menatap ke arahnya.

"Are you mad at me?" tanya Aji pelan.

Tosan menggeleng. "I just.... need to take a walk."

"Kutemani?"

"Dingin, Ji."

"I know, silly," Aji tertawa sebelum meraih tangan Tosan. "Tapi kalau gandengan begini kan nggak terlalu dingin. I always love walking with Tosan."

Tosan mendesah kalah. Dirangkulnya bahu Aji sebelum mereka kembali berjalan. Dia dapat mendengar suara "ehe he~" kekanakan dari Aji saat dia balas melingkarkan tangannya di pinggang Tosan. Persis cara Aji memeluk Lukas di dalam foto.

Tarik napas. Embuskan. Biarkan yang lalu berlalu.

"Meine Liebe? [My love]?"

"Hmm?"

"Warum Sie suchen traurig verargert? [Why do you look upset?]"

"Aku nggak tahu kamu ngomong apa."

"Oh come on, kamu sudah setahun di Jerman," Aji merajuk. "Because of Lukas....?"

Tosan menggeleng lagi. "It's silly, anyway."

Sejenak, Aji terdiam di sampingnya. "I love you, you know."

"I know."

"Sooo much. Just you. Now and forever."

Tosan tertawa. "Kamu pasti bilang begitu juga ke Lukas."

"No," jawab Aji cepat, yakin. "Dengan Lukas, aku cuma senang-senang. You know, enjoying my youth thing. Kamu tahu aku suka cowok Indonesia. Pak Polisi Indonesia apa lagi."

"Pak Polisi Indonesia itu preferensimu baru-baru ini saja," protes Tosan.

"Terbaru dan terakhir," balas Aji seraya mengedipkan sebelah matanya pada Tosan sebelum dia memutus jalur langkah Tosan dengan berhenti tepat di depannya. "Lebih spesifik lagi, preferensiku wajib Komisaris Besar Polisi berbadan seksi yang sedang sekolah S2 supaya bisa naik pangkat jadi Jenderal dan hobi pamer punggung berototnya waktu pull up di kusen pintu tiap pagi. That's sooo sexy I can't help it."

"I know."

Aji tersenyum. "So why are you upset? It's just an old videotape and an album."

"An old videotape and an album you love so much you keep it forever."

"An old videotape and an album I just forget to throw away because I'm busy with so much hotness radiating from my perfect boyfriend."

"Lebay."

"Situ juga lebay."

Tosan mengangkat bahu. "Lukas irks me."

"Hmm... so what do you want to do?" Aji menangkup wajah Tosan dengan kedua tangannya dan memandanginya seduktif. "Do you want to show him who's the boss now? Claim me as yours and yours only? Do something waaay better than what Lukas ever did to me? Punish me for ever looking that lewd for someone other than you?" Aji menggigit bibir bawahnya. "Kamu tahu aku nggak pernah keberatan dihukum sama Pak Polisi seksi."

Tosan menggertakkan rahangnya tajam di depan wajah Aji dan Aji tertawa terbahak lalu menciumnya dalam. Di tengah jalan.

"That's more like my doggy."

"Dia bisa memberimu banyak kebebasan, si Lukas itu," ujar Tosan. "Sementara kalau kamu kembali ke Indonesia bersamaku--"

"Lukas bisa memberiku kebebasan, ya," potong Aji. "Tapi Tosan memberiku kebahagiaan dan banyak sekali cinta. Dan utamanya, aku sangat sayang Tosan. I never love Lukas as much as you. Do you love me, though?"

Selalu jujur. Selalu naif. Tapi juga selalu teguh dalam pendiriannya. Dan selalu keras kepala dalam mempertahankan hubungan mereka, entah berapa kali pun Tosan memberinya kesempatan untuk melepaskan diri darinya.

Bagaimana mungkin dia tidak mencintai laki-laki ini?

"I love you."

"Kalau begitu, kita bisa kembali ke rumah dan kamu bisa melampiaskan kecemburuanmu ke aku. Gimana? Papa kayaknya punya cambuk dari--"
Tosan tertawa. "Oh, shut up, Little Devil."

romance, pencarian, language:indonesian, novel, rating:t, tosanaji

Previous post Next post
Up