Tittle : Your White Wings
Chapter : 5
Author :
ritchuukiRating : PG
Pairing : Sakuraiba, Sakumoto (Brothership)
Genre : AU, Angst, Family Drama
Language : Indonesian
Summary :
Waktu yang mengalir tanpa henti... ada satu jiwa yang ingin diselamatkan...
Sakurai Sho.
"MatsuJun, sudah tidur?"
Jun kaget ada suara dari depan pintunya. Dia melirik jam. Sudah jam 11 malam lewat sedikit, tapi karena itu suara Aiba Masaki, dia langsung saja menuju ke pintu.
"Aku belum tidur. Sebentar. Ada apa?" tanyanya setelah membuka pintu.
"Tidak... Aku baru saja pulang. Kudengar dari O-chan kau mencariku, jadi..."
"Iya tadi aku ingin mengajakmu makan ramen bersama... Tapi sepulang sekolah kau tak ada. Padahal sebelumnya kau pernah bilang kalau hari ini kau libur baito di gasoline stand.
"Ah nggak, aku pergi baito jadinya, tapi dari jam 7 saja. Aku mampir bertemu temanku dulu...."
"Kau mau masuk? Sebaiknya jangan mengobrol di depan pintu."
"Benar... Ojamashimasu" Aiba akhirnya masuk ke dalam rumah apato Jun, tak beda jauh dari kamarnya dan Ochan selain disitu banyak pakaian dan tak ada perabot besar.
"Douzo..." Jun sebenarnya senang Aiba menemaninya saat ini. Karena libur pemotretan hari ini akan sayang sekali jika tak bertemu Aiba. Entah mengapa rasanya demikian. Tapi sebenarnya ada satu hal penting lagi yang paling dia ingin secara tak langsung tanyakan pada Aiba.
"Dou? Koko no seikatsu wa? Kau cocok tinggal di sini...?"
"Hmmm.... Ya aku lumayan suka. Hanya saja Tokyo itu benar kota besar ya... Kadang aku merasa canggung dengan orang kota yang cakep dan cantik"
"Tapi tampangmu sangat cocok jadi cowok Tokyo, dan mulut mana yang ngomong? Semua cewek pasti akan menyukaimu... Cewek-cewek di sekolahmu misal, pasti mereka akan heboh tiap kau lewat bukan?" ujar Aiba bersungut setelah duduk di tatami. Jun belum punya bantal duduk jadi mereka cuma duduk tak beralas selain lantai tatami.
Jun tak mampu menyangkal. Tapi dia mencoba, "yah... Sekolahku di Horikoshi banyak juga yang model dan bibit dunia entertain... Aku sama sekali bukan apa-apa. Lagi pula dilarang ada kedekatan antara lawan jenis, kau tahu lah."
"Sou na no? Sayang sekaliiii yaaah!?" Aiba tertawa terbahak bahkan untuk hal yang tak perlu sampai terbahak seperti itu.
"Kenapa? Kau ingin aku mengenalkan cewek?" Jun menguji dan berharap Aiba memakan pancingnya.
"Aku? Tidak... Aku sudah punya orang yang kusukai."
Jun sedikit gugup setelah pintu yang ia harapkan terbuka sudah terbuka. "Err... Orang yang kau temui hari ini?"
Aiba menengok wajah MatsuJun dan menatap selama matanya sekilas. "Ya."
Jun sebenarnya sedih mendengar itu, tapi dia sudah tanggung bertanya. "Bagaimana orangnya?"
"Eh?" Aiba kaget. Tak menyangka Jun akan menaruh minat. "Sho-chan?"
Jun memperhatikan gelagat Aiba saat memikirkan orang yang disukainya. Dada Jun sedikit terasa perih.
"Sho-chan.... Dia cowok biasa, hmm mungkin lebih tua satu dua tahun dari kita,... Lalu dia baik, lalu... ada yang menarik dan membuatku ingin dekat dengannya,.. Tapi aku nggak tahu apa itu..." Aiba berusaha meneruskan tapi tak ada yang keluar sebelum mukanya memerah. "Kurasa aku jatuh cinta pada pandagan pertama! Hehehe," ujarnya. "Habis aku tak tahu apa alasan lain yang lebih tepat. Selain dia baik, sopan, cakap... Aku tak bisa bilang dia lebih segalanya dari orang lain... Hanya aku sangat penasaran padanya, dan aku ingin benar-benar mengenal dia."
"Kau sudah lama mengenalnya?"
"Tidak... Kurasa baru beberapa minggu? Sudah satu bulan kah? Sekitar itu!"
Jun tau pemuda dihadapannya itu serius. Karena saat menceritakan cowok bernama 'Sho-chan' ini matanya terlihat berbinar.
"Aku juga jadi ingin mengenalnya..."
"Ya! Aku juga ingin mengenalkanmu, Ochan juga tentunya pada dia. Kurasa Ochan memang akan kukenalkan minggu nanti. Kau mau datang juga?"
"Boleh?"
"Ya...." Sebenarnya Aiba sedikit khawatir akan apa reaksi Sho tapi dia ingin yakin bahwa Sho pasti akan senang jika dia bisa mengenalkan Sho seorang dan membuatnya mendapatkan teman baru.
Aiba tak menyadari sedikit kerut di wajah Jun.
"Lalu, bagaimana dengan pencarian ayahmu?"
"Eh? Oh... Ayahku... Ya aku kemarin mencoba menemukan orang dengan nama Ayahku di nomor post yang ada di post card terakhir yang disimpan ibuku sekitar 15 tahun lalu..."
"Lalu?"
"Yah... tak semudah itu bukan?"
"Iya aku tahu sih... Kau hebat ya... Kalau aku dan Ochan, kami sepakat tidak akan mencari orang tua kami karena menurut kami, orang tua kami memang karena tak bisa membesarkan kami dengan suatu alasan meninggalkan kami di panti. Karenanya sesegera mungkin, kami ingin hidup mandiri dan keluar dari panti.
Ochan juga sudah bekerja dari SMP sampai begitu ia lulus SMA dia bisa menyewa apato, dan saat dia berumur 20 dia bisa menjadi waliku juga sekaligus menampungku walau aku belum lulus. Aku juga baru tinggal sendiri dengan Ochan setengah tahun ini. Kurasa lebih baik hidup disini daripada merepotkan semua orang di panti. Tapi kami masih sering main-main kesana kok, karena bagi kami tempat itu seperti rumah sesungguhnya. Aslinya itu semua karena kami takut ditolak keluarga yang sesungguhnya. Lucu kan?"
"Kurasa yang kalian lakukan sama sekali tidak ada yang salah. Bahkan aku salut. Sebenarnya ada alasan tertentu, kenapa aku melakukan ini. Tapi entah aku benar-benar bisa melakukannya atau tidak."
"Kau ingin melakukan sesuatu? Terhadap ayahmu?"
Jun tertawa. "Percayalah aku tak merencanakan balas dendam atau sejenisnya. Bukan itu juga..."
"Ehhhhhh.....? Lalu"
"Sudahlah. Cukup tentangku. Kita bisa bercerita semalaman kalau seperti ini..."
"Tak apa, Ochan tak pulang malam ini karena semalaman melukis. Aku akan kesepian."
"Kau mau tidur disini?"
"Boleh?"
"Boleh sih..." suara Jun datar.
Aiba lalu tersenyum lebar, merasa senang sampai dia berbaring berguling ke kanan dan ke kiri masing-masing sebanyak dua kali mengekspresikan jawaban Jun. Jun agaknya menertawakan tingkah Aiba yang satu itu. "Oya Jun," panggil Aiba tiba-tiba, pemuda tinggi itu menyangga kepalanya dengan satu tangan di telinga. "Siapa nama Ayahmu?"
"Ayahku...?"
"Ya. Aku penasaran, siapa tahu aku berpapasan kan !"
"Tak mungkin, hehe" Jun merasa Aiba hanya berkelakar. Tapi dia juga menjawab. " Namanya Sakurai Shu."
~0~