Shiki no uta 3
-= Shou PoV =-
Aku yang salah.
Bukan Kai.
"Mau masuk bersamaku?"
Pintanya mengulurkan tangan. Memperlihatkan dimple di kedua pipinya yang khas ketika tersenyum. Tanpa banyak bicara segera kuraih tangannya dan berjalan beriringan, bergandengan tangan menuju apartemen kami.
Bodoh sekali aku jika menolak Kai. Dialah yang selalu ada di belakangku. Yang selalu memberiku semangat, selalu memberiku kasih sayang, bahkan aku tak tahu bagaimana yang ia rasakan. Aku terlalu egois. Mencampakkanmu begitu saja demi apa?
Sesuatu yang tak jelas.
Masa lalu yang tak pernah sama. Aku sudah kehilangan harapan tentang itu. Aku harus melangkah bersamamu. Kaulah masa kini yang harus kuhadapi.
"Kai..."
Ujarku saat kami berbaring bersama di tempat tidur.
"Hm?"
Bisa kurasakan tangannya merapatkan tubuhku padanya. Memelukku begitu erat. Kehangatan ini yang akan menemani malamku.
"Maaf soal tadi."
Kataku, memejamkan mata dan meringkuk nyaman di dadanya. Mendengarkan lullaby alunan napasnya yang teratur.
"Sekarang tidurlah..."
Ujarnya sebelum mencium keningku seraya mengusap-usap punggungku dengan penuh kelembutan.
"Aishiteru Shou..."
Aku ingin membawa kata-kata itu dalam mimpiku. Dengan hangat pelukanmu ini seperti yang kau harapkan. Aku ingin mencintaimu Kai. Aku ingin membalas cintamu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
"aki wo aisuru hito wa
kokoro fukaki hito
ai wo kataru haine no youna
boku no koibito"
Itu lagu musim gugur.
Memang benar sekarang musim panas, tapi sebentar lagi musim gugur. Itu berarti tak lama lagi aku harus kembali. Disini pun semakin menyakitkan meski setidaknya kerinduanku sudah hilang dengan melihatmu tadi malam (walaupun dalam suasana yang tidak tepat).
Tapi, suatu saat aku akan datang. Dan saat itu aku sudah yakin dengan perasaanku. Pasti. Mimpi itu akan kuwujudkan meski tak kau-
"SHOU?!"
Sekujur tubuhku terasa membeku melihatmu berlari kearahku saat aku berbalik dari melihat gedung tempat tinggalmu. Di tempat ini. Pinggiran jalan yang rindang, meski tak begitu banyak bunga tetapi daun-daun yang mengering kepanasan berkilau terhempas angin. Tempat yang mirip seperti waktu itu.
Aku melihat senyuman. Hal yang paling kurindukan darimu. Selama beberapa bulan ini terasa hambar tanpa manisnya senyum itu.
Tapi kenapa ada airmata.
Kenapa kau menangis?
Saat ini aku tak ingin bertemu dengan Shou yang lemah dan hancur. Aku ingin melihatmu tersenyum bahagia. Tersenyum dari hatimu bukan senyum kepalsuan yang selalu kau tunjukkan.
-= Flashback =-
"Uh.. S-Sa-ga..hh"
Kai menatap tajam lelaki di bawahnya yang baru saja mendesah dengan penuh kenikmatan.
"Uh.. Kai?"
Shou mulai membuka matanya merasakan tubuh diatasnya berhenti dari kesibukannya yang tadi. Menyadari tatapan pria itu terasa berubah menjadi sangat menusuk.
Kai bangkit dari atas Shou entah apa yang mereka lakukan saat itu tetapi kini tak dilanjutkannya.
"Kai?"
Shou ikut bangun dan terus memburunya dengan mengucapkan namanya dalam nada bertanya.
"Jadi orang itu adalah Saga."
Seru Kai. Masih dengan pandangan nanar kearah Shou. Terlihat sekali wajahnya yang diselimuti amarah.
Shou hanya membuka mulutnya dengan sedikit menunduk tetapi tak ada satupun kata yang berhasil keluar.
Wajah itu tak pernah dilihatnya. Kai benar-benar marah hingga membuat Shou ketakutan bahkan untuk menatapnya. Karena ia tahu ia telah melakukan kesalahan besar.
"Mendesahkan namanya disaat kita melakukannya. Kau sendiri yang memintanya tapi apa yang kau lakukan padaku?!"
Nada bicaranya sangat keras. Kai memang sakit hati. Dan sangat marah dengan apa yang barusaja ia ketahui. Bahkan hal itu langsung dari Shou sendiri.
Tentu saja Shou hanya bisa menangis. Merasa sangat bersalah dan menyesal.
"Hentikan ini Shou. Aku tak mau kau terus membohongiku."
Seru Kai sembari memakai pakaiannya sementara Shou masih terisak ditempat tidurnya membalut diri dengan selimut.
"K-Kai..?!"
Seru Shou mencegahnya pergi.
"Kai Yutaka!! Hkss.."
"Satu lagi Shou..."
Si pria berambut hitam itu berhenti diambang pintu. Sedikit menoleh untuk memastikan suaranya terdengar jelas di telinga Shou, "Jangan cari aku!"
Seperti gelegar gemuruh bagi Shou, kata-kata itu cukup membuktikan kekecewaan Kai padanya. Pria itu pun segera pergi dengan tergesa. Sudah tak mau mempedulikan airmata Shou yang dulu selalu dihapusnya kini tak ada lagi yang melakukan itu.
Cinta yang ingin dibangun Shou, perasaan yang ingin ditumbuhkannya telah hancur lebih awal.
Hanya karena apa?
Itu.
Masa lalu.
Masa lalu yang seharusnya ia lupakan. Tetapi masa lalu itulah yang membuatnya semakin terpuruk. Masa lalu yang seharusnya ia buang, masa lalu itulah yang membuangnya menjadi tanpa cinta.
-= flashback end =-
"Saga!!"
Sosok jangkung berambut keemasan itu berlari menghampiri pria kurus yang dipanggilnya. Tak peduli orang-orang di jalanan akan melihat, Shou memeluk Saga dengan begitu erat. Bahkan hampir membuat Saga tak bisa bernapas.
Pria yang lebih pendek hanya tertegun; belum begitu siap untuk bertemu langsung dengan Shou, apalagi dipeluk seperti ini.
"Oh.. maaf.. aku hanya.. hanya terlalu senang bertemu denganmu.."
Ujarnya tersipu malu. Melepaskan pelukan kemudian menundukkan kepalanya sambil menyeka airmata.
"Shou.."
Merasa sedikit aneh. Pertemuan mereka kali ini terasa begitu berbeda bagi Saga hingga ia kehilangan kata-kata.
"Saga-kun sedang apa disini?"
"Oh.."
Pertanyaan Shou berhasil membuat pikirannya kembali. "Aku.. aku sedang berlibur.."
"Ah.. kupikir untuk menemuiku.."
Goda Shou tersenyum kearah Saga. Betapa hal itu membuat Saga menjadi agak risih, tepatnya ia menjadi sedikit pemalu.
Ini gara-gara Shou. Ya, ini semua gara-gara Shou.
"Ah karena kita sudah bertemu disini, bagaimana kalau kau ke rumahku."
Ajak Shou yang langsung menyeret tangan Saga begitu saja.
~~~~~~~~
Sepertinya Shou sudah melupakan kejadian malam itu.
Seharusnya ini pertemuan yang biasa, tetapi bagi Saga benar-benar mendebarkan. Meskipun Shou sendiri tetap menunjukkan sikapnya sebagai sahabat seperti biasa, tetapi barulah kali ini Saga merasa seluruh tubuhnya gemetar. Hanya bertemu, duduk di hadapannya dan memandang kedua mata besar pria manis itu.
Hei, seharusnya aku tidak disini!
Ketika teringat hal itu, Saga begitu cemas. Ia tahu keadaan akan semakin aneh setelah kejadian malam itu. Dan ia harus menjaga pemikirannya yang normal.
"Shou, aku harus segera kembali.."
Ujarnya hendak bangkit.
"Apa karena kau tahu soal Kai tinggal denganku?"
Saga berhenti ketika mendengar Shou menembaknya dengan pertanyaan itu. Dan memang benar, ia merasa tidak enak masuk ke rumah Shou, apalagi hanya berdua dengannya.
"Jadi benar.."
"A-aku tidak mencintainya." Tambah Shou sedikit merasa nervous. "Aku tidak pernah mencintai Kai. Sungguh."
Kedua bola mata Saga membelalak, terkejut dengan pernyataan itu. Meski sebenarnya ia merasa senang. Saga tahu maksudnya..
"Shou.."
Saga mendekat, menemui sepasang mata cantik Shou yang berair. "Kenapa?"
Shou tak menjawab, semakin mempercepat jatuhnya butiran-butiran airmata di kedua pipinya. Kemudian terisak tak terbendung lagi. Ia merasa sangat bersalah. Mungkin seharusnya ia tak memiliki perasaan seperti itu.
"Dan selama ini kau membohongi dirimu sendiri Shou." Saga meletakkan tangannya di bahu Shou dan mengusapnya. "Kenapa kau mau melakukan ini kalau kau tak ingin? Seharusnya kau tak perlu seperti ini. kau tak perlu bersusah payah membahagiakannya karena masih ada aku."
Maksudnya..
Shou memikirkan kata-kata itu. Bahkan Saga pun tak tahu bagaimana ia bisa mengatakannya. Yang ia tahu, ia hanya tak ingin melihat Shou menangis.
Sekarang, ia bisa mewujudkan beberapa keinginan kecilnya..
Yaitu dengan memeluk dan mengusap airmata Shou. Merasakan kehangatan yang begitu nyaman hingga ia menyempurnakan kebahagiaan itu dalam sebuah ciuman.
Saga mencium seorang pria.
Begitulah yang ada dalam pikirannya sekarang. Benar-benar berlawanan dengan pemikiran awalnya bahwa dia seorang lelaki normal. Tetapi ia bangga mencium seorang pria semanis Shou. Apalagi mencumbunya.
Tunggu, sejak kapan pikiran Saga menjadi pervert pada pria.
Ia tak peduli kalau kenyataannya Shou-lah penyebabnya. Pria manis itu sungguh membuat pikirannya kacau.
-= Tsuzuku =-