Title : love ... ...
Ratting : PG 15
Genre : YAOI, fluffy, family
Disclamer: im not own those chara
Artist : Vidoll
Part : 5/ owari
Prolog : decisoun
“new…. Life?”
Bulan.. tahun…. Baru telah dimulai…. Hari hari yang panjang akan kembali lagi….
Shun masih tertidur di ranjangnya, hari pertama ia pulang ke rumah setelah lama habiskan waktu di rumah sakit…. Jui berjalan masuk ke kamar itu, letakkan tasnya dan duduk di sudut tempat tidurnya, meringkuk sendirian….
Shun bangun dengar sesuatu di sampingnya
“O….” Shun tahan suaranya, dadanya masih terasa saki namun ia memilih diam bukan karna itu..
“Ojui… menangis? Kenapa?” Tanya Shun dalam hati
Shun kembali pada posisinya, coba tutup matanya, namun pikirannya masih penuh dengan sang kakak…
Pagi datang, Shun bangun lebih lambat dari kakaknya,
“ojui kenapa?” Tanya Shun tahan sakitnya
“tidak apa apa”
“mata Ojui…..” Shun menatap Jui yang hanya diam
“aku tidak apa apa….”
Shun coba paksa badannya, duduk disamping Jui
“…. Ojui bertengkar? Ojui kalah? Ojui kenapa menangis?”
“bu…kan urusanmu”
“tapi Shun adik Ojui…. Kenapa Shun tidak boleh peduli denagn Ojui?”
“kubilang bukan urusanmu! Urus saja Giru!”
Jui dorong jatuh tubuh Shun dan pergi
“it…tai…. “ Shun tahan rasa sakitnya dan coba kejar Jui
Hari itu…. Banyak orang yang pergi…hingga tak sadari sang tuan muda juga ikut pergi…
Langkah Shun makin berat ikuti Jui… duduk ia di sebuah kursi sedikit jauh dari Jui,
Tak banyak yang lewati jalanan itu, Jui hanya duduk di samping pohon yang masih tertutup salju, napas Shun masih terengah liat seseorang lewatinya
“mau apa lagi?” Tanya Jui dingin pada orang itu
“Jui….” Panggilnya lembut
“kau pikir aku main main denganmu? Memang aku Cuma terlihat seperti sesuatu yang mudah untuk dibuang? Aku bisa membunuhmu sekarang…” ucap jui maish dnegan nada dinginya
“maaf”
“ini” Jui serahkan sebuah buku pada orang itu
“ini buku gambarmukan?”
“ambil… dan lihat….”
Orang itu turuti permintaan Jui, buka lembaran lembaran itu
“kenapa kau banyak aku dan .. adikmu?”
“karena Cuma kalian yang aku anggap berharga…, sensei bilang… penuhi buku ini lukisan , sketsa atau goresan dengan apapun yang kalian anggap berharga sebagai model kalian…. Halaman halaman pertama hanya ada Shun… lalu kau.. lalu kau dan Shun…”
“Jui….”
“kupikir setidaknya aku bisa punya orang yang benar benar peduli denganku”
“aku… aku benar benar minta maaf”
“kau dan impianmu itu…. Kupikir aku bisa menggambarnya nanti….” Jui tersenyum saat beberapa tetes air lewati wajahnya
Orang itu peluk Jui
“aku minta maaf…. Aku janji.. aku janji…. Aku akan beritahu dia yang sebenarnya secepatnya”
“dan lalu kau pergi?”
“tidak… aku akan kembali.. aku janji… kau boleh bunuh aku kalau aku tidak kembali”
“berapa lama? Sampai musim dingin datang lagi?”
“… malam ini….”
Jui hanya diam
“Juichi?”
“Shun…. Kau disanakan…?”
Shun dengar itu dan berdiri dari tempatnya
“maaf…” ucap Shun
“Shu…n? itu Shun?” Tanya orang itu
Jui lepaskan tangan yang sedari tadi dekapnya
“ayo pulang… ayah bisa marah kalau tahu kau keluar rumah” Jui hampiri Shun dan tarik Shun pergi
“ehe? Tapi… itu.. itu?” Shun coba tangan langkahnya namun genggaman Jui makin erat
“ayo” ucap Jui tegas…
…….
Shun hanya duduk di samping kolam, pikirannya masih tentang jui dan orang itu
“kenapa?” Tanya Shun sendiri
Jui tak ada disana, ia hanya antar Shun dan lalu pergi…. Tak banyak bicara seperti biasa
“kenapa Ojui menangis? Kenapa ?” Tanya Shun lagi
“shun-kun? Kau sedang apa?” sapa seorang dari belakang
“Jun? tidak… Cuma duduk….”
“ano… ada yang mencarimu”
“eh… etto… “ Shun terlihat berpikir
“kau tidak mau menemuinya?”
“ah.. iya.. sebentar… Shun kesana” angguk Shun sembari coba berdiri dan kembali tahan rasa sakitnya
………
Musim dingin hamper berlalu, tahun yang baru telah datang,…. Seorang dengan mantel hitam duduk sendiri di tepi danau tengah kota itu
“Juichi” panggil seseorang yang berjalan dekatinya
Jui beranjak dari duduknya tunggu orang itu dalam jangkauannya dan berbalik
“kau pikir ini permainan?” Tanya Jui hamper tekan pelatuknya
“kenapa kau bawa pistol?” tanyanya
“aku Tanya… kau pikir ini permainan?” Jui tak geser pistol itu dari kepala orang di depannya
“kau yakin untuk menembakku Juichi?”
“jawab”
Jui masih menatap tajam kearahnya dan juga baliknya
“…..kau berani juga ternyata” Jui sadari sebuah pistol di dadanya
“yang punya pistol tidak Cuma kau kakak….”
“kalau begitu jawab atau kita berdua mati”
“permainan apa?”
“permainan yang kau buat antara aku , Shun dan juga… kau sensei…”
“aku tidak sedang bermain”
“jadi? Kau mau tinggalkan Shun sekarang?”
“tidak”
Mimik muka Jui berubah
“kita sudah tidak ada hubungan sejak … bahkan sebelum aku tahu kau bersama Tero…. Jadi kalaupun ini permainan, ini bukan soal Shun , aku dan kau, Juichi.. ini hanya akan soal Shun dan aku”
“tidak… selama itu menyangkut adikku.. aku tidak akan biarkan dia sendiri…..”
“kau berani menembakku?”
“adik dari Tuan Kirito? Aku tidak peduli…. “
“apa yang kau mau?”
“jangan pernah sakiti Shun.. sekali kau buat dia sakit…. Aku yang akan buat kau kembali ke neraka sensei”
“berkacalah sebelum kau mengancamku”
“setidaknya aku tidak pernah buat dia benar benar menangis”
Keduanya masih saling berpandangan… dua orang dari dua kelompok besar saling todongkan pistolnya di bawah langit malam
“hmpf… ahahahahhahahhahahha aku menyerah Juichi” Giru lalu mundur dan jatuhkan diri di atas rerumputan
“huh… “ Jui masukkan pistolnya lagi dan ikut duduk
Giru tepuk pundak Jui
“hah… aku janji.. aku tidak akan buat Shun lebih menderita lagi…”
“kupegang janjimu pak tua…”
“ehehehehe.. oh iya… tapi tolong bilang pada Shun ya”
“kalau kau Yakuza juga?”
“iya…. Aku akan katakan itu sendiri..”
“kapan?”
“… itu urusanku.. kenapa kau mau tahu?”
“huh”
Giru hanya tersenyum diikuti Jui..
“eh? Telepon? Moshi moshi?”
“sensei beli buku dimana? Shun lapar” rengek Shun dari seberang telepon
“eh? i..iya… sebentar… aku di jalan, sebentar ya”
“cepaaat…”
“iya, segera… sudah ya”
“iyaa”
Giru kembali tersenyum tutup teleponnya
“sudah mulai mengajar kau?”
“sudah… tadi, lalu kau bilang kita harus bicara, aku terpaksa mengarang banyak cerita ehehhe. Aku duluan ya” Giru beranjak dari duduknya
“Tero tidak jadi bertunangan dengan Mika-san”
“eh? Benarkah?”
“iya… tadi sebelum kemari , dia menemuiku.. dan dia bilang… dia mau mengajakku ke rumah kakeknya, melihat peternakan kuda yang nanti jadi miliknya”
“souka? .. baguslah… ku harap kalian berdua juga baik baik saja”
“hmpf.. iya… aku juga mau pulang… aku mengantuk. Hei pak tua, tunggu aku”
Jui lalu ikuti langkah Giru, lewati jalanan bersama menuju kehidupan mereka masing masing…
…….
“hmpf.. Ojui tidak pernah mau menggambar Shun.. tapi eheheh… senang melihat Shun ada di gambaran Ojui…” Shun buka beberapa lembar kertas gambar Jui yang tak pernah boleh ia sentuh itu
Dan kini ia tahu, kenapa ia tak boleh sentuh itu… bukan karena Jui yang tidak mau itu rusak karenanya tapi karena Jui yang tak ingin seorangpun tahu seberapa ia menyayangi adiknya…
……..
Tero duduk di belakang meja barnya, memandang sebuah lembar sketsa milik Jui… sebuah senyum muncul saat kenangan kenangan bersama sang kakak muncul…
“kau tahu jika kau lebih berharga dari mimpi yang kubangun dari kecil Jui…” ucapnya pelan….
owari