Still Fourteen / 1s/ 2min

Jan 17, 2014 11:41

Title : Still Fourteen
Author : sutradarabukan
Genre : Angst
Rated : PG15
Warning : Character Death!
Pairing : Minho/Taemin


PROLOG

Aku tidak percaya surga itu ada.
Kalaupun ada aku tidak ingin dia pergi kesana.
Karena aku ingin, dia terus disini…
Bersamaku.
Karena tanpanya duniaku adalah neraka.
Surga tidak akan hancur hanya karena kehilangan satu malaikatnya bukan?

"Minho.." Panggil suara cempreng yang sangat kuhapal itu, Key.
"Huh?" Jawabku asal.
"Dia datang lagi loh.. Sekarang dia tepat disebelahmu.." Ucap Key sambil memijat mijat dahinya.
Aku menoleh malas, seperti biasa aku tidak dapat melihat apapun.
"Tidak ada.." Ucapku.
"Ah, bahkan dia sekarang sedang menatapmu lekat lekat.." Tambah Key.
Aku mendongakkan mataku, mengapa aku tidak dapat melihatnya?? Mengapa?
"Ah aku capek!! Sudahlah!!!" Kuangkat kakiku dari kelas, menuju kantin karena aku akan semakin kesal mendengar ucapan ucapa Key itu. Ya, Key adalah chairmate ku. Dia memiliki kekuatan supranatural. Dia bisa melihat arwah..
Aku tidak percaya awalnya, tapi saat dia mengatakan bahwa aku selalu diikuti oleh seorang namja cantik berambut cokelat almond, aku langsung percaya akan kemampuan namja cantik dan cerewet itu.
Karena meskipun aku tidak memiliku kekuatan spesial seperti milik Key, aku menyadari keberadaan 'nya'..
Keberadaan seorang namja cantik berumur 14 tahun yang selalu datang dalam tidurku saat aku merindukannya (meskipun aku tahu aku hampir merindukannya ditiap malam).
Ya, namja cantik itu terus mengikutiku kemanapun aku pergi, hanya saja dia transparan..
Aku tidak lagi bisa merasakan harum vanilanya yang semerbak keluar saat helai helai lembut coklat almond itu bergoyang lembut..
Aku tidak lagi bisa merasakan kehangatan tangan kurusnya saat mendekap wajahku disaat aku menangis..
Ya aku seorang namja yang menjabat sebagai kapten baseball di sekolahku menangis dihadapan seorang namja cantik bernama lee Taemin.
Airmataku tumpah seketika di detik saat ingatanku membawaku kembali ke waktu itu--

"Aku akan pergi hyung.." Ucapnya setelah menyeruput busa susu kocok nya.
Aku mendongakkan kepalaku dan menatapnya bingung.
"Kemana?" Tanyaku pura pura tidak peduli.
Dia tersenyum, memegang kepalaku.
"Bolehkah aku pergi ke surga lebih dulu hyung?" Tanyanya sambil memasang senyuman manis andalannya.
Aku terdiam, mengamati kilatan mata yang tengah mengerjap ngerjap menatap mataku.
"Pengecut." Ucapku sinis, kualihkan wajahku dari wajahnya.
Dia menatapku.
"Mungkin hyung benar, aku memang pengecut.. Mianhae hyung.." Ucapnya lalu memeluk punggungku dari belakang.
Aku mendiamkannya, membiarkan lengan kurus itu mencoba merengkuh tubuhku.
Merasakan hangat nafasnya di puncak kepalaku membuat mataku panas, tanpa kusadari airmataku berlari lari jatuh menyusuri pipiku.
Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku menangis untuk orang lain, bukan tentang hidupku. Tapi tentang kehidupan seseorang yang akah berakhir, dan sialnya orang itu amat berarti untukku. Diumur 16 tahun, untuk pertama kali aku mengerti arti kehilangan..

***

Aku menyeka peluh yang membanjiri wajahku, benar benar panas hari ini di seoul.
Kutekan tombol pada mesin minuman yang berdiri kokoh di depanku, tombolnya malah menekan tombol minuman mineral, sehingga jadilah yang jatuh dari kotak ajaib itu bukan kopi pahit yang kuinginkan.
Aku tersenyum, tahu ini merupakan perbuatan iseng siapa.
"Ya, Taeminnie.. Aku akan meminum air mineral setelah berolahraga.." Gumamku sambil meneguk botol minuman itu.
Kebiasaan seorang lee Taemin.
Meski dia 2 tahun lebih muda dariku dia itu memegang kendali besar atas hidupku. Sedari dulu dia akan mengomeliku habis habisan kalau sehabis olahraga yang kuminum adalah kopi.
"Hyung itu sangat tidak sehat tahu! Kafeinnya itu sangat kuat! Kau harus meminum air mineral!" Omelnya sambil menyodorkan sebotol minuman mineral padaku.
Aku akan berdecak sebal dan dengan kesal meminum air mineral itu dulu. Tapi saat melihat senyumnya mengembang begitu lebar saat melihatku meminum air itu..
Aku tahu, aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkan senyuman itu dari wajah cantiknya.
"Taeminnie.. Bahkan air mineral ini rasanya sekarang sepahit kopi.. Bagaimana ini? Semua nya terasa pahit jika tidak ada senyumanmu." Ucapku pada hampa yang kurasa hangat.
Disitu pasti ada Taeminku, namja kecil yang selalu mengikutiku kemanapun aku pergi..

***

Aku sering bertanya pada langit..
Apakah Taemin berada disana atau benar benar berada disisiku?
Karena kadang aku bisa merasakan saat saat dimana aku merasa sangat merindukannya..
Bagaimana mungkin aku merindukan seseorang yang selalu ada disampingku kemanapun aku pergi?
Aku pergi bertanya pada Key, apakah Taemin masih mengikutiku, dengan cepat Key mengangguk dan menunjuk belakang punggungku.
Aku segera menoleh, kulingkarkan kedua lenganku pada ruang kosong itu. Seperti memeluk Taemin aku melingkarkan lenganku.
"Aku merindukanmu, Taeminnie.." Lirihku.
Key menepuk bahuku.
"Dia sudah pergi, dia berlari saat kau menoleh kearahnya." Jelas Key.
Seperti orang bodoh, aku merasa dipecundangi.
Mengapa berlari?
Apakah kau begitu marah padaku Taemin ah?
Marah padaku yang membuatmu tertahan di dunia fana ini bersamaku.
Marah karena membuat surga menolakmu..
Ya kan Taemin?
Kamu pasti sangat membenciku kan?

***

Aku lagi lagi mengulang kata demi kata yang terangkai indah di secarik kertas berwarna biru muda.
Surat yang ditinggalkan Taemin untukku, surat yang merupakan penyesalan terbesar dalam hidupku.

Hyung,
Sedang apakah?
Kamu selalu marah jika kutanyai begini kan? Kamu akan membentakku dan ilang "lihat saja sendiri!"
Tapi hyung, kali ini aku nggak bisa liat lagi..
Hyung, jangan marah, kumohon..
Aku pergi duluan hyung, padahal dulu aku janji akan pergi ke surga sama sama, tapi aku gak kuat hyung.
Aku..
Semakin hari semakin lemah, melihat hyung begitu energik berlari kesana kemari.. Aku iri..
Aku ingin berlari denganmu, merasakan degup jantung yang kamu bilang menyenangkan saat berlari..
Tapi, jantungku nakal hyung.. Dia sakit terus..
Mianhae..
Hyung, kalau kamu baca surat ini berarti aku sedang dalam perjalanan menuju surga.. Doakan aku semoga sampai dengan selamat, hehe.
Aku akan tunggu disini, tunggu hyung di depan gerbang surga beberapa puluh tahun lagi..
Saat hyung lari, dan capek lalu ingin berhenti.. Aku masih menunggu hyung di garis finish, dengan sebotol air mineral tentunya..
Aku gak akan lelah menunggumu hyung.
Kenapa?
Kamu pasti nanya gitu kan hyung?
Hehe, oke sebagai bonus aku akan jawab..
Aku akan nunggu..
Soalnya,
Aku sayang sama hyung.
Aku amat menyayangimu, Choi Minho!!
Selamat tinggal!

Aku tersenyum membaca kata terakhir dalam surat itu, sementara mataku sudah basah oleh airmata.
Aku mengambil gagang telepon yang terletak di tas mejaku.
Aku menekan nomor handphonenya, masih kuhapal Taemin.. Karena diam diam jika aku tidak bisa tidur tengah malam aku akan meneleponmu, seperti biasa kan?
Tuuuut..
Tuuuttt.
Aku mengerjapkan mataku tidak percaya, nada sambung!!!
"Taeminnie.." Lirihku.
Tidak ada jawaban.
Belum..
"Taemin, kau bisa mendengarku kan? Eoh?"
Diam.. Masih, aku sendirian…
"Jawab aku… Jawab Taemin!"
Mengapa dia enggan menjawab?
"Kau marah kah padaku karena mengikat arwahmu di bumi?" Tanyaku lagi.
Diam, mengapa hanya diam yang menjawab semua pertanyaanku?
Aku ingin suara lembut itu yang menjawabku. Terserah mau memakiku pun aku tidak apa apa.. Asalkan..
“Asalkan kamu menjawabku Taemin-ah, mengiris nadiku saja aku sanggup…” Aku meringis saat pisau cutter yang entah kapan sudah ada di tanganku menggores pergelangan tanganku. Hampir, sebentar lagi, jika aku menggoresnya lebih dalam lagi-mungkin Taemin akan-
"Hyung.." Suara itu!
Suara itu bukan berasal dari gagang handphone ku yang terjatuh tak jauh dari lenganku yang kini bersimbah darah-darimana datangnya suara itu? Mengapa suaranya terdengar begitu dekat?
“Minho hyung…”
Aku menoleh, tapi tidak mendapati apapun. Kosong, masih sama seperti biasa.
"Taemin!! Ya ini aku!! Kau dimana? Jangan berlari lagi Taeminnie!!!" Teriakku histeris.
Dan seperti ada sesuatu dalam ruangan ini, angin masuk dari luar. Membuat kertas kertas yang ada di mejaku berantakan. Kupungut kertas kertas yang jatuh di lantai itu, dan saat aku mendongak keatas..
"Hai hyung.."
Suara lembut itu..
Senyuman manis di bibir merah strawberry itu.
Mata cantik..
"Taemin!!!" Teriakku, aku berlari dan segera membawanya kepelukanku.
"Aku rindu…” bisiknya dalam pelukku.
"Aku juga.. Aku juga Taeminnie…” Ucapku sambil terisak.
Kubuka pelukanku pada pinggangnya, dia tidak berubah sama sekali. Masih mungil dengan rambut seperti jamur yang lucu, Taeminku masih berumur 14 tahun..
“Kamu sama sekali tidak berubah..” Ucapku sambil menelusuri wajahnya dengan jemariku yang kini terasa begitu besar berada di wajahnya yang mungil, Taemin-ku itu.
Dia memejamkan matanya sambil tersenyum.
“Itu karena hanya hyung yang terus tumbuh..” Kini tangannya yang menyusuri garis wajahku, ia tersenyum lalu berkata; “Tampan…” Jemarinya yang mungil menggelitik wajahku.
Mendengar suaranya membuatku ingin tertawa dan menangis sekaligus.
“Kamu jahat hyung..” Ucapnya.
Aku membelalakkan mataku.
“Mengapa tidak membiarkanku pergi dengan tenang hyung? Kamu tahu? Perasaanmu yang begitu kuat telah menahanku bertahun tahun, aku tidak bisa ke surga seperti yang kubilang pada umma dan appa. Hyung jahat.” Lirihnya sambil memukuli dadaku.
Kupegang tangannya yang mungil itu, sangat ringkih.
“Karena bagiku kamu belum mati Taemin!” Jawabku lantang.
“Bodoh! Kamu lihat? Bahkan tubuhku masih terjebak di masa lalu. Aku sudah pergi hyung, lama, bertahun tahun yang lalu.. Mengapa tidak mencoba melepaskanku? Rasanya sedih melihatmu terus tumbuh setiap hari.. Sementara aku? Hanya terus diam di umur 14 tahun..” Airmatanya mulai mengalir di wajah cantiknya, sekelebat rasa bersalah membanjiri dadaku.
Aku berusaha untuk menghapusnya, tapi yang kurasakan  hanyalah kehampaan.
“Jangan menangis, Taemin… Maafkan hyung, hyung akan menjadi orang yang lebih baik, aku akan memperlakukanmu lebih baik. Kumohon…” Pintaku.
Dia menggeleng pelan.
"Relakan aku hyung.. Aku tidak berhak berada disini sekarang.. Lupakan aku.." Lirihnya.
Kuangkat wajahnya, kutatap matanya yang berair itu.
"Berhentilah menangis, aku akan berlajar merelakanmu jika itu bisa membuatmu bahagia.. Tapi untuk melupakanmu Taemin-ah.. Aku tidak bisa.." Suaraku tercekat karena tangis.
"Kenapa?” Tanyanya.
Aku mengela nafas, kuremas bahu mungilnya.
Menatap wajah bocah berumur 14 tahun itu.. Seolah membawaku kembali ke masa masa 2 tahun yang lalu..
Saat dimana seorang choi Minho berumur 16 tahun, belum mengerti arti dari sebuah kata-
"Cinta-Aku mencintaimu Taemin-ah…”
Taemin terlihat kaget, matanya mengerjap ngerjap, bibirnya terbuka lebar karena kaget.
"H.. Hyung??" Cuma itu yang keluar dari bibir manisnya.
Membuatku terkekeh, memegang kedua pipinya dan mencium bibir merah itu.
Dan kali ini bukan kehampaan yang kurasa, melainkan-
Manis... Rasa manis dari bibirnya yang menjelajari bibirku membuatku enggan meninggalkan bibirnya.
Wajah Taemin yang memerah itu berhasil membuatku tersenyum saat melepaskan tautan bibir kami.
"Nah.. Pergilah sayang.. Aku akan menemuimu jika saatnya tiba.." Aku mengusap lembut kepala Taemin.
Taemin menunduk dan mengambil pergelangan tanganku yang kulupakan berdarah. “Jangan lakukan hal bodoh seperti ini lagi, janji?”
Aku tidak punya pilihan lain lagi selain mengangguk bukan? “Janji, untukmu.”
Taemin mengembangkan senyumnya akan jawaban yang diterimanya, ia terlihat lega.
Perlahan lahan tubuhnya berubah menghambur menjadi cahaya cahaya terang berwarna keemasan.
"Aku menunggu sampai saat itu tiba hyung.." Gema suara Taemin terdengar sebelum tubuhnya menghilang.
Hanya airmata dan seulas senyum dari wajahku yang mengantar kepergian kekasihku itu. Dan dalam sekejap mata, aku merasa terhuyung huyung-- tubuhku jatuh dan di ambang kesadaranku itu aku berbisik;
"Tunggu aku, di garis finish kehidupan ini Taemin-ah."

EPILOG:

Setelah mendapat perawatan atas luka di lengannya, Minho menjalani harinya seperti biasa... Dia semakin terbuka dan periang. Membuatnya mempunyai banyak teman yang tadinya tidak begitu menyukainya karena kepribadiannya yang pendiam dan pemurung.
"Minho yah, kemana perginya arwah yang selalu menstalkermu itu?" Tanya Key di suatu siang saat mereka sedang berjalan pulang sehabis sekolah.
"Hyaaa... Apa yang kalian bicarakan ini?" Onew yang berada di samping Key bergidik ngeri.
Minho tersenyum, tidak membalas kata kata sahabatnya itu.
"Dasar namja aneh, arwah lah hantu lah.. Ck ck.." ledek Onew.
"Hyaaaa kau mau merasakan tinju dari namja aneh ini?!?" Key mengejar Onew yang sedang berlari menyebrang saat lampu hijau untuk pejalan kaki masih menyala.
Minho hanya tertawa mendengar celotehan kedua sahabatnya yang aneh itu. Aneh, karena meski berkelahi setiap saat seperti itu mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai.
“Hey tunggu aku!”
Minhopun bermaksud untuk mengejar sepasang kekasih yang aneh itu, saat suara klakson memekakkan telinganya.
TIIIIIIIIIIINNNNNN!!!!
BRRAAAAAK!!!
"KYAAAAAAA!!!" Suara teriakan terdengar keras dan menggema di kepala Minho.
Tubuhnya terpental beberapa meter dari mobil yang menabraknya itu. Seluruh tubuhnya ngilu. Ia memandang perban di pergelangan tangannya dan tersenyum miris. Belum kering lukanya yang digoreskan karena keputusasaannya untuk bertemu kekasihnya itu, kini luka lain dating mengerumuni tubuhnya yang kini tergolek lemas diatas genangan darahnya sendiri.
“Tolong! Ada kecelakaan disini! Siapapun! Panggil ambulance!!!”
Hiruk pikuk di jalan raya membuat Key dan Onew sontak menoleh, mereka berdua terkejut saat melihat sekumpulan orang mengerumuni jalan raya dimana mereka baru saja menyebrang itu.
“Key! Kamu mau kemana? Tunggu!!”
Key merasakan firasat tidak enak mengenai ini, segera didesaknya orang orang yang mengerumun itu untuk melihat siapa yang telah menjadi korban tabrakan mengenaskan itu.
Mata Key membelalak lebar.
Onew tidak dapat menyembunyian kekagetannya saat ia mengenali tubuh bersimbah darah di aspal yang sedang meregang nyawa adalah tubuh milik-
"Choi Minho!!!”

Aku merasakan tubuhku ringan, aku terangkat ke udara.
Kulihat tubuhku yang bersimbah darah tepat di bawah kakiku.
Aku tersenyum saat sepasang mata kucing menatapku.
Dia mengangguk dan tersenyum, mengisyaratkan ucapan selamat tinggal padaku,
"hei, sudah saatnya kau pergi.." sesosok bayangan putih bersayap menyilaukan menegurku yang terus termangu menatap Onew dan Key.
"Ah, Ya.." Dia menggandeng tanganku dan menghantarkanku di tempat yang sangat indah.. Aku tidak dapat melukiskannya dengan kata kata..
"hyung!" suara teriakan yang lembut itu menyadarkanku dari kekagumanku terhadap dunia baru ku ini..
Aku menolehkan kepalaku, menatap mata bulat yang mengilat ngilat jenaka.
Disana aku lihat jelas, seorang anak laki laki bertubuh 14 tahun dengan sebotol air mineral di tangan mungilnya, melambai ke arahku.
"Taemin ah.."
Akhirnya aku sampai di garis finish.

FIN

angst, minho/taemin, character death, oneshot, shinee

Previous post Next post
Up