Huru Hara Pesantren Kilat Kampung Johnny Part 4 ending
Re-post... part 4 ending
Tittle :: Huru Hara Pesantren Kilat Kampung Jhonny
Idea :: Lovelyabu
Author :: Michi YanYan Yamashina / yanyam / Michi Yamashina
Reting :: G
Genre :: Friendship
Okamoto masih sibuk menjaga-jaga situasi di sekitar gudang agar tidak ada yang datang ke gudang itu. Sementara Kamenashi, Yamashita dan Takaki masih sibuk menyiapkan segala keperluan di dalam gudang tersebut.
“ah…Yabu dan Akanishi senpai lama sekali… aku kan takut…” ucap Okamoto sambil terus mondar-mandir di depan gudang.
“ternyata yang bisa di ambil hanya dua…” ucap Akanishi membawa sebuah karung berukuran besar di bahunya.
“iya… semoga mereka berdua bermanfaat ya…” lanjut Yabu.
“sudah kalian berdua cepat masuk…” ucap Okamoto yang sudah terlihat ketakutan.
“Takaki, kamu harus mengambil 1 anak lagi… ini hanya ada 2 yang kami dapat” ucap Akanishi.
“heiii… lepaskan aku…” ucap Kikuchi yang tenyata di culik oleh anak-anak Akadou.
“aku anak paling tampan, kenapa harus di bawa ketempat seperti ini…” keluh Nakajima.
“kalian berdua diam saja…” ucap Yamashita.
“apa guna mereka ??” Kamenashi bertanya pada sang leader (yamashita).
“untuk membatu dalam misi kita…” jelas Yamashita sambil menaikan kakinya keatas meja layaknya seorang bos besar.
“eh ?? misi?? Misi apa maksud kalian ??” Kukichi bertanya penasaran.
“begini…..” Yamashita membisikan misi yang telah anak-anak akadou buat.
“jadi bagaimana apa kalian mau membantu kami ??” Akanishi kembali bertanya.
“baiklah… asalakan nama kami berdua bersih dan tidak dilibatkan dalam hal ini” Nakajima member saran.
“Okay deal~” ucap Kamenashi, Akanishi, Yamashita dan Yabu.
“Apa yang deal ??” Tanya Takaki dengan wajah polosnya.
“udahlah Yuya jangan banyak Tanya. Sekarang turuti saja apa yang mereka butuhkan” Kamenashi kembali menjelaskan tugas Takaki.
“yang kami butuhkan…………………..”
Begitulah yang terjadi didalam gudang itu.
Pagi telah tiba, semua santri telah berkumpul di musolah untuk melakukan sholat subuh berjamaah. Wajah mereka masih tampak lusuh dan mengantuk.
“SENSEIIII….” Teriak beberapa anak sambil berlari menuju musolah itu.
“eh ??? ada apa dengan anak-anak itu??” Matsumoto Sensei berjalan keluar dari musolah.
Semua santri sontak berlari kearah pintu musolah yang kecil itu.
“SENSEI…SENSEI…” suara mereka saling berbalapan.
“Ada apa ??” Ohno Sensei bertanya.
“anoo…Nakajima kento dan Kikuchi Fuma semalam menghilang dari kamar…” jelas Morimoto Shintaro dengan nada sedikit gagap.
“eh ?? yang benar ??” Sakurai Sensei bertanya dengan kagetnya.
“iya… benar… sebelumnya ada suara-suara aneh dari balik kamar kami…” Nakayama menjelaskan.
“apa kalian sudah mencarinya ??” Matsumoto Sensei kembali bertanya.
“un~” ucap mereka serentak.
“kalau begitu, setelah sholat subuh kita cari mereka ya…” Ohno Sensei member usul.
“ah~ Ohno sensei… aku pada muu….” Ucap Chinen dari belakang barisan kerumunan santri.
“ayok kalian berempat segera wudhu dan masuk dalam barisan” ucap Aiba Sensei.
“baik sensei…”
Mereka semua kemudian kembali dalam barisan sholat. Ueda Tatsuya mengumandankan Azan pagi itu dan disusul oleh Nishikido untuk Komat. Keempat anak yang datang telat pun sudah berada di dalam barisan dan siap untuk mengikuti sholat subuh.
Setelah Sholat Subuh mereka membagi kelompok agar mempermudah dalam pencarian Nakajima dan Kikuchi.
“tunggu… kenapa tidak ada anak-anak Akadou ??” Ninomia Sensei bertanya dengan wajah bingung.
“iya juga, aku baru menyadari hal itu…” Aiba Sensei menjawab.
“pasti ada yang tidak beres…” Sakurai Sensei menyimpulkan.
“kalau begitu mari kita selidiki…” Ohno Sensei member usul.
“Un~” Matsumoto Sensei setuju.
Tepat pukul 09.25 semua santri sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Para sensei sibuk dengan hasil laporan siswa.
“Assalammualaikum…” ucap Okamoto, Takaki dan Kamenashi masuk kedalam rumah.
“Takaki, kau dari mana saja?? Kenapa semalam tidak tidur dikamar??” Tanya Daiki bejalan kearah Takaki.
“ah….biasa main sama ni orang” ucap Takaki menunjuk kearah Kamenashi.
“aku mau tidur… jangan lupa bangunin aku jam 12 ya…”
“mau apa senpai ??” Tanya Okamoto penasaran.
“mau buka puasalah… apa lagi kalau bukan buka puasa…” ucap Takaki denagn pintarnya.
“wah…kau pintar Takaki” ucap Kamenashi berjalan meninggalkan teman-temannya.
“Senpaiiii aku ikut…” Takaki berlari mengikuti langkah Kamenashi.
“ah…dasar para anak aneh…” desah Tatsuya.
“ayok kembali mengerjakan tugas” ajak Chinen pada semua anak 7.
“aku ikut…” ucap Okamoto.
Sementara di sisi lain dari tempat itu. Yabu, Akanishi, dan Yamashita masih sibuk oleh penemuan yang dibuat oleh Fuma dan Kento.
“jadi bagaimana cara menggunakannya ??” Yabu bertanya dengan serius.
“saat dipegang dan jika dilepaskan akan…..” Nakajima menjelaskan.
“tidak berbahaya kan ??” Yamashita ikut bertanya.
“tidak kok…” singkat Fuma.
“ah~ gak seru…” sahut Akanishi.
Koyama, Tanaka, Shigeaki, Inoo, Ryutaro dan Yaotome sedang asik duduk-duduk di depan rumah. Namun tiba-tiba mereka dikagetkan oleh sebuah telephone yang bordering sangat kencang.
“angkat sana Ryutaro…” perintah Inoo.
“ah…aku malas…” jawab Ryutaro yang masih asik menulis arab.
“biar aku saja yang mengangkat” ucap Koyama.
“jangan sanpai, biar aku saja…” Yaotome bangun dari duduknya.
Yaotome berjalan dengan cepat mendekati telephone yang berada di ruang tengah.
“hallo~” sapa Yaotome.
“kami meletakan banyak BOM disekeliling pesantren anda…” ucap seseorang dari sebrang telephone.
“EHHHHH ??? INI SIAPA ??” Yaotome berteriak.
Mendengar teriakan dari Yaotome, Koyama, Tanaka, Shigeaki, Inoo dan Ryutaro segera berlari kearahnya.
“Ada apa Yaotome ??” Tanaka penuh Tanya.
“ada…ada…ada…” Yaotome gugup.
“Ada apa ??” Shigeaki kembali bertanya.
“Ada bom…” ucap Yaotome dengan lesu.
“eh ?? yang benar??” Inoo ikut bertanya.
“iya…tadi yang menelphone bilang seperti itu.
“cepat kasih tahu sensei…” Ryutaro berlali keruangan para Sensei diikuti oleh Yaotome dan yang lainnya.
Mereka berjalan denagn cepat dan segera memberitahukan kepada para sensei dan secepat itu juga seisi pesantren ribut karena ada peneror yang mengatakan ada bom disekitar pesantren. Semua santri sudah diamankan ke lapangan, sementara para sensei masih mencari-cari dimana letak BOM itu berada.
“senpai…apakah rencana kita berhasil ??” Takaki bertanya dengan wajah tidak yakin.
“shsstttsss jangan ribut… sudah aku mau tidur…” Kamenashi menenggelamkan kepalanya kedalam bantal.
“senpai…tapi apa Bom itu benaran akan meledak ??” Takaki kembali bertanya.
“sudahlah tenang saja…”
Ternyata ada seseorang yang menguping pembicaraan mereka berdua tanpa sengaja.
Disisi lain, Fuma dan Kento harus memberikan yang mereka rakit kepada salah seorang teman santrinya. Mereka berjalan dengan pasti tanpa merasakan ketakutan akan apa yang mereka bawa saat itu.
“Kento… mau dikasih siapa ini ??” Fuma bertanya.
“kasih pada Nishikido senpai saja…”
“apa kau yakin ??”
“bagaimana jika Taguchi??”
“iya… paling tidak dia gampang untuk dibodohi…” ucap Fuma dengan santai.
“itu mereka sudah pada kumpul di lapangan…” Kento menunjuk semua santri yang berada di lapangan.
“TAGUCHIII SENPAIII...ada kiriman untuk muuu…” Fuma berteriak dengan kencang.
“eh ??? dari siapa ??” Taguchi bertanya dengan penasaran.
Sebuah kotak besar Fuma berikan kepada Taguchi.
“apa ini ??” Tanaka bertanya.
“Coba dibuka…” perintah Nakamaru penasaran.
Taguchi pun mengikuti perintah semua teman-temannya dan segera membuka kotak berukuran besar itu. Setelah dibuka timer yang berada di dalam kotak besar itu berjalan.
“EHH???? BOMMMM” teriak Taguchi.
“NANIIIII???” semua langsung melangkah mundur menjauhi Taguchi.
“Fuma…Kento…darimana kalian dapatkan ini ??” Shigeaki bertanya.
“tadi saat kami dari luar ada yang member kami kotak itu dan disuruh memberikan kotak itu pada Taguchi senpai” jelas Fuma dengan wajah polosnya.
“kenapa aku?? Kenapa harus aku ?? padahal aku ini anak pintar” ucap Taguchi dengan wajah memelas.
“cepat di buang…” perintah Nishikido.
“JANGANNN…” Fuma dan Kento teriak bersamaan.
“kenapa ??” Yamada ikut bertanya.
“karena orang itu bilang jika di lepaskan akan semakin cepat waktunya berjalan” jelas Kento.
Seharusnya semua santri menyadari akan kesalahan yang Kento perbuat, namun apa mau dikata mereka memang aneh dan tidak menyadari hal tersebut.
“cepat panggil Sensei…” Masuda menyuruh Nakayama.
“ha’i~”
Tak lama kemudian para sensei datang dan segera menetralkan suasana yang sedang terjadi saat itu.
“bagaimana ini bisa terjadi ??” Ninomia Sensei bertanya.
Tanaka Koki menceritakan semuanya pada Matsumoto, Aiba, dan Ninomia sensei.
“kira-kira kita berhasil gak ya??” Yabu berbisik pada Akanishi.
Namun tanpa mereka sadari, mereka telah diamati oleh Ohno Sensei.
“Jadi kalian ya biang keladinya…” ucap Ohno Sensei sambil menjewer telinga Yabu dan Akanishi menuju kedepan lapangan.
“ampun senseiii…” rengek mereka berdua.
Sakurai Sensei segera memanggil Kamenashi dan Takaki yang masih asik tidur di dalam kamarnya. Sementara sang leder Yamashita sudah terlebih dahulu di amankan oleh Aiba sensei saat memeriksa gudang.
“jadi kita gagal ya??” Tataki bertanya dengan wajah lesunya.
“iya lah…” sahut Akanishi.
“kalian akan kami beri hukuman yang setimpal dengan perbuatan kalian, yaitu beres-beres seluruh tempat di pesantren ini termaksud kamar mandi” Aiba sensei menjatuhkan hukuman.
“Ha’i~” jawab Yabu, Takaki, Kamenashi, Akanishi dan Yamashita secara serentak.
“untuk Okamoto, Kento dan Fuma karena telah membantu misi mereka kalian kami hukum menyapu halaman” ucap Ohno Sensei.
“Ha’i~”
Akhir kata Akanishi, Kamanashi, Yamashita, Yabu, Takaki, Okamoto, Kikuchi dan Nakajima mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya pada semua santri karena ketenangannya telah terganggu oleh ulah anak Akadou yang dibantu oleh kepintaran Nakajima dan Kikuchi.
Setelah itu mereka semua kembali kekamar masing-masing untuk membereskan barang-barang karena nanti malam mereka harus kembali kerumah masing-masing.
“tunggu… bagaimana dengan bom ini ??” Tanya Taguchi yang masih panik.
Namun tidak ada yang meghiraukannya semua berjalan meninggalkan lapangan.
“eh…bagaimana ini ??” Taguchi bingung.
“tenang saja senpai, Bomnya tidak bahaya… paling hanya akan menghancurkan tubuh mu…” ucap Fuma menakut-nakuti Taguchi.
“eh ?? jadi nanti aku terkenal hanya karena BOM?? Gak elit banget si…” protes Taguchi.
“senpai… udah 10 deting lagi tuh… kami takut… hati-hati ya senpai…” ucap Kento meninggalkan Taguchi dan diikuti oleh Fuma.
“9…8…7…6…5…4…3…2…” Fuma dan Kento menghitung mundur.
DORRR~ suara ledakan yang sangat kencang sudah terdengar dan yang keluar dari meledaknya kotak besar itu hanyalah potongan kecil kertas dan bebeapa permen chocolate.
“saya Kamenashi Kazuya ingin mengucapkan minta maaf yang sebesar-besarnya kerana telah membuat pembaca gila, autis, sarap, seteres ataupun sejenisnya”
“saya Akanishi Jin ingin mengucapkan maaf karena kekacauan yang telah kami perbuat selama di sini”
“saya Yamashita Tomohisa ingin minta maaf karena kelakuan saya yang telah membuat kalian merasa dirugikan selama ini”
“saya Yabu Kota ingin minta maaf dan ingi membagikan cinta saya pada kalian semua yang membaca” {langsung kena geplak Kame, Jin dan Yamashita}
“saya Okamoto Keito ingin mengucapkan maaf atas kesalahan para senpai saya dan juga saya karena telah meresahkan pembaca dan membuat para pembaca menjadi autis, gila, gak waras, sakit perut, muntah-muntah ataupun yang lainnya. Karena pada dasarnya manusia itu tidak pernah luput dari kesalahan ya kan ?? lagi pula…hppmmm…” mulut Okamoto kembali di tutup oleh tangan Yabu, Akanishi, dan Kamenashi.
“saya Takaki Yuya ingin mengucapkan maaf dan ingin bertanya, apa kita jadi main petasan ??”
“BAKAKIIIIII” teriak Yabu, Okamoto, Kamenashi, Akanishi dan Yamashita.
“okay…” Takaki menutup mulutnya.
TAMAT
sampai ketemu di ramadhan berikutnya....