Pairing : GacktXHyde
Berani sekali…
Berani sekali aku membentaknya.
Berani sekali aku menamparnya wajahnya.
Baru kali ini aku menggunakan tanganku untuk menyakiti orang lain. Meskipun Gackt hanya terdiam setelah aku memukulnya, tapi aku yakin ia pasti akan membalasku.
“Hyde-kun….Apa hari ini dia tidak datang ?“
Sebuah suara membuyarkan lamunanku. Aku tercengang ketika Ayumi dan Ayana sudah berada tepat di depanku. Kedua teman kerjaku ini menatapku dengan tatapan yang …..sangat mengerikan, membuat hawa dingin tiba-tiba terasa di kulitku.
“Si, siapa yang kalian maksud ?”
“Aaahhh…kau pura-pura. Itu lho..pria yang setiap hari datang kesini.” Ayumi mengerlingkan matanya.
“Jangan-jangan kalian bertengkar ya sehingga dia tidak datang lagi ya..?” Ayana menambahkan, wajahnya terlihat sedih.
“Wah, Hyde-kun..ini sangat tidak bagus. Kulihat ia orang yang sangat setia, dia terus memperhatikanmu seakan tak ingin siapapun menyentuhmu.”
“Romantis sekali. Kalian benar-benar pasangan yang sangat serasi. Aku sangat mendukung kalian.”
Apa-apaan para wanita ini…??!
“Tunggu, apa yang kalian berdua bicarakan, hah ? Memangnya siapa dia itu, aku tidak mengerti.”
Ayumi dan Ayana saling memandang, kemudian senyuman mulai merekah di bibir mereka.
“Kyaaa….. Kami lihat waktu ia menciummu kemarin!”
“Kyaaaaa….meskipun sesaat, dengan melihatnya saja aku sudah berdebar-debar. Seorang pria tampan dengan bocah laki-laki berparas manis.”
“Kalian ini….Maksud kalian Gackt !????”
“Ya…ya…itu dia namanya.”
“Jadi benar kalian pacaran ne?”
“Bo, bodoh….Apa yang kalian pikirkan? Mana mungkin aku dengan makhluk arogan seperti itu !? Tidak…tidak. Selain itu dia pria. Pria bodoh yang tidak bisa mendengar perkataan orang lain. Kalian paham !? Jangan mengatakan hal yang tidak-tidak!“
Aku langsung berbalik meninggalkan mereka. Wajahku terasa panas, aku harap mereka berdua tidak melihat wajahku yang memerah. Namun mendengar suara mereka yang terbahak aku rasa aku terlambat.
“Hyde chan~ Kau sudah mau pulang? “
“Sakura-san…iya, aku duluan.”
“Mau kuantar? Bahaya kalau jalan sendirian tengah malam begini.”
“Aku kan laki-laki. Aku bisa pulang sendiri. Terima Kasih.”
“Hooo….hati-hati ya. Hahaha.”
Arrrghhh…kenapa dengan hari ini. Aku benci terus dianggap seperti wanita. Aku memang masih kelihatan seperti orang yang lemah. Tapi lihat apa yang kulakukan tadi siang. Aku sudah bisa membuat seorang pria paling egois di sekolah terdiam seketika saat aku memukulnya. Kalian lihat kalau aku akan berubah menjadi seorang pria yang kuat.
Lagi-lagi wajah Gackt terlintas dalam kepalaku, aku teringat pada kata-kata Ayumi dan Ayana tadi.
Gackt datang ke café setiap hari ??
Bukankah ia hanya datang kemarin saja, sebelum itu aku tidak pernah melihatnya ada di café. Apa aku tidak menyadarinya? Ataukah…para wanita itu yang mengigau. Jujur aku tidak bisa berpikiran positif jika mengenai Gackt. Orang seusil dia pasti langsung memanfaatkan hal ini untuk mengancamku. Kalau sejak awal dia sudah tahu kenapa dia diam saja. Padahal itu bisa ia jadikan sebagai salah satu kelemahanku. Dan kapanpun bisa ia gunakan untuk mempermalukanku di sekolah seperti yang ia lakukan padaku setiap hari.
“Wah, Hyde-kun..ini sangat tidak bagus. Kulihat ia orang yang sangat setia, dia terus memperhatikanmu seakan tak ingin siapapun menyentuhmu…”
Arrrghhh…kenapa aku malah berpikiran yang tidak-tidak. Aku mengacak-ngacak rambutku berharap kata-kata itu pergi dari pikiranku.
“Auuchh!”
“Hei, kalau jalan hati-hati!”
Tanpa sadar aku menabrak seorang pria di depanku. Wajahnya sangat seram, ditambah dengan jaket hitam dan aksesories bak rocker yang menempel ditubuhnya.
“Ma’af…aku tidak sengaja . Ma’afkan aku.”
“Haha…kau bercanda. Memangnya hal ini bisa diselesaikan dengan minta ma’af saja?!”
Seorang pria jangkung berjenggot di sebelahnya menambah panas suasana.
“Ya..kau benar Juken. Aku sangat bosan malam ini. Bisakah kau melakukan sesuatu untuk kami sebagai cara untuk menebus kesalahanmu.” Jarinya menyentuh daguku
“Hahahaha…belum apa-apa kau sudah membuat gadis itu takut Ken.”
“Siapa yang kau sebut gadis, hah !?”
Aku mulai geram dengan pernyataan pria yang dipanggil Juken itu.
“Memangnya kami bicara dengan siapa, hah? Tentu saja itu kau.”
Pria yang dipanggil Ken itu tiba-tiba merangkulku.
Wajar jika ia berpikiran seperti itu. Jangankan dengan jaket bulu tebal ini, dengan seragam sekolah yang kupakai tiap haripun banyak sebagian orang yang mengira aku wanita. Aku sangat tidak suka ini. Amarah yang memuncak di kepalaku memaksa tanganku untuk bergerak.
BRUAKK!!
Kepalan tanganku mendarat mulus di wajah Ken. Matanya langsung terbelalak, amarahnya meledak seketika.
“Kau…tikus kecill!!”
Ken dan Juken langsung menyeretku ke gang kecil tepat di sebelah kanan.
“Lepaskan ak…bffff!!!”
Juken segera membungkam mulutku sambil mengunci kedua tanganku ke belakang. Perlawananku tidak membuahkan hasil, yang membuatku justru jatuh ke tanah.
“Percuma. Tak akan ada yang mendengar teriakanmu. Jadi simpan tenagamu dan diamlah, sweety.”
“Kita senang-senang sebentar ya.”
Jemari Ken menjelajahi wajahku, turun dari dahi ke dagu melalui pipiku. Pikiranku sudah mulai kacau. Apa yang akan dilakukan kedua orang brengsek ini!? Tanganku tak bisa bergerak sama sekali, cengkraman Juken terlalu kuat untukku. Aku hanya bisa pasrah saat tangan jahilnya mulai bergerak ke bawah. Apa yang harus kulakukan…
Gackt…!?
Tolong aku.
Gackt…….
Itu Gackt !!!????
Tidak, ini bukan ilusi. Itu Gackt. Ia menaiki motor besarnya dengan berjalan pelan. Lihat kananmu Gackt, kumohon.
“Hei, dimana kau taruh dompetmu hah? Apa aku perlu melucuti seluruh pakaianmu !?”
Ken mulai mengancamku.
“Hmmmffffttt”
“Hoii… Juken. Kenapa kau masih membungkam mulutnya. Dia tidak bisa menjawab pertanyaanku, bodoh.”
“Oh..ma’af. Nanti kalau dia teriak bagaimana Ken.”
“Tikus kecil ini mana bisa berteriak. Tak akan ada yang mendengarnya.”
“Baik baik…hahaha.. Auuchhhh!!”
Sesaat setelah Juken melepaskan bungkaman, aku langsung menggigit tangannya. Mereka mulai lengah yang kumanfaatkan untuk menendang Ken yang berada tepat di depanku.
“Bocah sialannn!!! Kembali kauu!!”
Aku berlari sekuat tenaga. Sebagai juara balap lari saat SMP dulu, mereka pasti tidak akan bisa menandingiku.
Gackt..?! Ia ada di seberang jalan, masih mengendarai motornya pelan.
“Gackt!!!!!!!!!”
Teriakanku langsung membuatnya menoleh kearahku. Jalanan yang benar-benar sepi membuatku dengan mudah menyeberangi jalan sementara kedua orang brengsek itu tetap mengejarku.
“Hyde…????”
“Tolong…hh..hh…aku. Mereka mengejarku.”
“Siapa? Apa mereka mengganggumu?! Brengsek, biar kuhabisi mereka!”
Gackt terlihat marah, aku langsung memeluknya dari belakang saat ia hendak menuju Juken dan Ken yang mulai mendekat ke arah kami.
“Bo, bodoh…jangan membuatnya tambah kacau. Cepat kita pergi dari sini.!”
Gackt segera menaiki motor besarnya.
“Cepat naik.”
Aku mengikuti instruksi Gackt.
“Tunggu. Aku tidak akan menjalankan motorku kalau kau tidak berpegangan erat padaku, chibi Hychan.”
“…………………...”
****
Malam semakin larut Motor Gackt berhenti tepat di apartemen kecil Hyde.
“Kau yakin ingin masuk?”
“Kau mau mengusirku setelah aku menolongmu, hah?”
“Bu, bukan begitu. Maksudku apa kau tidak dicari orang tuamu. Ini sudah malam kan.”
“Kau sendiri berani-beraninya masih keluar tengah malam begini. Lihat akibatnya, kan..”
Gackt menjentikkan telunjuknya ke dahi pria mungil di hadapannya. Hyde hanya terdiam.
“Terima kasih sudah menolongku.”
“Tidak sekalian minta ma’af?”
“Untuk apa?”
“kau sudah memukulku tadi siang.”
“Kalau itu memang sudah pantas untukmu! Kenapa kau benci sekali pada Tetsuya?”
“Akupun tidak habis pikir kenapa kau terus membelanya.”
“Karena dia orang yang baik..”
“Dan aku orang yang sangat jahat. Begitu?”
“Itu…”
“Hmm…dimana kamarmu, Chibi Hycchan ?”
“Berhenti memanggilku seperti itu.”
“Kenapa? Sebagai gantinya kau boleh memanggilku ehmmm…Gacchan.?”
“…………..”
Hyde berhenti di depan sebuah pintu berwarna coklat. Ia sedikit terkejut ketika mendapati ruangan apartemennya tetap gelap gulita meskipun ia sudah berulangkali menyalakan saklar lampu.
“Nah..kan. Kenapa kau mau-maunya tinggal di apartemen sempit tua seperti ini.” Gackt mulai memprotes.
“Huh… Orang kaya sepertimu pasti tidak akan mengerti. “
“Kalau begitu menikah saja denganku dan kau akan menjadi orang kaya nanti, hahahaha.”
“……………………….”
Hyde tidak menggubris ocehan Gackt, tangannya sibuk mencari lilin di laci meja yang berada tepat di samping tempat tidurnya. Apartemen Hyde memang sempit. Kamar tidur dan ruang tamunya hanya dipisahkan oleh sekat, berikut kamar mandi disebelah kanannya. Setelah berhasil menemukannya, ia mulai menyalakan beberapa lilin tersebut.
“Ma’af Gackt. Tempatku sangat gelap.”
“It’s okay. Aku juga tidak terlalu suka dengan cahaya lampu.”
“Huh? Benarkah?”
Ya...”
Dengan santai Gackt naik ke atas ranjang milik Hyde. Menenggelamkan tubuhnya dalam selimut tebal berwarna biru muda.
“Heii…Kau mau apa? Itu kasurku.”
“Aku mengantuk…”
“Lalu aku harus tidur dimana, hah???”
Hyde mulai kesal dengan tingkah Gackt.
“Here…beside me. “
Gackt menggeser tubuhnya merapat ke tembok, menyisakan tempat untuk Hyde. Namun tetap terlihat sempit karena tempat tidurnya memang hanya cukup untuk satu orang.
“Ka, kau bercanda…Mana bisa aku tidur disitu.”
Semburat merah tergambar di pipi Hyde, terlihat jelas meskipun dalam temaram cahaya. Sungguh pemandangan yang indah bagi Gackt, Hyde terlihat sangat sangat manis di matanya. Seketika itu juga senyumnya tersungging.
“Kenapa? Tubuhmu kan kecil. Kalau kau tidak bisa tidur aku bisa menyanyikan lagu nina bobo untukmu. Suaraku cukup bagus lho.”
“Lalu kenapa aku harus berbagi kasurku denganmu. Jangan bercanda, Gackt.”
“Kalau kau tidak suka ya sudah, kau bisa tidur di sofa atau kalau tidak…kau bisa tidur diluar.”
“…………..”
Hyde kembali terlihat kesal. Ia langsung menuju tempat tidur favoritnya , dengan paksa ia meraih selimut dan ikut bergabung dengan Gackt.
“Minggir!”
“Hahaha…akhirnya kau mau juga.”
“Berisik. Aku lelah dan benar-benar mengantuk. Aku sudah tidak punya tenaga lagi untuk meladenimu.”
“Itu bagus..”
Detak jantung Hyde tiba-tiba berdetak dua kali lebih kencang dari biasanya. Baru kali ini ia berada dalam jarak yang begitu dekat dengan Gackt, orang yang selama ini selalu membuat hari-harinya tampak menyedihkan. Hyde merasakan pipinya terasa panas, bukan karena hembusan nafas Gackt yang terus terasa di wajahnya. Lebih dari itu, perasaan ini sama seperti saat Gackt mencium bibirnya. Saat ini Hyde benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk menstabilkan detak jantungnya. Ia pasti tidak akan bisa tidur malam ini, terlebih saat tiba-tiba Gackt mengganti posisi tidurnya membuatnya semakain dekat dengan Hyde. Ia melingkarkan lengan kirinya di pinggang Hyde, memeluknya lembut. Sementara Hyde bisa merasakan Gackt mencium rambut Hyde, merasakan aroma helai rambut hitamnya.
“Hmm..Lebih dari yang kuperkirakan, tubuhmu mungil sekali. Sangat pas dalam pelukanku.”
“Ehmm… Ga, Gackt. Aku tidak bisa bernafas..”
“Heh ? Mau kuberi nafas buatan..?”
“Bodoh..bukan itu. Tanganmu sangat berat. “
“Aku tidak bisa tidur jika tak ada guling disampingku.”
Sesaat kamar menjadi sunyi. Hyde memalingkan wajahnya ke arah Gackt, mencoba memastikan bahwa pria di sebelahnya sudah benar-benar tertidur.
“Gackt..?”
_to be continued_