Chocolate Temptation/ Smut part

Apr 18, 2013 06:13


Title: chocolate temptaion (smut edition)
author: Yutakashinji a.k.a Yuta Narushita
genre: smut, NC19, fluff, romance
warning: male x male, sex, bahasa.



Saga tak mampu bergerak lebih banyak lagi saat ia merasakan tulang-tulang sekujur tubuhnya mendadak lunak. Mati-matian ia menahan nafas saat Tora menempelkan bibir tipisnya dengan miliknya. Ciuman itu terasa biasa pada awalnya, namun lidah Tora memaksa untuk di ijinkan masuk. Gitaris jangkung itu sedikit membelai leher mulus Saga dengan lembut menggunakan jari telunjuknya yang berhasil mendapat celah masuk dan segera menyapa lidah Saga di dalamnya.

Saga tak banyak melakukan apapun semenjak Tora mendominasi dirinya, tubuh pemuda manis itu sedikit bergetar tatkala menahan desiran darah yang bergejolak.

"Tora apa yang kau uhmp-"

Pemuda ramping itu tak sempat menyelesaikan kalimatnya karena Tora sudah kembali mengunci bibirnya dengan miliknya.

Saga sangat tidak beruntung dengan posisinya saat ini, pria jangkung itu mendorongnya kembali ke sofa semula saat sebelum ia memaksa Tora memakan coklatnya tadi. Punggungnya menyentuh pinggiran sofa, pemuda ramping itu tak berdaya ketika Tora berada di atasnya membatasi ruang geraknya.

Tora membuka kancing kemeja Saga tanpa melepaskan kontak bibir mereka, tangannya yang terampil berhasil menanggalkan lapisan kain itu memperlihatkan setiap inchi kulit dari tubuh bagian atas Saga. Pemuda yg lebih pendek darinya itu Tak mampu berpikir apapun saat Tora bergerak turun menyapukan bibirnya di kulit pucat Saga, terus ke bawah hingga ia menemukan spot coklat yang terjatuh tadi diantara dada sang bassist. Pria bermata elang tersebut mengambil potongan coklat itu dengan tangan kirinya, sementara noda yang tertingal di kulit pucat itu ia bersihkan dengan lidahnya. Membuat Saga melenguh, kepalanya terasa berputar karena darah yang sudah mendidih akibat sentuhan sentuhan Tora.

Kembali pada pemuda jangkung di atasnya, Tora sengaja memainkan gumpalan coklat yang terjepit diantara jari telunjuk dan ibu jarinya, membuat benda manis itu meleleh mengalami perubahan wujud menjadi benda cair yang lengket.

Ia menatap Saga yang berada di bawahnya, mata berwarna coklat keemasan itu semakin menyala indah dan begitu tajam seakan mampu mencopoti pertahanan siapapun yang melihatnya.

Semenjak ia menggoda Saga, tak terlontar satu katapun dari mulutnya, serta mengabaikan protes sang bassist. Tora benar-benar terlihat seperti sedang dikendalikan hawa nafsu dan naluri ingin menguasai, tatapan matanya bagaikan api yang berkobar.

Ia memeperi lumeran coklat di jarinya itu ke setiap kulit Saga, berawal dari pipi bergerak turun melewati sudut bibir,leher,dada, hingga berhenti di bagian perut pemuda ramping itu. Ia melukis tubuh saga dengan lelehan coklat yang mengotori kedua jarinya ,membuat jalur disetiap tempat yang menggiurkan.

Saga membelalakan matanya saat Tora sudah selesai melukis di tubuhnya lalu dengan tatapan menggoda pria itu menghisap jari telunjuk dan ibu jarinya. Saga benar-benar tidak mengerti, dan merasa di bohongi karena ternyata Tora mau memakan benda manis yang ia claim sebagai makanan yang di bencinya.

Tora kembali menatap Saga yang tengah menatapnya dengan tatapan bingung sekaligus tidak percaya, sesaat kemudian Tora terkikik pelan seolah tau isi pikiran sang bassist pasti di penuhi dengan puluhan pertanyaan.

"kenapa?" ia mengeluarkan suara berat khasnya, "kau terkejut? Aku memang bilang kalau aku benci dengan coklat tapi aku tidak bilang kalau aku masih bisa memakan itu kan?"

"kau! Kau mempermainkanku?"

"hmm? Kau dulu yang mengerjaiku kan? Kau tidak akan bisa Saga."

"lepas." saga mendorong tubuh pemuda di atasnya namun segera kedua tangannya di genggam Tora, kembali membuat dirinya terkunci.

"aku belum selesai menyantap makan malamku."

"oy kau gila?!! Dasar maniak, mesum, ga punya otak, gatau diri, gak sop--!"

Tora meletakan jari telunjuknya di bibir mungil Saga membuat makian makian itu terhenti.

"baiklah, aku akan bersikap sopan. Ehemm."

ia membersihkan tenggorokannya sesaat sebelum kembali berkata. "maukah kau menjadi milikku malam ini?"

"Fuck!"

Saga mendengus kesal.

"aah rupanya kau lebih tidak sabaran."

"sinting! Kau mau menjadikanku One night stand?" Saga menyikut perut Tora dengan dengkul kakinya. Hingga pria itu mengaduh kesakitan dan kesempatan itu diambil saga untuk membebaskan diri. "aku pulang."

Tora segera bangkit dan meraih lengan saga sebelum pemuda yang lebih muda darinya itu melangkahkan kakinya ke pintu luar.

"ooy! Apa-apaan ini? Kau benar-benar gila ya tor? Setan apa yang merasuki mu?!"

"oke maaf, aku benar-benar minta maaf, aku benar-benar lepas kendali. Aku tidak berniat menjadikanmu one night stand seperti yang kau bilang tadi. Aku memang menginginkanmu tapi bukan hanya untuk malam ini. Aku memang ingin benar-benar memilikimu." kali ini Tora menatap Saga dengan sungguh-sungguh. Membuat keadaan jadi hening.

"cih, sudah selesai? Minggir." Saga menepis telapak Tora di lengan kurusnya.

"aku menyukaimu saga, entah sejak kapan dan aku juga tidak habis pikir kenapa aku bisa menyukai orang paling menyebalkan sepertimu. Tapi percayalah aku sudah lama mempunyai perasaan ini. Aku memang memanfaatkan setiap tindakan usilmu itu untuk balik menyerangmu."

"apa?" Saga menatap horor pria di depannya, berani sekali ia mengatakan hal itu. "Kau mau bilang kalau itu modus?" sambungnya tajam.

Tora hanya menggaruk kepalanya dan tersenyum sambil memalingkan muka."kau- tidak ingin bersamaku?"

"tidak"

"kau menolakku?"

"tidak"

"oh begitu. . Ehh?"

"aa ,ma maksudku aku tidak mau kau jadikan modus..kau. . Benar-benar membuatku ketakutan. Menyebalkan!."

"maaf."

"dan sekarang tubuhku jadi kotor begini, kau harus bertanggung jawab membersihkannya."

"iyaa sebentar." Tora menghela nafas dan mencari sesuatu yang bisa dijadikan bahan untuk mengelap tubuh saga. ia membuka isi tasnya namun tidak menemukan apapun."aku tidak punya tisu."

"cih, kau bukan menggunakan tisu untuk membersihkanku tadi." saga memalingkan wajahnya kesamping tak mau bertatapan dengan orang di depannya.

Tora tersenyum mengerti maksud dari ucapan bassist cantik itu. ia berjalan mendekati Saga. "Kau mau aku mebersihkannya dengan caraku tadi?"

"aku tidak akan mengatakannya dua kali."

Tora kembali tersenyum dan kini senyumannya semakin mengembang ketika ia sudah meraih dagu Saga dan memperhatikan wajah yang semakin merah dan semakin manis menurutnya. Ia menurunkan matanya pada bibir mungil itu, sejenak meneguk ludah sebelum akhirnya menggerakan kepalanya kebawah menutup jarak diantara kedua bibir mereka. Nafas saling bertemu, hidung mancung mereka saling beradu dengan pipi.

Ciuman kali ini berbeda dengan sebelumnya karena di respon oleh pemuda manis itu sendiri, ia menggerakan lidahnya saat lidah Tora berhasil menerobos masuk. Tora meletakan telapaknya di pinggang saga dan menarik pemuda manis itu kembali ke sofa untuk menuntaskan kegiatannya.

"ugh" Saga sedikit mengaduh saat bibir bawahnya di gigit oleh gitaris itu. Namun selanjutnya Tora kembali mengecup bibir mungil itu dengan lembut.

Lidah itu bertindak bak alat pembersih, menyapukan goresan coklat yang menodai kulit putih itu. Dengan gerakan yang sensual Tora memulainya dari sudut bibir, beranjak turun ke leher, semakin kebawah mengikuti jejak yang ia ciptakan sebelumnya. menggantikannya dengan jejak berwarna merah, Menjilat, menghisap,mencium terus mengulang gerakan yang sama seraya kepalanya bergerak turun menuju bagian bawah tubuh Saga. Tora sangat menikmati rasa manis dari coklat dan aroma tubuh pemuda yang lebih pendek darinya itu.

Sementara Saga merasakan geli saat Tora beranjak turun dari leher menuju dadanya tanpa melepaskan kontak bibir sang gitaris dengan kulit putih Saga. Pria berambut hitam itu sedikit bermain-main disana, lidahnya bertemu dengan benda bulat kecil berwarna pink. Tora sedikit tersenyum lalu menyesap benda bulat kecil itu kuat-kuat membuat si empunya tak mampu menahan desahan dari mulutnya.

" akh! To-raa" lenguhnya dengan suara bergetar.

Sementara Pria yang di sebut hanya menyunggingkan senyuman dan lanjut dengan aktifitasnya. Kini ia telah mencapai bagian akhir dari noda coklat itu, dengan satu jilatan terakhir noda di perutnya akan segera hilang. Pria bermata tajam itu menyeringai saat matanya bertemu dengan milik Saga yang sudah ber-ereksi tak sengaja menyentuh dada bidang Tora ketika pria besar itu membungkukan badannya untuk mensejajarkan kepala dengan perut Saga.

"Saga"

Tora menatap Saga yang kini terlihat semakin panas dengan kelopak matanya yang setengah redup enggan untuk terbuka, bibirnya yang semakin kemerahan dan terpisah, dadanya yang bergerak naik turun seiring nafasnya yang memburu. Keringat yang membasahi pelipisnya membuat poni rambutnya sedikit basah.

Tora mengutuk pemandangan indah di depan matanya.

Sang bassist itu melingkarkan tangannya di leher Tora dan segera membawa pemuda itu pada ciuman panas, tanda bahwa pemuda manis itu menginginkan lebih. Tora menakupkan kedua telapaknya di pipi Saga, lalu menyingkirkan rambut di sekitar telinganya.

"kau sangat cantik" gumam pria berambut hitam itu di sela-sela ciumannya.

"Tora aku..."

Pria berambut hitam itu mengedipkan matanya lalu tersenyum seolah mengerti ucapan ragu dari Saga. Ia mengerti bahwa itu adalah sebuah undangan agar ia menyentuhnya lebih.

Tora terus menghujani tubuh Saga dengan ciuman. Namun tidak terlalu nafsu seperti sebelumnya melainkan sentuhan lembut yang terasa nyaman, karena ia tidak ingin Saga merasa takut. Ia ingin membuktikan kesungguhan cintanya pada pemuda manis itu. Tangan Saga mencengkram t-shirt bagian punggung Tora saat pemuda itu membuka resletingnya dan menyelipkan telapak lebarnya untuk menarik keluar bagian yang sudah tegang itu.

Desahan kecil itu terdengar dengan jelas ketika tubuhnya di tarik kembali oleh Saga. Ia terus mengerang di sisi telinga Tora bagai bisikan nafsu, pria berambut hitam itu menuruni kepalanya lagi untuk menarik celana jeans hitam milik saga, begitupun boxernya yang ia taruh begitu saja di lantai. Nafas Saga yang mengenai lehernya membuatnya semakin terangsang.

Tora tidak memperdulikan dimana ia berada saat ini, di kepalanya hanya ada ribuan kata pujian yang tidak bisa terucap setelah melihat tubuh polos Saga di depannya.

Ia menjilat bibir bawahnya yang mendadak kering karena terlalu lama membuka mulut.

"kau sedang apa? Cepatlah!"

Kini suara Saga berhasil memecah dunia autisnya, ia sedikit menoleh ke Saga yang terlihat sangat sangat merona, di balik kulit pucatnya rona merah di wajahnya lebih kontras.

Ia mengerti.

Sesuai teguran si empunya ia segera melaksanakan tugasnya, meraih batangan itu, menjilat bagian kepalanya. Desisan nikmat berasal dari pemuda lainnya. Tora memasukan batangan itu ke mulutnya, mengulumnya dengan telaten memijit dengan lidahnya seraya menggerakan telapaknya naik turun.

"aa ah"

Pemuda jangkung itu mempercepat ritme pijatan benda di tangannya. Mengulum, menyesap serta menggigit kecil benda itu. Memberikan sensasi yang luar biasa pada pemuda kecil lainya. Tak hentinya Saga mengerang.

"sudah cukup! Aku tidak mau keluar sebelum kau!" Saga beranjak duduk dengan nafas yang tak beraturan. Ia mendorong Tora hingga tubuh pria besar itu membentur sisi lengan sofa dan tanpa aba aba, ia membuka resleting celana bahan kulit hitam milik Tora yang di sambut ekspresi terkejut pemuda berambut hitam itu.

"wow wow tenang lah." sang gitaris itu berusaha membelai rambut Saga sedikit menahan antusiasme pemuda itu.

Namun sayang Saga tak berniat mengikuti apa kata Tora, ia tetap menarik resleting itu, membuka kancing pengait dan menanggalkanya. Hal yang sama juga bernasib pada boxernya. Hingga milik Tora benar-benar terekspos. Saga meneguk ludahnya sedikit gugup melihat benda besar di depannya.

"buka kausmu" pinta sang bassist itu terkesan menyuruh.

"he? Kau yakin tak mau melakukannya sendiri?"

Ujar Tora dengan seringai sedikit menggoda pemuda ramping itu.

Saga beranjak ke leher Tora, sedikit menghembuskan nafas di leher pria jangkung itu, lalu mengigit kerah kaus hitam Tora membuatnya sedikit tertarik kebawah, tangannya menyelinap melalui celah bagian bawah kaus itu, mengelus punggung Tora dengan gerakan keatas membuat kaus itu tersikap dengan sendirinya. Tora memainkan jarinya di sisi tubuh Saga, tak urung ia membantu bassist itu menanggalkan bajunya. Kini tubuh mereka sama-sama polos.

Saga mengecup bibir Tora, melumat satu persatu kedua bagian bibirnya. Ia Sedikit berhati-hati pada bagian bawah yang berpiercing. Mereka terus bertahan pada peperangan ciuman hingga kebutuhan akan udara lebih penting dari segalanya.

"make a love with me."

Tora menaikan sebelah alisnya mendengar ucapan nakal pemuda manis itu.

"apa itu suatu ajakan? Atau perintah?"

Tora terkekeh saat melihat perubahan ekspresi kesal di raut wajah pemuda di depannya.

"kau ingin aku menarik kata-kataku kembali dan berubah pikiran?"

Tora tertawa pelan lalu ibu jarinya menyentuh bibir mungil yang sedang cemberut itu.

Kepalanya beralih ke sisi telinga saga membisikan kalimat godaan.

"pastikan dirimu siap menerima."

"diam dan buktikan, jangan buat aku meragukan kemampuanmu."

Pemuda jangkung lainnya tersenyum miring mendengar ucapan itu terkesan seperti ia sedang di tantang, ia mencengkram bagian bawah paha mulus bassist itu.

"ohya., keberatan kalau aku tidak bawa pengaman?"

"tidak masalah."

"baiklah, aku memang pria dengan daya seks tinggi, tapi aku bukan orang yang selalu membawa benda seperti itu. Tapi aku rasa aku bawa lube punya Shou yang tertinggal."

Saga hanya diam menyimak Tora yang sedang mencari sesuatu di tasnya, lalu ia menyerahkan tabung kecil itu pada Saga.

Saga menatap bingung benda di tangannya.

"bagaimana cara menggunakannya?"

Kali ini Tora benar-benar tertawa keras cukup keras sampai ia harus membungkam mulutnya sendiri untuk menahan tawanya, melihat pemuda di sebrangnya sudah bertampang masam.

"hey aku bukan orang sepertimu! Aku memang belum ahli."

"ohya? Untuk orang yang belum ahli sepertimu aku rasa kau sudah bisa di bilang pro saat berciuman tadi, kau bahkan membuat milikku terasa sakit saat melepas kausku dengan gaya erotismu."

Wajah Saga benar-benar merah matang berkat pujian Tora. Ia benar-benar tidak menyadarinya jika dirinya menjadi ahli secara alami.

"baiklah baiklah, tuangkan itu ke telapak tanganmu dan masukan jarimu ke lubangmu. Tidak perlu terlalu terburu-buru, cukup lakukan dengan perlahan hingga kau merasa nyaman."

Saga semakin gugup mendengar instruksi dari Tora. Rona merah masih senantiasa menghiasi pipinya. Dengan ragu ia memasukan jari tengah yang sudah di lumuri cairan bening dan lengket itu ke satu-satunya lubang bagian bawah tubuhnya.

Ia mendesis pelan saat merasakan sensasi aneh namun tak urung ia menggerakan jarinya hingga masuk sepenuhnya.

"ungh.kh.."

Rona merah kini berpancar di tulang pipi Tora, jika ada seseorang yang memaksanya untuk mengedipkan mata walaupun dengan bayaran, ia tidak akan melakukannya. Demi apapun ia tidak ingin melewatkan keindahan jari-jari yang keluar masuk dari lubang itu. Ingin rasanya cepat-cepat menggantikan jari itu dengan miliknya yang sudah sakit dengan ukuran maksimal.

Saga menambah jari telunjuknya untuk menyesuaikan diri dengan milik Tora, ia tahu bahkan ketiga jarinya pun tidak cukup untuk menyamai ukuran Tora. Bibirnya membuka dan menutup meracau nikmat, matanya yang terpejam, kulit putih yang berbalut keringat itu nampak semakin berkilau, serta tubuhnya yang gemetar. Semua itu membuat Tora tidak bisa menahan rasa sakit di bagian bawah perutnya. Ia juga ikut melumuri jarinya dengan lube dan memijit miliknya yang sudah keras dan tegang. Ia segera menarik jari Saga, mengusap lubang itu dan meremas pantat Saga.

"Tora please"

Tora mencium bibir Saga kembali, menyuruhnya berbaring di sofa, menempatkan pemuda itu di posisi yang nyaman. Pemuda jangkung itu menjilat bibir Saga, kemudian mendorong kaki kanan Saga ke atas dan meletakannya di pundaknya. Ia mulai memasukan miliknya dengan perlahan, tangan kirinya membungkam mulut Saga. Karena ia tau pemuda itu akan menjerit merasakan sakit, ia tidak ingin ada orang menyadari kegiatan mereka di ruang istirahat dan mendobrak pintu secara tiba-tiba ketika mendengar suara orang kesakitan. Setidaknya mereka harus bermain aman di tempat umum seperti ini. Tora sudah berencana mengajak Saga pulang ke apatonya setelah ini.

Saga mencengkram sisi atas kepalanya bersandar yaitu bagian lengan sofa. Sesuai dugaan jarinya tak sebanding dengan milik Tora dan rasa sakit itu segera menjalari lubang masuknya.

"sial! Kau sempit sekali."

Perlahan tapi pasti milik Tora sudah masuk seutuhnya. Mereka sama-sama mengatur nafas sebelum lanjut dengan gerakan-gerakan lain yang akan menguras tenaga.

"move" ujar pria manis itu seraya menatap lekat mata Tora. Ohh mata itu, mana bisa Tora menolaknya.

Tora mematuhi perintah pemuda di bawahnya untuk membuat gerakan di dalamnya. Ia melakukannya dengan perlahan tak ingin membuat Saga terluka.

"ahh Tora.." Tora terus memberikan sentuhan sentuhan lembut di tubuh Saga membuatnya merasa nyaman, menyeimbangkan rasa sakit di lubang itu. Telapak tangan kirinya ia letakan di pinggang Saga dan memberi sedikit pijatan di perut bawahnya. Smentara tangan yang lain bergerak memberikan perhatian pada milik saga yang tidak terlalu besar di banding miliknya.

Masih dengan irama yang teratur, Saga menjambak rambut Tora dan menarik gitaris itu mendekati bibirnya, dengan tidak sabaran ia melumat bibir tipis itu, memasukan lidahnya dan mengabsen tiap benda di dalam rongga mulut gitaris tersebut. Lidah saling beradu. Saga mencengkram punggung Tora membuat kuku jarinya tertancap disana namun tidak sampai membuatnya berdarah.

"saga. . . Mh. . ." suara berat itu semakin menandakan bahwa ia hampir mencapai klimaksnya.

"Tora Tora s-stop.. Tunggu.!"

"ada apa? Aku hampir sampai Saga!"

"tunggu! Aku ingin merasakan lainya."

"apa maksudmu?" Tora benar-benar tidak mengerti apa yg Saga katakan.

"biarkan aku berada di atasmu, aku selalu ingin merasakannya."

Saga mengigit bibir bawahnya menahan malu saat mengatakan itu. Tora masih bingung namun sejenak kemudian ia tersenyum mengetahui keinginan sang bassist.

"kau mau posisi yang seperti apa?"

"duduk."

"eh? Ya baiklah." Tora duduk bersandar di punggung sofa, kemudian Saga beranjak naik ke pangkuanya.

"bagaimana kalau seperti ini?" tanya Saga ragu.

"ide bagus."

Tora terkejut saat Saga menyesap lehernya kuat dan mengigit kecil, membuat bekas temporer disana. Pemuda berbibir mungil itu bergerak turun ke dada Tora, menjilati bagian yang bertato. Sebuah tato kupu-kupu yang indah di dada sebelah kanannya. Bibirnya meluncur turun menciumi dan mengisap puting Tora.

Tora tak hentinya mengerang, tubuhnya sudah gelisah akibat serangan balik Saga. Ia meremas gumpalan daging di sekitar pahanya. Meremas dan memijit pantat Saga.

Ia mengangkat sedikit pinggang Saga dan memposisikan miliknya dengan lubang masuk itu. Ia menyuruh Saga untuk kembali duduk dan saat itu pula milik Tora menancap di dalam Saga.

Pemuda manis itu kembali menjerit, "aaaaaaaah" namun ia sudah bisa menekan sedikit volume suaranya dengan mengigit bibir bawahnya.

Tora pun merasakan sensasi yang berbeda saat miliknya terjepit di dalam lubang sempit tersebut. Ia mulai menggerakan pinggangnya perlahan, memberikan komando pada pemuda di pangkuannya. Mereka telah menciptakan irama yang kompak, hingga akhirnya mereka tenggelam dalam kenikmatan. Hentakan demi hentakan membawa mereka pada surga dunia, saling menyebut dan menyahut nama masing-masing.

Tora meraih wajah Saga dan mencium bibir merah basah itu.

"ahh Toraaa"

"Ya Saga! Seperti itu sayang." tak henti-hentinya Tora mencium pemuda di pangkuannya itu. Saga terus meracau hingga ia merasakan milik Tora menyentuh bagian prostatnya. Saga semakin menggila dengan memepercepat genjotannya di paha Tora, sementara pria jangkung itu memompa milik Saga membantu proses ejakulasi menggunakan telapak besarnya.

"Tora.. Tora.. Tora.. Aku-!"

"ya keluarkan lah sayang.. Keluarkan dengan menyebut namaku."

Cairan pekat berwarna putih itu menyembur ke perut dan telapak tangan Tora.

"sedikit lagi. Aku Hampir mendekati" lenguh Tora di sisi telinga Saga.

Tak lama kemudian setelah tiga kali hentakan kuat Tora mencapai klimaksnya di dalam Saga. Saga terjatuh di dada bidang Tora, mengeratkan pelukannya di leher pria besar itu. Tubuh saling merapat, Mereka bisa merasakan detak jantung masing-masing.

"Saga.." ujar Tora sambil mengelus puncak kepala pemuda berambut pirang itu.

"hm?"

"aku rasa aku bisa menyukai coklat. Dan paksa aku memakannya lagi."  Tora mengedipkan sebelah matanya. Membuat wajah pemuda lain di pelukannya merah padam.

"dasar mesum!"

Saga mencubit hidung Tora dengan kedua kari tengah dan telunjuknya.

"ikut ke apartemenku?"

"kau mau membuatku tidak bisa jalan hah?!"

"ahahaha aku rasa kau membutuhkan perhatian lebih dariku."

"bodoh."

"tapi kau suka."

"kapan aku bilang begitu?"

"I love you" Tora mengecup bibir Saga, dan pemuda itu dengan senang hati menyambutnya.

-FIN-

Aaaaargh aku tidak percaya aku menulis ini. Oh my God! Jangan hukum aku! DDX maaf ini ancur, ini benar2 smut pertama yang saya ketik. Yg bener2 real smut. Smp bahasa fulgarnya bocor pdhala udh d minimalisir sbisa mgkin.

Yap hutang lunas!! *tarik napas dlm2*

chocolate temptation previous chapter



Posted via LiveJournal app for Android.

pair: tora x saga

Previous post
Up