覚えてますか? part 01

Feb 17, 2009 22:43

"Did you remember that time? When we spend our precious time together...just the two of us..."

Ya, aku ingat semuanya.

Hari itu, kau sangat mempesona.
Bukan karena pakaianmu, bukan karena dandananmu, bukan juga karena perhiasan yang kau kenakan. Kau akan tetap terlihat indah, tak peduli apapun yang kau pakai.

Hari itu, kau dan aku duduk di bangku taman. Hanya kita berdua di sana. Cuacanya cerah, langitnya biru, angin berhembus sesekali mengibarkan rambutmu yang hitam. Kita berbincang, tentang masa lalu dan tentang kita berdua.

Aku masih ingat, kau sangat pemarah dan galak ketika kau pertama kali berhadapan denganku. Kau mengomel karena telah menabrakmu dari belakang ketika kau sedang berjalan santai di dalam stasiun kereta, sehingga membuat barang-barang yang kau bawa itu jatuh berserakan. Aku sangat merasa bersalah karena tidak hati-hati, aku meminta maaf sembari membantumu mengambil semua barang yang terjatuh. Tapi kemudian, apa yang kudapat? Setelah puas memakiku, kau pergi begitu saja dari hadapanku, meninggalkan aku dengan perasaan malu sekaligus kesal.

Tak lama kemudian, kita bertemu lagi. Kali ini kau bertemu denganku dengan sosok seorang mahasiswa baru di kelasku mengajar. Oh, ya ampun, betapa merahnya wajahmu saat kau melihatku waktu itu. Kau tak berani menatap wajahku ketika aku mengabsen, dan kau pun nampak gugup ketika aku menyuruhmu untuk membaca paragraf dari buku pegangan kelasku. Tadinya, aku masih kesal dan ingin membalas sedikit perbuatanmu saat itu dengan menggunakan "kekuasaan dosen" milikku. Namun, melihat sosokmu yang nampak gelisah, aku tak tega melakukannya.
Pada titik itulah, terlintas satu kata di pikiranku, "Betapa manisnya dia..."

Beberapa kali kau mencoba untuk menghindariku. Ah, mungkin kau sekarang merasa bersalah lebih dalam ketika mengetahui bahwa aku akan menjadi dosenmu? Tapi, aku mendapatkan sebuah kejutan darimu. Kau menemuiku di ruang dosen, dan meminta maaf terang-terangan atas kejadian tempo dulu yang tidak mengenakkan. Wow, aku kagum atas keberanianmu dalam mengakui kesalahan. Aku tersenyum, dan memaafkan dirimu saat itu juga tanpa rasa dendam.

Hari-hari mengajarku berlalu dengan menyenangkan, terutama jika bersamamu. Kau jadi banyak membantuku di kelas, dan cukup populer di antara para mahasiswa lainnya. Kau cepat beradaptasi dengan lingkungan barumu, sehingga kau sekarang memiliki banyak teman akrab. Aku lega karena kau anak yang supel dan baik.
Semakin lama, aku merasa kau semakin manis. Perasaanku berubah total. Dari rasa perhatian semata dari seorang dosen kepada mahasiswanya, menjadi perasaan cinta terhadap seseorang yang spesial... Aku tahu, hal ini salah besar. Apa kata masyarakat jika seorang dosen mengencani salah seorang mahasiswanya sendiri? Tidak, aku tidak boleh menodaimu sama sekali. Lalu, aku pun menjaga jarak denganmu saat perasaanku semakin mendalam terhadapmu.

Kau kebingungan, kau terlihat cemas dengan segala tindak tandukku yang tidak biasanya kau lihat. Aku menjadi semakin dingin, semakin menjauh dari dirimu. Maaf, aku lakukan ini untukmu, aku tak bisa bersamamu karena aku tahu ini salah...sangat salah... Suatu ketika, kau mengajakku berbicara empat mata di sebuah taman sepi. Ya...taman penuh kenangan itu... Kau berhadapan denganku, wajahmu terlihat berang. Lalu kau pun mulai bertanya satu hal, "Kenapa kau jauhi diriku?"
Tak bisa kujawab, aku tak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya padamu. Karena aku yakin, hal itu akan membuatmu sakit hati padaku. Kau masih menunggu jawaban yang tak kunjung datang, kemudian kau pun melontarkan kata-kata yang membuat dadaku sesak. "Sensei...apa kau membenciku...?"

Tidak. Aku tak pernah membencimu.

"Lalu, kenapa kau jauhi aku? Jawab aku, Sensei!"

Tak bisa. Aku tak bisa menjawabnya. Kau akan membenciku jika aku mengatakannya.

"BUT I LOVE YOU, DAMMIT!! Tidakkah kau sadar akan hal itu, Sensei?!"

Aku tersentak. Terkejut. Tak kusangka, ternyata dia yang malahan lebih dulu menyatakan cintanya. Hahaha...aku bukan seorang gentleman... Aku menatap wajahmu, air mata sudah meleleh dari kedua matamu. Perasaanmu bercampur aduk, sama dengan perasaanku saat ini. Tanpa sadar, aku memelukmu erat. "Maaf...", bisikku, "Maafkan Sensei-mu yang bodoh ini, yang tidak menyadari perasaanmu terhadapku..."

Hari-hari berikutnya, kita lalui bersama, dengan lebih berhati-hati karena status kita yang masih merupakan backstreet lover. Kita harus menunggu waktu yang tepat untuk melalui masa sulit berikutnya ketika kau dan aku sama-sama mengakui status kekasih kita...mari kita menunggu waktu yang tepat...aku yakin waktunya masih lama, tapi kita pasti bisa lalui bersama tanpa ada masalah yang berarti.

( to be continued....)
Previous post Next post
Up