Title : Two Heart
genre : romance
author :
din4mo rate : PG - 13
starring :
- Nishikido Ryo
- Yamashita Tomohisa
- [OC] Kanawa Yuri
Chapter 1:
community.livejournal.com/join_fl/15403.htmlChapter 2:
community.livejournal.com/join_fl/30136.htmlChapter 3:
community.livejournal.com/join_fl/30755.html#cutid1 Chapter 4
Ryo’s POV
“Are?? Ryo-chan?” Tomohisa kaget melihat keberadaanku. Sejenak aku juga tidak tahu harus memberi jawaban yang seperti apa padanya.
“Mou..ita deshou?? Sono chan nante iu na yo! Mou otona ni natte kara” akhirnya kuputuskan untuk mengalihkan pertanyaannya.
“ii kara..bagiku kau tetap Ryo-chan, sahabat terbaikku”
Jujur, aku marah sekali pada diriku sendiri setelah mendengar Tomohisa mengatakan itu.
“Oi...bagaimana kau bisa bertemu Yuri?” tanyanya lagi.
Aku melirik pada Yuri yang dari tadi hanya berdiri saja disamping Tomohisa. Matanya seperti memohon padaku untuk tidak mengatakan yang sebenarnya.
“Yuri...dia...dia...” aku tak tahu apa yang harus aku jawab, sementara Tomohisa masih menunggu sampai aku menyelesaikan jawabanku. “Dia lewat cafe-ku tadi. Kupikir ini sudah terlalu larut untuknya, jadi aku mengantarnya. Kau tidak keberatankan ?”.
“Apa? Keberatan ?? Yang benar saja! Justru aku berterima kasih padamu, kau sudah mau repot mengantarkan kekasihku. Ii nakama yo, omae wa..”
tidak ada kecurigaan sama sekali, Tomohisa malah memelukku.
“Baka !! kenapa tidak dari awal saja Yuri kutitipkan padamu selama dia di Osaka ya? Haha...” ucap Tomohisa polos.
Aku benci ini semua harus terjadi, aku bisa kehilangan sahabat terbaik bila Tomohisa tahu yang sebenarnya terjadi antara aku dan kekasihnya.
“Ryo, aku bermalam ditempatmu saja ya... ga mungkin khan aku tidur dengan Yuri di rumah obaasan ??” tanya Tomohisa. Aku menjawabnya hanya dengan anggukan kecil. “aneh..kau pendiam sekali sih hari ini ??” lanjutnya heran.
“majika ?? maa~ tabun..aku sedikit lelah dan...kaget” jawabku, aku hampir tidak mengeluarkan suaraku saat mengucapkan kata ‘kaget’.
“Lelah?? Ya sudah, berhubung kau lelah... kita pulang saja sekarang. Kurasa Yuri juga ingin istirahat, ya khan??” tanyanya mendekat pada Yuri. Yuri tidak menjawab apa-apa, dia hanya tersenyum yang sangat dipaksakan.
“Sebenarnya, kapan kau bisa kembali ke Tokyo?” tanya Tomohisa pada Yuri.
“Maa..mungkin besok sore aku sudah bisa kembali. Perkerjaannya sudah sedikit lagi selesai” jawab Yuri.
“Sou ka?? Ja, kamu istirahat yang cukup ya, aku ada ditempat Ryo jika kau butuh aku. Oyasumi” katanya lagi dan diakhiri dengan mencium Yuri. Melihatnya membuatku marah dan rasa ingin memisahkan mereka. Tapi, itu membuatku sadar juga. Yuri memang bukan milikku, dia milik sahabatku, Tomohisa. Yang kami lakukan itu salah, tapi aku tidak bisa memungkiri kalau aku memang sudah jatuh cinta dengan orang yang salah.
* * *
Yuri’s POV
Sudah 2 minggu sejak kepulanganku dari Osaka, kembali menjalani kehidupan seperti biasanya. Aku jenuh, dengan pekerjaan maupun dengan pembatalan2 janji Tomohisa karena ‘urusan mendadaknya’.
Aku merindukan Ryo, maski Cuma 2 kali kesempatanku bertemu dengannya saat aku di Osaka tapi sudah membuatku jatuh cinta padanya. Aku ingin bersamanya lagi, aku belum bertemu dengannya lagi sejak kembali ke Tokyo.
Berulang kali aku mencoba menghubunginya tapi aku takut dia akan menolakku. Dia tidak menatapku sama sekali saat mengantarkan aku dan Tomohisa distasiun 2 minggu lalu.
“Kanawa-san?!” panggil kachou, yang membuyarkan lamunanku.
“Hai??”
“Kau kenapa sih? Sejak pulang dari Osaka kuperhatikan kau kurang fokus terhadap sesuatu yang kau kerjakan” tegur kachou, saat itu seharusnya aku mendata semua pemasukan cafe tapi aku kerjakan justru biaya pengeluaran cafe yang sebenarnya sudah aku kerjakan kemarin.
“Aaa...sumimasen, kachou. Sumimasen..akan aku kerjakan lagi yang benar” jawabku panik.
“Doushite?” selidik kachou, “Apa ada sesuatu yang tertinggal disana? Apa yang kau alamai selama di Osaka?”.
Hati dan Pikiranku yang tertinggal di Osaka
Ingin aku jawab seperti itu tapi tidak mungkin. itu tidak ada hubungannya sama sekali dengan dengan urusan pekerjaan.
“Nandemo arimasen, Kachou. Mungkin aku yang memang kurang istirahat sejak kembali dari Osaka. Mou ichido, hontou ni sumimasendeshita”.
“Ii yo, apa kau cuti saja? Kayaknya kau memang butuh cuti untuk mengembalikan konsentrasimu lagi” ujar Kachou.
“Tidak. Tidak perlu, aku belum benar-benar membutuhkannya. Daijoubu” aku menolak tawaran Kachou untuk mangambil cuti meski sebenarnya sempat terlintas dipikiranku dengan mengambil cuti aku bisa ke Osaka untuk menemui Ryo. Tapi tidak, itu tindakan yang sangat bodoh.
“Kanawa, aku tau ada yang sedang kau pikirkan. Bahkan mungkin aku tau, wajahmu terlihat bingung. Kau terlihat seperti sedang memilih antara 2” kata Kachou, yang cukup membuatku kaget. Bagaimana dia dapat menebak seperti itu? Apa itu terbaca jelas dari wajahku?
“Kau harus membuat keputusan, kau harus tentukan mana yang akan kau pilih” lanjutnya.
“Tapi, kachou. Aku tidak...”
“Tapi ingat, kau harus memilih dengan keputusan yang bijak. Pikirkan juga dampak yang akan terjadi dengan hal yang kau pilih” sambungnya lagi dan meninggalkanku yang diam terpaku mendengar kata-katanya. Kenapa kachou seolah tau apa yang sedang ada dipikiranku.
Memang ada 2 hal yang harus kuputuskan, ada 2 pria yang saat ini sedang mengisi ruang hatiku-Tomohisa dan Ryo. Aku tidak dapat memilih keduanya, mereka sama-sama berarti untukku.
Tomohisa, dia Pria yang paling dekat denganku 1 tahun belakangan ini. Tidak ada yang salah dengan hubungan kami sebenarnya, tapi entah kenapa aku merasa kalah dengan perkerjaannya. Aku mencintai Tomohisa tapi mungkin aku sudah tidak jatuh cinta lagi dengannya.
Sementara Ryo, dia sudah lama ada didekatku karena dia sahabat Tomohisa. Tapi, baru beberapa hari bisa mengenalnya lebih jauh dia sudah berhasil masuk kedalam hatiku. Aku merasakan hal yang beda saat bersamanya, kenyamanan dan rasa doki-doki yang luar biasa. Itu semua hal tak pernah lagi kudapat dari Tomohisa.
Aku sadar, jatuh cinta pada Ryo itu adalah hal yang salah. Tidak seharusnya aku jatuh cinta dengan sahabat kekasihku. Tapi, siapa yang bisa melarang hati? Tidak ada yang salah dengan cinta kan?
Ryo’s POV
Aku harus menyelesaikan ini, ini salah, tidak baik jika diteruskan. Aku memang mencintainya, tapi ini tidak seharusnya terjadi. Yuriko, dia sudah menjadi milik seseorang yang juga berarti dihidupku, Tomohisa.
Aku akan kembali ke Tokyo hari ini dan akan menyelesaikan semuanya. Aku harus mengakhirinya secepat mungkin.
tuut..tuut..tuut
Ayolah, Yuri. Angkat teleponnya. Kumohon...
“Moshi-moshi..Ryo?” jawab Yuri pelan.
“Yuri...kita harus ketemu” ucapku.
“Ryo, kita memang harus ketemu. Aku kangen sama kamu, Ryo” kenapa Yuri harus bekata seperti itu? Aku juga sangat merindukannya.
Tuhan, kuatkan aku.
“Ada yang ingin aku bicarakan denganku, kau bisa keluarkan malam ini?” tanyaku, yang berusaha mendatarkan suaraku.
“Un, dekiru. Aku bisa, aku pasti bisa. Hontou ni aitai yo, Ryo~” jawabnya.
“Yokatta...aku tunggu ditaman kota ya nanti malam jam 7...Ja ne” aku langsung memutuskan telponnya. Aku tidak tidak sanggup lagi menahan airmata yang daritadi aku tahan. Dia memang tidak melihat meskipun aku menangis tapi aku tidak mau suaraku terdengar bergetar karena tangisku. Aku tidak ingin Yuri khawatir.
Yuri’s POV
“Anoo..Ryo? Ryo? Moshi-moshi, Ryo?”
Sudah putus ternyata. Ryo kenapa ya? Kenapa dia tiba-tiba muncul setelah 2 minggu menghilang?, Entahlah..aku tidak peduli. Yang penting malam ini aku akan bertemu dengan Ryo. Aku benar-benar sudah sangat ingin bertemu dengannya.
Seharusnya hari ini aku pulang jam19.30 tapi aku berhasil meminta izin pulang lebih dulu pada Kachou, dengan alasan Ibu-ku datang ke Tokyo hari ini.
Aku berlari ke halte bus yang menuju taman kota tempat yang tadi dipilih Ryo. Aku harus segara sampai aku tidak ingin Ryo menunggu lama, tapi entah kenapa bus nya tidak datang-datang. Aku menunggu sekitar 20 menit sampai bus itu datang. Sekarang waktuku tinggal 10 menit menuju taman itu. Semoga tidak ada hal yang membuatku telat sampai disana.
Diluar harapanku, jalanan sedikit ramai hari ini. Harusnya dari tempatku kerja menuju taman itu dapat ditempuh hanya dengan 5 menit saja. Tapi, sekarang sudah tepat pukul 19.00 aku masih berada didalam bus.
19.05 akhirnya aku turun dari bus, langsung berlari sekuat tenagaku, secepat mungkin. Aku telah membuat Ryo menunggu lama.
Cukup lama aku mencari sesosok pria yang sangat ingin aku temui itu setelah aku sampai ditaman itu.
Ryo...dimana kau ??? apa dia sudah bosan menunggu hingga akhirnya dia pergi lagi??
Aku benar-benar tidak akan memaafkan diriku jika memang itu yang terjadi. Aku terus mencarinya sambil mengatur napasku yang menjadi berat akibat belari mengejar waktu tadi, sampai aku merasakan ada yang menyentuh pundakku. Aku menoleh untuk melihat orang yang menyentuhku. Itu pasti Ryo, tapi...
“Tomohisa..??!” aku kaget, kenapa jadi Tomohisa yang ada dihadapanku? Aku panik.
“Kamu ngapain disini ??” tanyanya, “Dan kenapa kamu kaget seperti itu melihatku?”.
Aku diam tidak menjawab apa-apa, banyak hal yang ada dipikiranku saat ini. Bagaimana jika Ryo juga ada disini apa yang akan terjadi? Apa yang harus aku katakan pada Tomohisa? Jawaban seperti apa yang tidak membuatnya merasa curiga??
“Yuri-chan?? Doushite?? Kau belum menjawabku. Nande hitori de koko ni iru no?” tanyanya ulang.
Tuhan, bagaimana ini? Apa yang harus kujawab? Menatap matanya saja aku tidak sanggup.
“ano...atashi..ano....” lidahku kelu.
“KYAAAAAAAAAAAAAAAAAA~~!!!” teriakan orang-orang itu dan suara seperti benturan keras berhasil mengalihkan tatapan Tomohisa yang bingung menunggu jawaban dariku.
“Ada apa itu ??” tanyanya sambil berlari kecil menuju suara teriakan itu, aku mengikutinya.
“Nanka atta no?” tanyanya pada orang yang ada didekat situ.
“Ada kecelakaan, sepertinya ada yang tertabrak” jawab orang yang juga mendekat ke TKP. Aku juga panik dan hanya mengikuti kemana Tomohisa berlari.
Kami sudah ada di TKP, tapi sulit melihat karena banyak. Kami masih berusaha melihat si korban. Perasaanku merasa aneh, aku seperti harus melihat korbannya.
“Kyaaaaaaaaa~~ !!!!” teriakku sambil berusaha menerobos kerumunan itu tapi Tomohisa menahanku.
“Yuri, nande ?? kenapa kau teriak?!!
“Itu...itu..itu Ryo, Tomohisa!!!! Itu RYO!!!!” aku melepas pegangannya dan berlari menerobos kerumunan. Tomohisa mengikutiku.
“Sumimasen, aku kenal orang itu...sumimasen”
Tubuhku lemas begitu aku sudah ada di TKP, itu benar Ryo. Dia yang tertabrak, Ryo tergeletak tak berdaya dengan darah yang masih mengalir dari kepalanya.
Aku terduduk disampingnya, menangis dalam diam sambil memeluknya. Aku tidak peduli dengan keberadaan Tomohisa disitu, aku dia juga tidak akan berpikir apa-apa karena dia juga sama paniknya.
“Ryo..Ryo..nande?? Ryo..hiks..hiks..” aku terus menangis sambil memeluknya, banyak darahnya yang menempel dibajuku.
Aku terus didekatnya sampai ada ambulan datang, hingga Tomohisa menarikku menjauh dari Ryo yang akan diangkat ke ambulan.
Aku dan Tomohisa ikut masuk kedalam ambulan itu. Aku terus menggenggan tangan Ryo sambil tetap menangis.
Aku tidak tau mereka membawa Ryo keruang apa saat sampai di Rumah Sakit, yang jelas aku dan Tomohisa tidak boleh ikut masuk.
Kami menunggu diruang tunggu. Aku tidak bisa menahan airmataku, aku terus menangis.
“Ini tidak mungkin terjadi, Tomohisa. Ryo harus selamat, aku takut, Tomohisa. Aku takut..hiks..hiks...hiks..” Tomohisa yang juga terlihat khawatir akhirnya memelukku.
“Aku juga tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya, Yuri” katanya sambil memelukku. “Kita berdoa saja, semoga tidak ada hal serius yang terjadi pada Ryo”.
Aku semakin mengecangkan pelukkan, dan semakin terisak dalam tangisku.
- - -
Tbc...