Loving To Be Hurt 1 of 2 (Sequel dari Loving to Be Loved)

Jan 07, 2014 11:44


TITLE : LOVING TO BE HURT (LANJUTAN DARI LOVING TO BE LOVED)

AUTHOR : sutradarabukan

GENRE : ROMANCE / WHUMP

RATE : PG17

PAIRING : JOON X ONEW X KEY X JONGHYUN X JINO


§  Mati lebih damai dan mudah. Hidup lebih sulit - Twilight

Aku tak pernah sekhawatir ini.
“Minho, kamu lihat Jinki hyung?”
Minho, menoleh dan mengangkat bahu.
“Bagaimana bisa kamu tidak tahu soulmate mu itu berada, eoh? Haha..”
Mungkin saja minho bercanda, namun kata kata itu menohokku tepat di ulu hati.
Bagaimana bisa aku tak tahu belahan jiwaku itu berada?
BRUAK!!
“KIM JONGHYUN!! KAMU HARUS DENGAR INI!! JINKI HYUNG MENGHILANG!!”
Bukannya terkejut atau panik, Jonghyun malah asyik menulis nulis diatas kertas yang tak aku tahu isinya apa.
Namja ini memang selalu cuek, mungkin karena inilah aku menyerah soalnya dulu dan malah memacari Jinki.
Ya benar, dulu aku, Kim Kibum, pernah memiliki perasaan pada Kim Jonghyun. Namun itu dulu..
“Kamu lihat kan berita tadi pagi.. Huks.. Jinki..” Tapi aku tak bisa bohong, bahwa dia selalu jadi orang pertama yang mengetahui segala isi hatiku yang tak pernah bisa kutumpahkan kepada Jinki.
Menceritakan segalanya pada Jonghyun lebih mudah ketimbang pada Jinki yang super sibuk itu.
Terkadang aku seringkali lupa bahwa Jinki mencintaiku.
Jinki tak pernah menunjukkannya dengan kata kata.
Lewat sikap? Bukannya dia memang selalu baik pada semua orang?
Hal itu lah yang selalu membuatku bimbang akan cintanya.
Adakah sebenarnya aku disana?
Dihati seorang Lee Jinki itu?
Adakah pantas seorang aku mencintainya?
Sepertinya sekarang terjawab sudah.
Lewat kediamannya sebelum dia pergi kemarin, mungkin saja dia ingin mengatakan soal hubungannya bersama Joon dan mengakhiri hubungan kami.
Diamnya berbeda kemarin.
Diamnya berbeda dan itu menyakitkan aku.
Foto kekasihku, Jinki, tengah berpelukan dengan namja lain itupun..
Menyakitkan.
“Dia pergi begitu saja kemarin.. Huks.. Tanpa bilang mau kemana, dan dia malah pergi ke club bersama namja itu?! Kamu bisa bayangkan betapa sakitnya aku!!”
Aku terus terisak di belakang Jonghyun, namja itu masih mengacuhkan aku.
Tapi kepada siapa lagi kuluapkan kekecewaan ini?
“Aku tak mengerti bagaimana bisa dia tega melakukan ini padaku!! Ukh.. maksudku, kami baik baik saja kemarin!! Dan paginya?! Aku mendapati berita Jinki dan Joon yang berpelukan di klub!! Ukh!”
Dadaku sesak, sungguh sesak.
Bagaimana bisa Jinki namja baik hati yang kukenal berubah dalam sehari dengan begitu drastis?
Apakah segalaya benar bahwa Jinki tak mencintaiku dan malah namja berotot itu?
Apakah segala kenangan kami tak lagi berarti untuk Jinki?
Tak tahukah dia bahwa semua ini menyakitkan?
“Kamu tahu kan bahwa Joon itu player!! Lihat bagaimana dia menggoda Jiyeon dan Hyosung!! Sekarang dia mengincar hubby ku! ANDWAEEE~ ANDWAEEEEEEEEEEEE!!!!!”
Alih alih menanggapiku Jonghyun malah beranjak pergi. Aku kesal.
Aku marah.
“JONGHYUN!! DENGARKAN AKU, CERITAKU BELUM...”
PLOK!!
Jonghyun melemparkan sehelai handuk padaku.
“Lap wajah jelekmu itu, dan ganti bajumu. Kita cari si bodoh itu..”
Aku memang kesal dan marah.
Namun terkadang semua itu sirna begitu cepat oleh sikap manis Kim Jonghyun yang aneh itu.
Dia selalu berbeda jika kami hanya berdua.
Dia bisa saja dengan mudahnya memegang tubuhku mesra atau mencium pipiku.
Tapi dia tak pernah lakukan hal hal itu maupun lebih jika berdua.
Dia, namja yang tak bisa terbaca isi hatinya ini, sudah lama aku menyerah untuk mencintainya.
Tapi melihat bagaimana ia selalu ada disisiku..
Kenapa aku merasa bimbang atasnya??
Dan disinilah aku, di dalam mobil kim Jonghyun, dan kekasih mungilnya, Jino.
Mereka memang pasangan yang manis. Meski Jonghyun tak mau mengakui itu, tapi aku yakin kelamaan dia akan mengerti arti hadir Jino.
Setidaknya dia harus melakukannya lebih baik daripada dulu.
Setidaknya Jino tidak akan berakhir seperti aku.
Melihat Jino membuatku teringat akan Jinki.
Jinki-ku yang romantis.
Dia sering memberiku kejutan manis, yang akan membuat wajahku memerah karenanya.
Dia akan kikuk saat kubisikkan kata kata cinta.
Meski begitu tatapnya selalu teduh.
“Key, apakah kamu sudah lapar?” Saat aku sibuk melamun soal namja yang kucintai itu, Jonghyun menyadarkan aku.
Lihat bagaimana caranya memperlakukan aku? Padahal ada Jino disisinya.
Kenapa dia selalu begini jika tak sedang berdua?
“Ah, belum. Jino, apakah kamu sudah lapar?” Aku berusaha menjawab dengan jawaban yang aman.
“Ah.. sedikit.. aku belum sarapan tadi pagi..” Jino memegangi perutnya
“Salahmu sendiri, aku tak memintamu untuk mengikuti aku.” Jonghyun masih saja dengan acuhnya memberikan komentar pedas pada Jino.
Bukankah aneh jika sebersit rasa cemburu timbul melihat mereka begitu?
Meski dengan omelan ia tetap menanggapi setiap kata yang diucapkan Jino.
Kenapa Jonghyun tak pernah bersikap seperti itu padaku?
“Hyung~  ayolah belikan aku satu kue saja! Ayooooo~” Jino merengek dan menarik narik kemeja Jonghyun
Aku berusaha mengalihkan perhatianku pada jalan.
Tiba tiba saja perasaan aneh menyelimutiku.
Aku teringat pagi disaat aku terbangun dengan kakiku diantara kaki Jinki, dan lengannya membantali kepalaku.
Aku menguap begitu lebarnya, masih mencerna bagaimana bisa aku dalam dekapannya dan tak tertutup sehelai benangpun?
Lalu sebuah rasa sakit di tubuh bagian belakangku mengingatkanku pada malam menakjubkan yang kulewati berdua dengannya.
Pagi itu berbeda, debar kami seolah bersatu bersama sama.
Sayup sayup kudengar suara lembutnya berkata.
“Aku mencintaimu, nae Key..”
Kamu bilang itu, ternyata aku salah Jinki..
kamu pernah ucapkan kata kata cinta itu..
Tidak, bukan pernah, tapi sering..
“Aish!! Lepaskan atau kamu kuusir keluar!” Tiba tiba saja suara marah Jonghyun menyadarkan aku dari lamunan.
“Ayolah hyung~ Aku lapar!!”
“Aish! Hentikan Jino, kamu menggangguku menyetir!!” Jonghyun terlihat gusar.
“Jjong, mampir saja ke mini market terdekat, kasihan kan Jino..” akhirnya aku berusaha menengahi mereka sebelum terjadi hal hal yang tak diinginkan.
Dan benar saja saat aku baru berpikir begitu, aku melihat cahaya truk yang menghadang dari depan, dan Jonghyun yang kehilangan kontrol akan setirnya membawa kami menuju truk tersebut.
“JONGHYUN HYUNG!! AWAS!!!” Jino berteriak.
Ini sungguhan,
Ini bukan mimpi.
Apakah aku akan mati?
“GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!”
BRUAAAAAKKK!!
Jinki maaf, aku lupa..
"Saengil chukae, nae sarang.. Nae Key..."
Bahwa sore ulang tahunku pun kamu membisikkan kata kata cinta itu.
Jinki aku lupa..
"Saranghae yeongwonhi.. Jalja.."
Bahwa sebelum aku tidur malam itu, kamu ucapkan kata kata itu..
Jinki aku lupa, bahwa kata kata cinta itu selalu ada diantara kita namun aku selalu saja tak puas atasnya dan mencari cari pelarian atas ketidak puasanku itu.
Jinki, apakah kamu pergi karena muak akan segala keegoisanku itu?
Karena itukah kamu pergi ke sisi namja lain?
Apakah kamu tak lagi mencintaiku?
Ah, Jinki.. Kenapa hidup ini begitu rumit sampai tak bisa kumengerti?
Jinki maaf..
"J.. jjong..."
Kadang aku merasa, aku mencintai kalian berdua disaat bersamaan.
“Arrrgh.. hhh..”
Jinki, inikah hukuman atas ketamakanku?
Jinki...
BRUK!!

§  Kematian tak dapat menghentikan sang cinta itu sendiri, dia hanya menundanya, sebentar.. - The Princess Bride

Sakit..
Ah, sekarang hangat..
Semuanya tidak sakit lagi..
“Jino..”
Eh bukankah itu suara nya?
Suara orang yang kucintai melebihi diriku sendiri sampai sampai aku melompat untuk memeluk tubuhnya saat benturan keras menghajar mobil kami..
Itu dia..
Yang tengah duduk di kursi putih bersinar sinar itu.
“Hyung, kenapa kita ada disini?”
Jonghyun hyung tersenyum padaku, senyum yang dulu sering ia berikan sebelum aku mencintainya.
Senyum yang membuatku mencintainya kemudian.
Mencintainya melebihi apapun di semesta ini.
“Entahlah Jino, saat tersadar aku berada disini. Aku sedikit lelah..” katanya.
Aku mengernyit, semua di tempat ini begitu menyilaukan.
Aku beranjak untuk menariknya.
“Hyung ayo  kita pulang hyung! Aku nggak suka tempat ini hyung, terlalu sunyi..” ucapku.
Jonghyun hyung bersikeras untuk tinggal.
Dia menarikku untuk duduk.
Lalu kepalanya menyender di bahuku.
“Terima kasih Jino, sudah mencintai orang sepertiku.. Terima kasih..”
Aku mengerjap.
Bagaimana bisa dia begini aneh?
Semua ini membuatku resah.
“Hyung, apa aku gagal menyelamatkanmu?” Tanyaku.
Jonghyun hyung masih bersender di bahuku.
Dia menggeleng lembut.
“Tidak. Kamu berhasil... Tapi aku tak suka berada disana. Menyakitkan..” Katanya.
Dadaku sakit.
Entah kenapa aku tak suka dirinya yang begitu rapuh seperti ini.
“Kembalilah hyung. Kembali saja.. Key hyung masih tak tahu soal hatimu.” Aku selalu menyukainya yang menyukai Key hyung.
Caranya menatap Key hyung penuh cinta meski ekspresi wajah yang dingin.
Mungkin Key hyung mengira semua itu adalah fan service, pelukan itu, ciuman itu, kata kata itu..
Bagi namja itu semua tak berarti apa apa.
Namun bagi namja yang kucintai ini, semua itu lebih berarti dari nyawanya.
“Bahkan aku mati karena dirinya.. Setidaknya itu alasan yang bagus untuk mati bukan?”
Mataku panas, airmata turun satu satu tanpa bisa kubendung.
Bukankah kita sudah mencintai untuk dicintai?
Aku mencintaimu.
Tapi tak pernah dicintai olehmu.
Kamu mencintainya.
Tapi tak pernah dicintai olehnya.
“Tuhan tidak adil.. Sungguh tidak adil..”
Jonghyun hyung mengangkat kepalanya dari bahuku dan berdiri untuk meregangkan tubuh.
“Terkadang yang terlihat adil bagi kita, adalah hal yang tidak adil untuk orang lain.. mungkin Tuhan tak memandang adil aku dan Key.. Dia memandang adil Key dan Onew hyung..”
“Lalu bagaimana dengan aku??! Tak ada yang cukup adil untukku!!”
Jonghyun hyung tersenyum.
“Adil bagimu, karena bisa hidup lebih lama dari aku..  Kamu bisa menemukan cinntamu yang sesunngguhnya.. Annyeoung, Jino-ah!”
"Jonghyun hyung! Kamu mau kemana? Hyung! Aku nggak mau hidup sendirian! Cintaku yang sesungguhnya itu kamu hyung! Hyung jangan pergi!!!”
PIKPIKPIKPIKPIK
“DOK!! PASIEN SADARKAN DIRI!!”
Mataku terbuka.
Ternyata semua adalah mimpi.
Mimpi yang aneh..
Di depanku nampak langit langit putih namun tak menyilaukan lagi.
Seluruh badanku mati rasa.
Seluruh tubuhku terasa ngilu.
Tapi artian dari air mata yang mengalir, lebih terasa mengilukan dari pada ini semua.
"Tuan Cho, bagaimana keadaan anda?" orang orang asing bermasker tampak lalu lalang di sekitarku.
"J..."
"Ya tuan?"
Padahal tubuh ku berusaha keras untuk bangun namun tubuhku berontak dan malah terus diam.
"Jonghyun..." Akhirnya kusebut nama itu.
"..." Namun tak ada jawaban atas nama orang yang kucintai itu.
Sebenarnya tanpa dibilangpun aku sudah tahu..
Tanpa orang orang ini berit tahu pun aku sudah lebih dari tahu..
Dia sudah mati..
Hatiku telah mati..
Bersama cintaku dia membawanya mati..

§  Sebuah hubungan tak akan cukup hanya dengan kebahagiaan - Sex and The City

Jinki berlari seperti orang gila menuju rumah sakit saat mendengar bahwa Key, Jonghyun dan Jino dibawa ke rumah sakit Seoul Internasional Hospital.
Dia tak menoleh ataupun mengindahkan teriakan kelelahanku yang mengejarnya.
Aku mengejarnya tepat di belakangnya.
Melihatnya berlari begitu antusiasnya.
Membuat dada ini sesak.
Melihat punggungnya dari belakang..
Membuatku sadar, bahwa hubungan ini akan sulit berjalan beriringan.
Akan selalu punggung itu yang terlihat bagiku.
Akan selalu aku yang mengejarnya.
Dan dia akan terus berlari.
Tak peduli seberapa cepat aku berlari mengejarnya.
Jarak diantara kami..
Tak akan mengecil..
Jarak diantara kami..
Terbatasi oleh jarak yang didasari cinta yang tak bersambut.
“JINKI HYUNG!!” seorang namja bertubuh jangkung memanggil Jinki setibanya kami tiba di rumah sakit. Minho. Dengan Taemin yang tengah menangis di kursi tunggu.
“Minho!! Bagaimana keadaan nya??!” Jinki meremas kaus Minho dengan keras.
Minho mengangkat bahunya.
“Masih di ruang operasi, Jonghyun hyung mengalami luka yang paling parah..”
“Jawab aku, bagaimana dengan Kibum??!!”
Ya, aku tau, bahwa yang dimaksudnya adalah dia.
Jinki, dia bahkan tak begitu peduli akan teman sebandnya yang mengalami luka paling parah dan terbaring di meja operasi.
Minho memandangi Taemin yang malah menangis kencang begitu mendengar teriakan nama Key.
“APA??! APA YANG TERJADI?! MINHO!! KATAKAN PADAKU!!!”
Aku langsung menghampiri Onew, memeluk bahunya.
“Tenang Onew, biarkan minho mengatakannya.. Kamu tenang dulu..”
Onew terus meronta.
“Key.. Dia.. masih kritis, dokter mengatakan bahwa dia akan sadar lagi itu sangat tipis kemungkinannya..”
Mata sipitnya membelalak dengan airmata dipelupuknya.
“Ma… Maksudmu..”
Minho mendesah.
“Key koma..”
Tubuh Onew lunglai seketika, jika aku tak segera menangkapnya mungkin dia akan terjatuh.
“Tenang Onew... Tenang..” Bisikku sambil memeluknya.
Dia begitu lemah, hanya bersandar padaku dan menangis.
“Mereka ingin mencarimu hyung, mereka kira kamu pergi ke Chungcheong. Tapi entah karena apa Jonghyun yang menyetir sampai lalai dan terjadilah tabrakan itu..” Minho berusaha menjelaskan.
Si bodoh itu, bagaimana bisa dia malah berkata dengan mudahnya seolah ini adalah kesalahan Onew?
“Aku... Aku.. Karena aku..” Desis Onew.
Benar saja, Onew semakin merasa buruk.
Dia merasa bersalah akan semua ini.
Aku memeluknya, membelai punggungnya dan berusaha menenangkannya.
Sampai kemudian seseorang muncul dari ruang operasi dimana Jonghyun berada.
“Siapa keluarga pasien kim Jonghyun?” Tanya dokter itu sambil membuka maskernya.
“Keluarganya belum datang dokter, tapi dia sudah seperti hyungku sendiri! Bagaimana keadaannyaa?” Minho segera mencecar dokter dengan kepanikan.
Aku masih memeluk Onew, saat dokter itu menepuk bahu minho dengan wajah menyesal.
“Aku minta maaf, tapi benturan dan luka luka yang diderita pasien membuat pendarahan yang sangat banyak. Kami tak bisa menyelamatkannya. Maaf..”
Minho tak bisa menahan tangisnya, bahunya bergetar.
Tangis taemin makin keras, dia berusaha mengejar tubuh Jonghyun yang tengah dibawa oleh para perawat keluar dengan brangkar dimana kain putih menutupi seluruh tubuhnya.
“Jonghyun! Jonghyun hyung!!!” Jerit taemin sambil mencoba membangunkan Jonghyun dengan mengguncangkan tubuhnya.
Minho menggigit bibir bawahnya rapat rapat, menangis dalam diam dan memeluk namja mungil itu.
Aku tak percaya bahwa ini nyata.
Mati?
Apakah ini sungguhan?
“Onew..” Aku menatap wajahnya yang tengah menatap lurus kepada mayat Jonghyun yang dibawa oleh perawat itu.
Matanya dingin, airmatanya berhenti.
Lalu senyumnya muncul.
“Lee Joon, bagaimana bisa aku memaafkan diriku?” Tanyanya sambil menoleh padaku.
Matanya menyiratkan kepedihan yang teramat dalam. Ah Onew, bagaimana bisa aku mengganti pedihmu itu dengan bahagia?
“Onew.. Kamu tak bersalah... Ini murni kecelakaan.” Hiburku sambil membelai pipinya dengan lembut.
Dia menepisnya.
“Jangan berbaik hati padaku, nanti kamu ikut terluka..” Katanya lalu membalikkan tubuhnya..
Punggung itu.
Terlihat begitu sepi dan sedih.
GREP!
“Biar..”  Bisikku sambil kedua tanganku melingkari tubuhnya dari belakang.
“Eh?”
“Daripada kamu yang terluka, lebih baik biar aku saja. Biar aku saja yang terluka. Jangan kamu..”
Tak ada jawab
Tak ada suara.
Dia hanya menggeleng, lalu kurasakan bahunya bergetar dalam pelukku.
Aku menangis.
Untuknya.
Onew, tak bisakah jika kuminta kamu lari dari kesakitan dan kepedihan ini bersamaku?
Tak bisakah kamu sambut saja kebahagiaan yang kutawarkan?
“Aku akan ke jepang untuk debut MBLAQ.” Ucapku.
Masih diam.
“Maukah kamu pergi saja bersamaku? Jika mau, aku akan menemanimu tinggal disana saja. Kami akan lama menetap disana. Kupikir, toh Key tak akan sadar lagi. Jika kamu disini pun tak ada yang bisa kamu lakukan-”
PLAK!
Tiba tiba saja Onew menghempaskan tanganku dengan kasar, dia melepaskan pelukanku.
Aku tercengang.
Ditatapnya aku dengan mata marah.
“Kamu mau membuatku terlihat semakin jahat dimata Key? Hah? Apa katamu tadi? Key tak akan sadar?! Meskipun dia tak sadarpun, aku akan menunggunya! Aku akan menunggunya meski itu berarti selamanya!” Teriaknya histeris.
Aku terdiam, mengerjap, dan kemudian tersenyum dan mencoba meraih tangannya.
“Maafkan aku, tapi bukan itu maksudku.. Aku hanya ingin kamu bahagia... Aku hanya ingin senyummu kembali, airmata mu, semua itu membuatku sakit..” Kataku.
Dia tak menepis tanganku.
Lalu memberikanku senyum.
Tapi bukan itu.
Bukan senyuman itu yang kuinginkan.
Bukan senyuman penuh kepedihan itu.
“Jikapun aku bisa tersenyum saat ini Joon-ah.. Hanya ini yang bisa kuberikan..”
Katanya.
“Tidak sekarang Onew, aku bisa menunggu. Karena itu biarkan aku membahagiakanmu. Kita mulai semua dari awal, aku janji tidak akan membuatmu terluka seperti yang dia lakukan.” Aku terdengar seperti memohon kali ini.
Tapi masih sama, yang kudapat hanyalah gelengan penuh keyakinan tanpa pertimbangan.
“Aku tak bisa.. Aku tak butuh kebahagiaan. Aku butuh Kibum-ku.. ” Katanya.
Bukankah kamu tahu bagaimana hati ini terhadapmu?
Bukankah kamu tahu betapa kerasnya aku berusaha agar kamu menoleh padaku?
Kamu yang paling tahu atas segalanya bukan?
Tapi dengan mudahnya sekarang kamu bilang bahwa aku tak dibutuhkan?
Aku mulai tak bisa menahan emosi, kugenggam tangannya semakin erat.
“Kenapa? Kenapa-“
Dia menatapku, dengan pandangan tulus dan penuh cinta.
Tapi cintanya itu bukan teruntukkan aku.
“Karena Key adalah bahagiaku..”
Onew, tahukah kamu?
Kamu, satu satunya alasan kenapa aku bahagia.
Dan aku pun ingin jadi satu satunya alasan atas kebahagiaanmu.
Tapi posisi itu sudah terisi oleh seseorang yang bukan aku.
Posisi yang sudah lama kuimpikan itu, tak akan bisa jadi milikku.
Apalah lagi yang bisa kukatakan jika kamu bilang hal itu begitu jelas?
Jauh dalam hati aku tahu.
Aku tahu bahwa selamanya posisinya tak akan terganti.
Aku ingin dirimu yang berbagia, dan akulah alasan atas kebahagiaanmu itu.
Apakah harapan ku ini terlalu muluk, Onew?
Apakah harapan ini terlalu mustahil untuk terwujud?
Aku mencintaimu.
Aku mencintaimu.
Tanpa terkatakanpun harusnya kamu sadar itu.
Setidaknya melebihi orang yang kamu cintai itu.
TAP
“Joon? Kamu mau kemana?”
Kemana lagi aku bisa pergi jika kamu tak inginkan aku?
“Jangan pergi..”
Kenapa kamu bisa sejahat itu?
Kenapa dengan wajah malaikat itu kamu seolah menceburkan aku dalam siksa neraka?
Seolah aku adalah budakmu, yang terantai oleh kuatnya rantai karena memujamu.
“Aku tak akan pergi. Baiklah, aku akan tinggal.. Tapi jangan menyesal, selamanya aku tak akan pergi.”
Kamu mengangguk lalu menghapus airmatamu.
“Kamu teman terbaikku..”
Apa kamu tahu apa yang lebih menyakitkan dari kenyataan bahwa orang yang kamu cintai melebihi nyawamu sendiri mengatakan bahwa kamu bukan siapapun selain teman baiknya?
Tidak ada.

Bersambung ke Part II

band!au, jonghyun/jino, angst, mblaq, tragedy, onew/key, mix, jonghyun/key, joon/onew, shinee

Previous post Next post
Up